23||Siapa dia?

166 20 45
                                    

Assalamualaikum all.

Alhamdulillah, AZKAREN up.

Jangan lupa vote dan komen.
Kasih krisar nya juga boleh.

Share cerita ini ke akun medsos yang kalian punya. Jangan lupa rekomendasiin juga ke teman-teman, ya.

Happy Reading
.
.
.
.
.

(~~~>°°°°°°°°°°<~~~)

Semua orang berhak untuk menyukai seseorang. Tapi, tidak semuanya paham tentang arti menghargai perasaan yang nantinya bisa merusak keadaan.

~Kavin Atharrazka.

Kavin memutuskan sambungan teleponnya dengan santai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kavin memutuskan sambungan teleponnya dengan santai. Cowok itu menjalankan mobilnya menjauhi area sekolah.

Kavin sangat menikmati perjalanannya hingga matanya tak sengaja melihat seorang perempuan yang sangat dikenalinya. Perempuan tersebut juga memakai baju seragam yang sama dengannya. Cewek itu berhenti di tepi jalan untuk mengangkat teleponnya.

Kavin memberhentikan mobilnya tepat di belakang cewek itu dengan jarak yang cukup jauh supaya dia tidak ketahuan. Kavin terus memfokuskan pandangannya.

Dari punggungnya terlihat bahwa dia sangat ketakutan. Hal itu membuat rasa penasaran Kavin muncul.

Perempuan dengan rambut yang tergerai bebas itu turun dari motornya dan duduk di kursi panjang.

“Kenapa gelagat lo aneh?,” tanyanya pada dirinya sendiri.

Cowok itu menurunkan sedikit kaca mobilnya agar suara orang tersebut dapat terdengar jelas.

“Cukup! Gua bakal bales kebaikan lo, tapi caranya gak gitu juga!” Cewek itu menggeram kesal berusaha untuk melawan rasa takutnya.

Kavin semakin dibuat heran dengan pembicaraan tersebut.

Cewek itu mematikan teleponnya dengan kasar, lalu berjalan ke arah motor. Dengan kecepatan tinggi, dia menelusuri jalanan yang sangat ramai.

Kavin tergesa-gesa menjalankan mobilnya mengikuti arah cewek itu pergi. Namun, dirinya kehilangan jejak karena tidak bisa menyelip diantara banyaknya mobil-mobil.

“Ck! Kehilangan jejak gua.” Kavin memukul setirnya.

Sedangkan di komplek perumahan, Rena dan Azka baru saja tiba di rumah Azka.

Rena sengaja ingin mampir ke rumah Azka karena ingin mengucapkan terimakasih kepada Papi Elvis yang telah memberikannya buah tangan dan melepas rindu dengan Mami Adel.

Azka membuka pintu dan Rena melepas sepatu yang digunakannya.

“Assalamualaikum, Mi, Pi. Azka pulang.” Azka melempar tasnya asal lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa.

AZKAREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang