Hi all.
Akhirnya Nad up lagi.
Taqqaballahu Mina wa minkum taqqabbal ya kariim. Minal aidzin walfaidin mohon maaf lahir dan batin semuanya.
Part ini lebih panjang dari biasanya, ya, kurang lebih 4,5k words.
Siapin tisu sebanyak-banyaknya sebelum baca part ini.
Klik bintangnya juga.
Rekomendasikan cerita ini ke teman-teman kalian. Share juga ke akun sosmed yang kalian punya. Nad gak maksa kok hehe.
Tandai jika ada typo.
Ramaikan kolom komentarnya juga.
HAPPY READING ✨
(~~~>°°°°°°°°°°<~~~)
Azka melepas pelukan itu dan menatap wajah cantik yang kini sudah dibasahi dengan air mata. Azka mengelap pipi Rena yang basah dengan lembut menggunakan ibu jarinya.
"Kenapa?" tanyanya lembut.
"Papa, Ka, hiks," isak Rena.
Azka melepaskan pelukannya. Ditatapnya mata indah yang ada di depannya. Rasanya Azka ikut sedih melihat Rena seperti ini.
Azka mencekal kedua bahu Rena. "Ren, kita ke taman belakang aja, ya? Gak enak diliatin teman-teman," ucapnya lembut.
Rena membuka matanya. Pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah wajah Azka dengan seulas senyum menenangkan.
Tanpa menunggu jawaban dari sang empu, Azka menggandeng tangan Rena dengan lembut. Rena enggan berdiri membuat Azka mengangkat sudut alisnya. Azka mengedarkan pandangannya ke penjuru arah. Banyak pasang mata melihat kearahnya. Mereka berdua sekarang ini menjadi pusat perhatian.
"Ngapain kalian ngeliatin kesini?" ucap Azka dingin membuat semuanya mengalihkan tatapannya.
Setelahnya, Rena berdiri dengan tangan yang masih dicekal Azka.
"Gua sama Rena titip izin," pesan Azka kepada Lena sebelum keluar kelas menuju taman belakang.
"Yaudah, nanti gua bawa tas kalian," ujar Kavin.
Sepanjang koridor Rena masih terisak. Untung saja koridor sepi dikarenakan jam pelajaran sedang berlangsung.
Azka dan Rena duduk di kursi yang ada di taman. Cowok itu memiringkan tubuhnya menatap wajah Rena dari samping.
"Om Gio kenapa?"
"Pa–papa kecelakaan, hiks. Sekarang ada di rumah sakit Citra Husada."
Mata Azka terbelalak terkejut. Pantas saja Rena terisak.
"Citra Husada?" tanya Azka memastikan.
Rena mengangguk. "Gua mau kesana," putusnya spontan.
"Tapi jauh, Ren. Makan waktu tiga jam."
"Papa gua kecelakaan dan sekerang gua mau kesana. Mau tiga jam kek empat atau lima jam bodo amat yang penting gua kesana. Papa gua lagi kritis!" tegas Rena.
"Sama gua. Gak ada penolakan!"
"Terserah!"
Keduanya berdiri dan berjalan menuju parkiran. Saat melewati toilet tak sengaja mereka berpapasan dengan Jessica. Jessica yang melihat mata Rena sembab pun mengerutkan keningnya.
"Rena kenapa, Ka?"
"Lo dianter?" Bukannya menjawab pertanyaan Jessica, Azka malah balik bertanya.
Jessica mengangguk, "Iya, emang kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKAREN [END]
Fiksi Remaja[REVISI SETELAH END] "Aku menerima mu dari sifat dan sikap bukan dari fisik maupun harta." *** Azka Earnest Vernandez, seorang most wanted dan kapten basket serta Renata Candragita Gavaputri seorang ketua kelas XII IPA 2. Tak banyak yang tau di bal...