Selamat malam semuanya.
Seperti biasa, jangan lupa klik bintangnya dan rekomendasikan cerita ini ke teman-teman dan akun medsos yang kalian punya.
Tandai jika ada typo.
Happy Reading ✨
.
.
.
.
.(~~~>°°°°°°°°°°<~~~)
Udara sejuk menyambut pagi hari yang cerah di Selasa ini. Hari-hari terakhir di tahun dua ribu dua puluh satu Rena manfaatkan untuk membersihkan rumahnya. Tak ada dilist daftar liburannya saat ini kalau Rena akan melakukan perjalanan ke luar kota.
Perempuan berhoodie abu tua dengan jeans kulot itu sedang menyirami tanaman hias yang berada di halaman rumahnya. Sesekali menyapa anak-anak di kompleksnya yang tidak sengaja melewati depan rumahnya dikarenakan melakukan lari pagi.
Tak sedikit juga diantara dari mereka berinteraksi sembari bercanda bersama Rena. Hal itu cukup menghibur Rena walaupun rasa nyeri di pipinya masih terasa. Untung saja warna kemerah-merahannya sudah tak nampak. Jadi, ia tidak perlu risau jika ada orang yang melihatnya.
Rena berjongkok di depan pot berukuran besar berwarna cokelat. Pot yang berisi bunga matahari dengan tinggi kira-kira satu meter. Bunga dengan kelopak kuning tersebut mekar sangat baik.
"Gua baru kali ini lihat bunganya di rumah. Apa jangan-jangan bunda baru beli, ya?" tanyanya sendiri.
"Tapi, kalau dilihat-lihat bagus juga bunganya. Ini kalau bucel tahu bisa habis dipetikin. Nanti nasibnya kayak bunga matahari yang disekolah. Mengenaskan di tangan bucel." Rena tak dapat membayangkan bagaimana kalau bunga itu bertemu dengan Azka.
"Pet, jangan lari-larian terus napa."
Rena mengerutkan dahinya. Suara itu familiar sekali. Sepertinya, itu adalah pemilik suara yang baru saja ia bicarakan.
"Ini lagi kelinci satu gak bisa diem." Azka menggendong kelinci betinanya sembari berlari mengejar kelinci yang satunya.
Azka melihat Rena. Cewek yang ditangannya memegang gembor itu menatap datar Azka.
"Bantuin gua kejar kelincinya bukan berdiri disana," suruh Azka.
"Dih, males! Gua juga punya kesibukn sendiri," tolak Rena.
Azka membelalakkan matanya melihat kelinci berbulu putih yang berada digendongannya itu lepas dan memasuki halaman rumah Rena.
"Bro, jangan masuk ke sana. Kandang macan itu," ujar Azka.
"Yang lo maksud macan siapa?!" protes Rena.
"Yang lagi ngomong sama gua." Sifat jahil Azka keluar lagi.
Rena bersmirik membuat Azka menatapnya heran. "Rachel, sini sama gua. Lumayankan dagingnya bisa dijadiin sate. Buat makan siang juga gak apa-apa," ledeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKAREN [END]
Teen Fiction[REVISI SETELAH END] "Aku menerima mu dari sifat dan sikap bukan dari fisik maupun harta." *** Azka Earnest Vernandez, seorang most wanted dan kapten basket serta Renata Candragita Gavaputri seorang ketua kelas XII IPA 2. Tak banyak yang tau di bal...