Hi!
Nad publish ulang, ya
Bintangnya diklik, ya 🤗
Happy Reading ✨
.
.
.
.
.(~~~>°°°°°°°°°°<~~~)
"Iya, sebentar," ujar Rena sembari memutar kunci pintu itu agar pintu dapat terbuka.Rena mematung di tempat saat tau siapa yang bertamu malam-malam seperti ini. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Napasnya tidak teratur. Arti dari sorot mata Rena susah untuk dijelaskan.
"LO?!"
Orang itu tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya. "Hai, Ren," sapanya.
"Kejadian langka, nih lo ke sini. Mau apa?" tanya Rena tidak bersahabat.
Orang itu masih tersenyum. "Gua mau antar martabak keju. Dengar-dengar lo habis kecelakaan, ya?" Dia mengangkat plastik berwarna putih yang di dalamnya terdapat sekotak martabak keju.
"Lo liat sendiri, kan jidat gua diperban," acuh Rena. Suasana hatinya jadi tidak bersahabat.
"Gua mohon diterima, ya?" ucap Jessica berharap Rena menerima pemberiannya.
Rena melirik plastik itu. Tanpa paksaan, dia menerimanya. Lagi pula Jessica sudah membelikannya dan niatnya itu baik.
"Terimakasih."
Jessica mengangguk. "Sama-sama."
"Gua langsung pulang. Oh, iya, lo harus lebih hati-hati di sekolah ataupun di luar sekolah." Setelah mengucapkan itu, Jessica berjalan ke depan rumah Rena.
Di situ terdapat mobilnya dengan seorang sopir di dalam.
"Maksudnya?" Rena mengangkat satu alisnya seraya memperhatikan Jessica yang mulai menjauh.
Rena mengedikkan bahunya. Dia masuk kembali ke rumah dan langsung menuju kamar untuk menikmati martabak itu, lalu memakan obatnya. Sepertinya beberapa hari bahkan beberapa minggu Rena akan ijin sekolah dahulu menunggu kesehatannya pulih walaupun tidak total.
"Jessica kesambet apa tiba-tiba baik ke gua?"
"Gak boleh berpikiran buruk, Ren," lanjutnya setelah beberapa saat.
Di balkon kamar inilah Rena menikmati martabak itu. Ditemani dengan bintang yang berkelap-kelip dan juga hembusan angin malam yang mendamaikan perasaan. Rena masuk ke dalam kamar dan membuka laci mejanya untuk mengambil obat. Dia kembali lagi ke balkon. Tidak hanya satu jenis obat saja, melainkan empat jenis. Tiga diantaranya berbentuk tablet dan satunya berbentuk kapsul.
Setelah memakan obat, Rena bersender. Pikirannya tertuju pada ucapan Jessica. Sebenarnya, dia bingung ada apa dengan temannya itu. Tiba-tiba saja bertingkah baik.
"Lebih hati-hati dalam artian apa, nih?" Rena berpikir mencari jawaban tersebut.
Beberapa menit kemudian, Rena mengusap wajahnya kasar. Semakin lama dia berpikir rasa pusing juga semakin bertambah. Seharusnya, Rena tidak boleh berpikir terlalu keras dahulu. Rena tetaplah Rena, memperlakukan dirinya sendiri dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKAREN [END]
Fiksi Remaja[REVISI SETELAH END] "Aku menerima mu dari sifat dan sikap bukan dari fisik maupun harta." *** Azka Earnest Vernandez, seorang most wanted dan kapten basket serta Renata Candragita Gavaputri seorang ketua kelas XII IPA 2. Tak banyak yang tau di bal...