Rumor Girl
By : Yoora KinBell pertanda jam pelajaran telah usai akhirnya berbunyi. Karina segera keluar dari kelasnya dan menuju parkiran. Berdiri di samping mobil Jeno sambil memainkan HP nya sekaligus mengirim pesan pada pemuda sipit itu, mengingatkan janji mereka.
"Hai Kar !"
Merasa namanya disebut, Karina mengangkat kepalanya dan langsung mendapati Jaemin yang tersenyum ke arahnya. Senyum yang selalu membuat Karina jatuh dalam pesona pemuda itu. Namun fokus Karina jatuh pada seorang gadis yang berdiri di samping pujaan hatinya. Ikut tersenyum padanya sambil mengandeng mesra tangan Jaemin.
"Siapa dia ?", Karina tidak berani bertanya. Tepatnya cukup sadar diri tidak memiliki hak bertanya.
Pemandangan baru. Pasalnya Jaemin memang baik dan hangat tapi dia tegas tentang batasan. Jaemin tidak pernah terlihat begitu dekat hingga menggandeng seorang gadis secara terang-terangan apalagi di lingkungan sekolah. Tapi lihatlah ! keduanya sangat serasi dan nyaman. This hurts more than she imagined.
Karina memperhatikan sebentar gadis di samping Jaemin. Wajah yang tampak familiar tapi dia lupa kapan pernah bertemu dengannya.
"Kar ! Kita mau kemana sih ?"
Ketiganya menoleh mendapati Jeno yang sudah ada disana.
"Ahhh unnie pacar Jeno Oppa", seru gadis itu bersemangat menunjuk Jeno dan Karina.
"Bukan !", jawab keduanya serempak membuat Jaemin dan Winter tersentak.
"Sorry Jaem ! kita buru-buru", Karina mengode Jeno untuk segera masuk ke mobil. Jaemin menatap mereka heran. Sejak kapan mereka sedekat itu ? Biasanya dua orang itu akan bertengkar saat bertemu.
"Siapa ?", tanya Karina penasaran.
"Ah.. Winter ?"
"Winter ?"
"Winter Kim. Jaemin's childhood friend. Dia baru kembali dari luar negeri"
"Oh"
Karina diam. Wajah dan nama yang familiar. Dia mencoba mengingat kembali.
"Btw, kita mau kemana ?", tanya Jeno akhirnya setelah hampir 10 menit hanya berputar-putar di dekat sekolah.
Karina menepuk jidatnya dan akhirnya memberitahu Jeno alamat tujuan mereka. Sekitar 15 menit mereka akhirnya tiba di tujuan.
Jeno berdecak pinggang menatap Karina sengit. "Lo ngajak gue ke perpus ?"
Yah, mereka sedang ada di perpustakaan umum. Karina mengajaknya kesana. Gadis itu menyeret Jeno masuk. Membawa si sipit menuju meja terdekat dengan meja penjaga perpustakaan.
Jeno kembali menatap Karina heran saat gadis itu menuju rak-rak buku dan kembali dengan banyak buku tebal yang membuat Jeno ingin muntah.
"Ini rekomendasi buku dari gue. Terus ini...", Karina mengeluarkan buku catatan dari tasnya.
"Woah ini gila !", seru Jeno melihat ringkasan materi yang dibuat Karina.
"Katanya lo mau rangking 1. Nah gue bantu ! tapi jangan harap gue akan sengaja ngalah", ucap Karina berbalik hendak pergi.
"Mau kemana ? nggak ikut belajar ?"
"Gue kesini buat kerja", jawab Karina menunjuk meja penjaga.
"Ah... oke !"
Karina bekerja sesekali mengecek Jeno yang terlihat serius belajar. Sebaliknya Jeno juga sesekali melirik Karina yang sibuk bekerja. Matanya mengikuti gadis itu kemanapun gadis itu melangkah.
Mata Jeno yang sudah sipit semakin menyipit mendapati ada yang mendekati Karina saat gadis tengah mengembalikan beberapa buku ke rak.
"Haish... disini pun ada banyak lalat", gumamnya tak suka.
Menghela nafas sebentar sebelum akhirnya mendekati Karina. Dengan santai merangkul pundak mungil gadis itu dan menatap tajam pria-pria yang mencoba mengajak Karina bicara.
"Kar, ada bagian yang gue kurang paham"
Karina mengembalikan sisa buku dan mengikuti Jeno kembali ke mejanya. Jeno sendiri masih melirik tajam seakan memberi orang-orang itu peringatan.
"Yang mana ?"
"Yang ini !"
Karina mulai menjelaskan bagian yang Jeno kurang paham padahal sesungguhnya Jeno hanya menunjuk asal dan dia sudah cukup paham seluruh bagian itu. Jadinya dia malah fokus menatap wajah Karina.
"I'm already insane because I'm starting to think you're so pretty. What did you do to me, Karina ?", batin Jeno.
.
.
.
.
.
.Taeyong termenung di samping Ibunya. Kejadian kemarin sungguh memberi guncangan pada Kakak-beradik itu. 5 tahun berlalu dan wanita itu masih sama. Terbaring dengan wajah pucatnya serta mata yang terpejam erat seakan tidak ada keinginan membuka matanya lagi.
Sekian waktu berlalu hingga mulai timbul jalan lain. Menyerah. Haruskah ?
"Ma... bangun ! Sampai kapan aku dan Karina terus terjebak di tempat yang sama. Mama masih punya hutang sama Karina", ucapnya lirih.
Air matanya tidak terbendung lagi. Isak tangis samar mulai terdengar di ruangan itu. Dari luar ruangan seorang pria mengawasi diam-diam. Wajahnya tegas tanpa ekspresi.
"They suffer the consequences of our selfishness"
.
.
.
.
.
.
.
.tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumor Girl | JenoxKarina
Fiksi Penggemar"Aku tidak peduli pikiran orang lain tentangku. Tapi aku peduli apa yang kau pikirkan tentangku",-Karina Kim