14|| Sekedar Mengenang

299 47 22
                                    

Assalamualaikum, kawand.

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Satu vote dari kalian sangat berharga buat aku.

Kalian baca cerita ini 'kan gratis, jadi Nad cuma minta kalian untuk klik bintangnya dan ramaikan setiap paragrafnya dengan komentar-komentar kalian.

Follow terlebih dahulu sebelum membaca.

Terimakasih ☺️

Happy Reading ✨

.
.
.
.
.

(~~~>°°°°°°°°°°<~~~)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(~~~>°°°°°°°°°°<~~~)

Jam menunjukkan pukul 2 pagi, tetapi kedua remaja yang berada di ruang rawat terus beradu mulut. Sudah 30 menit mereka ribut hanya masalah sepele. Azka yang sedang tidur lelap menelusuri alam mimpinya terbangun mendengar suara Rena yang terus meminta bantuan dirinya. Kedua telinganya ia tutup menggunakan selimut yang dikasih pinjam Papa Gio untuk dirinya kenakan selama menunggu Rena.

"Arrrgghhh!! Ganggu aja sih. Gua mau tidur." Azka mengacak rambutnya kasar. Pasalnya, Rena membangunkan dirinya hanya karena lapar. Suara cewek itu terus saja mengganggu pendengarannya. Dengan raut wajah bantal, ia menatap kesal Rena sembari mengumpulkan nyawa.

"Please, gua laper banget. Cuma minta tolong ambilin camilan di dekat lo itu." Rena memiringkan tubuhnya dan menunjuk aneka snack yang berada di dekat sofa. Snack-snack yang dimasukkan ke paper bag adalah pemberian dari Papa Gio. Beliau juga membelikan banyak roti untuk anaknya. Karena ia tau, untuk sekarang ini maag yang diderita Rena sedang kambuh. Jadi, ia akan memantau pola makan anaknya untuk saat ini.

"Kalau maag gua tambah parah, salah lo!" sarkas Rena dan berhasil membuat Azka menuruti perintahnya.

Bisa-bisa cowok itu kena omelan dari Papa Gio dan Kavin kalau sampai terjadi apa-apa kepada Rena.

"Yang mana?" ucapanya dengan jutek.

"Itu yang biskuit cokelat sama keju." tunjuknya menggunakan dagu.

Dengan malas Azka berjalan mendekati cewek itu dan meletakkan biskuitnya di atas kening Rena.

"Kavin tadi kesini gak?"

Rena menggeleng dan membuka kemasan biskuit rasa cokelat kemudian memakannya satu demi satu.

"Ren, itu selang infus lo banyak darahnya."

Azka mengurungkan niatnya untuk kembali merebahkan dirinya di atas sofa lantaran melihat selang infus Rena yang dipenuhi darah. Lain halnya dengan Azka, cewek itu malah terlihat santai dan tetap melanjutkan kegiatan mengunyahnya.

AZKAREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang