#3

2K 260 16
                                    

Rumor Girl
By : Yoora Kin





Senyumnya sangat awet di wajah tampannya. Masih fokus menyetir tapi sesekali dia melirik gold medal yang menggantung di lehernya. Gadis di sampingnya sampai menatap aneh dirinya.

"Sesenang itu lo ?"

"Yah iyalah ! akhirnya nama gue nggak di belakang nama lo. Yeay gold medal !", sorak Jeno heboh membuat Karina semakin menatapnya aneh.

Tapi lebih baik begitu. Setiap kali Jeno harus berada di belakang Karina. Dia akan tiba-tiba mengamuk pada Karina di depan peserta lain. Sungguh memalukan !

"Ini !"

Jeno menatap sebentar gold medal milik Karina yang disodorkan kepadanya.

"Buat gue ?"

"Hmmm... udah banyak di rumah. Nggak ada tempat lagi"

"Cih, sombong ! tapi ini beneran buat gue ?"

"Hmmm... buat lo ! kalo masih mau banyak di rumah gue"

Karina mengalungkan mendali miliknya ke leher Jeno yang sedang menyetir.

"Thanks !"

Jeno mengantarkan Karina sesuai alamat yang dia berikan. Jeno mengangkat sebelah alisnya saat mereka tiba di depan sebuah rumah sakit. Tanpa banyak bicara Karina turun dari mobil Jeno tapi tangannya ditahan Jeno.

Tak...

"Medal lo buat gue. Jadi ini buat lo ! udah banyak di rumah hehehehe !"

Jeno menampilkan senyumnya hingga kedua matanya berbentuk dua bulan sabit. Tampan. Kalo bukan rivalnya Karina pasti sudah memuji Jeno.

"Oke !"

Yang diberikan Jeno ? itu amplop berisi hadiah uang olimpiade.

"Cih, dasar sultan sombong !", cibir Karina saat mobil Jeno pergi.

Hari ini dia datang menjenguk Ibunya lagi. Akhir-akhir ini dia tidak bisa datang karena sibuk persiapan lomba. Dia jadi merasa bersalah.

Sebelum ke kamar rawat. Karina singgah ke bagian administrasi.

"Sus, saya mau bayar 4 bulan kedepan hehehe !", Karina meletakan dua amplop berisi uang hadiah olimpiade.

"Wah... pasti habis menang lomba kan ! Mama kamu pasti bangga punya anak pintar kayak kamu !", puji suster bagian administrasi. Karina hanya tersenyum menanggapi perkataan suster.

Dokter, suster, dan staf rumah sakit banyak yang sudah mengenal kakak-beradik itu. Sudah 5 tahun sejak Ibu mereka dirawat dan hanya mereka berdua yang bergantian menjaga.

Di tempat lain....

Seorang pria baru saja mendapat pesan masuk dari rumah sakit.

Nona Kim baru saja membayar untuk 4 bulan kedepan.

Pesan yang membuatnya mengusap wajahnya frustasi.

"Sampai kapan kau mau melakukan ini ?", tanya rekan bisnis sekaligus sahabatnya. Lee Donghae.

"Kau tahu kan. Anak-anak itu tidak akan menerima uangku sedikitpun", jawab Kim Jaejoong.

"Hah mereka persis keras kepala keyak Bapaknya"

"Thanks udah bantu soal Karina !"

"It's okay ! she's smart girl ! Anak ku  menjadikannya rival. Tapi sering bikin masalah sama seperti Bapaknya dulu !", jawab Donghae setengah menyindir Jaejoong.

.
.
.
.
.
.

Kelas tampak tenang karena sedang ada ujian evaluasi bulanan. Namanya siswa tidak mungkin semuanya menjawab dengan jujur. Pasti ada saja yang mencoba melakukan kecurangan.

Karina yang sudah menyelesaikan miliknya sejak 30 menit setelah ujian dimulai menonton aksi curang teman-temannya dari kursi belakang, tempatnya duduk. Sungguh sangat kacau. Sebuah senyum jahil muncul di wajahnya melihat Ryunjin yang menendang pelan kursi Yeji meminta kertas contekan jawaban dari si kutu buku yang duduk di dekat mereka.

"Yeji ! bagi dong contekannya ke Ryunjin ! kan kalian BFF. Best Friend Forever !", sindir Karina dengan suara lantangnya. Dia memasang ekspresi mengejek dengan menopang dagunya.

Yeji dan Ryunjin seperti diguyur keringat dingin. Pak Baekhyun yang terkenal baik saat mengajar tapi pelit saat memberi nilai. Benar-benar tertangkap basah. Oke R.I.P nilai ujian Yeji dan Ryunjin.

"Pak, itu sebelah-sebelahnya juga BFF", Karina tidak melepaskan siapa pun.

Setelah mengacaukan aksi mencontek teman-teman sekelasnya. Karina dengan PD-nya berjalan ke depan menyerahkan lembar jawaban miliknya. Dengan sengaja melipat tangannya ke belakang punggungnya, memaki mereka dengan jari tengahnya.

"Sial ! liat aja lo, gue pasti bikin perhitungan !", gumam Yeji geram.

Karina berjalan menuruni tangga. Koridor dan tangga masih sepi karena waktu ujian belum selesai dan murid lain sedang berjuang menjawab soal-soal ujian.

Dari arah bawah. Sebaliknya Jeno sedang menaiki tangga. Tidak usah ditanya kemampuan murid rangking 1 dan 2. Ujian evaluasi bukan sesuatu yang sulit untuk mereka yang terbiasa berhadapan dengan soal olimpiade.

Tak...

Langkah Karina terhenti karena ada yang tiba-tiba menjambak rambutnya ke belakang. Karina mengerang kesakitan. Itu Yeji. Mereka diusir dari kelas karena ketahuan curang.

"Makin hari lo makin ngelunjak yah ? rasain ini ! botak sekalian !", geram Yeji masih terus menjambak rambut Karina.

Dari arah bawah Jeno menonton aksi anarkis gadis-gadis itu. Melihat wajah Karina yang memerah kesakitan membuatnya tak tega. Lagi pula 5 lawan 1. Oh itu adil !

"Oi ! kalian ngapain ?", suara berat dan ekspresi dingin Jeno mengejutkan mereka.

Reflek Yeji melepaskan jambakannya membuat Karina yang berdiri di tengah-tengah tangga kehilangan keseimbangannya.

"Aaa !"

Buakk....

Karina jatuh menimpah Jeno. Punggung yang terbentur lantai marmer membuat Jeno mengerang kesakitan.
Tidak ingin terlibat masalah dengan anak pemilik sekolah. Yeji dan kawanannya melarikan diri.

"Lo nggak apa-apa ?", Karina menopang tubuhnya dengan kedua tangannya masih menindih Jeno.

Wajah mereka sangat dekat hingga Karina bisa mencium aroma mint milik Jeno.

Deg...

Jeno yang awalnya mengerang kesakitan malah terpaku menatap wajah cantik gadis yang diklaim sebagai rival nya. Entah dia buta selama ini hingga baru menyadari visual indah di depan matanya.

Karina memegang kedua pipi Jeno karena khawatir pemuda itu tiba-tiba terdiam. "Lo kenapa ? masih hidupkan ?"

Karina merasakan panas di pipi Jeno dan wajah pemuda itu mulai memerah.

Tersadar dari lamuannya. Jeno berusaha mengatur pikirannya yang kacau sebentar karena terserang pesona Karina.

"Emmm... bisa bangun dulu, nggak ?"

"Eh !"

Karina baru sadar akan posisi mereka yang akan membuat orang salah paham. Karina langsung berdiri dan membenarkan seragam sekolahnya. Sedangkan Jeno memegangi punggungnya yang masih nyeri karena terbentur agak keras dengan lantai. Untung bukan kepalanya.

Karina yang merasa bersalah menarik tangan Jeno dan membawa pemuda itu ke UKS. Jeno ? entahlah ! dia membiarkan gadis itu menyeretnya. Seulas senyum tipis muncul di wajah tampannya menatap tangannya yang digenggam Karina.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.tbc

Rumor Girl | JenoxKarina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang