Rumor Girl
By : Yoora KinPlak...
Sebuah tamparan lolos begitu saja ke pipi Jaejoong. Wanita yang sedang mengandung itu menatapnya dengan mata berkaca dan siap melepaskan air matanya.
"Kau brengsek Kim Jaejoong !"
Jaejoong menatap wanita itu memelas. Tangannya terulur mencoba menyentuh paras cantik yang kini berlinang air mata yang tidak tertahankan. Ada memar di pipinya dan lecet di sudut bibirnya membuat hati Jaejoong tersayat. Dia tidak bisa melindungi wanitanya.
"Kau dan semua sandiwaramu sungguh luar biasa ! Pernikahan ? kau membodohiku dengan pernikahan palsu. Kau menjadikan aku wanita simpanan tanpa tahu apa-apa. Kau membuat anak-anakku menjadi anak haram. Kau-"
"Maafkan aku ! aku tidak pernah ingin menyakitimu"
"Tapi kau sudah melakukannya sejak awal. Kau menyakitiku tanpa aku sadari. Pergi ! dan jangan pernah muncul di hadapanku. Cukup hari ini istrimu mengacak-acak toko ku dan mempermalukanku di depan umum. Cukup hari ini aku mendengar hinaan dari istrimu terlebih untuk anak-anakku"
Di dalam kamar seorang anak laki-laki duduk di kursinya sambil menggambar. Isinya gambar Ayah, Ibu, dirinya dan calon adiknya. Setetes air mata turun dan membasahi kertas itu membuat warna di gambarnya luntur.
.
.
.
.
.
.
.Karina menyerah dengan gangguan Jeno. Dia akhirnya meminta si sipit itu menjemputnya di rumah barunya.
Setelah bersiap Karina keluar dari kamarnya. Dia melewati ruang keluarga yang mulai dibereskan oleh para pelayan. Disana ada si Nyonya rumah dan Jungwoo yang mencoba menenangkannya. Mereka menoleh pada Karina tapi gadis itu mengabaikan mereka dan langsung menuju pintu utama.
Dia melewati Winter dan Jaemin yang ada di depan rumah. Sepertinya Jaemin akan pulang dan sedang berpamitan. Karina lagi-lagi mengabaikan mereka meski dia agak terganggu karena Jaemin ada disana yang artinya pemuda itu tidak sengaja mengetahui bagaimana hancurnya keluarga itu.
Suara kendaraan mendekat dan mobil Jeno sudah berhenti di depan gerbang. Karina langsung menghampiri mobil itu dan memasukinya.
"Inikan-"
"Nggak usah bertanya ! gue malas jawab", ucap Karina memotong pertanyaan Jeno. Untungnya Jeno peka untuk tidak mengusik Karina yang jelas sedang badmood.
"Oh yah, tadi Mark hyung ngantar Taeyong hyung ke bandara. Memangnya Taeyong hyung mau kemana ?"
"Bukan urusan lo !"
Sekali lagi Jeno bungkam. Ternyata dia memilih topik yang salah. Perjalanan itu berakhir dipenuhi keheningan. Jeno menghentikan mobilnya di depan sebuah cafe.
Mereka bukan berkencan. Mereka harus belajar untuk persiapan lombah besok. Entah Jeno memang merengek untuk belajar atau ada alasan lain. Pasalnya mereka cukup mampu untuk belajar sendiri-sendiri.
"Jen, besok jemput gue lagi ke sekolah yah !", pintah Karina tiba-tiba membuat Jeno terkejut.
"Iya, kalo gue nggak kesiangan. Btw, gue jemput lo di rumah Winter ? Kenapa nggak sekalian bareng Winter ?"
Karina menghela nafas sebentar. Benar. Jeno tahu itu rumah Winter bukan rumahnya jadi wajar Jeno bertanya begitu.
"Nggak bisa ! Winter bareng Oppa nya"
"Lah kan mereka pake mobil"
"Nggak usah banyak tanya deh ! gue pulang nih"
"Eh, jangan dong !"
Mereka berdua akhirnya tenang dan lanjut belajar. Tapi dasar bibir Jeno yang gatal ingin bertanya tidak bisa ditahan.
"Malam ini lo nginap di rumah Winter ?"
"Lee Jeno !"
"Oke gue diam !"
Karina kembali menghela nafas. Manusia menyebalkan disampingnya ini sangat tidak tahan untuk tidak bertanya.
"Gue jawab cuma sekali nggak akan diulang. Habis ini jangan tanya apa pun lagi !"
Jeno langsung menyiapkan pendengarannya. Menurutnya wajah penasaran Jeno sangat lucu. Eh... jelek maksudnya.
"Papanya Winter itu Papa gue juga. Kita saudara tiri. Mama gue simpanan Ayah Winter. Taeyong Oppa dikirim Papa keluar negeri buat sekolah. Dan Papa bawa gue tinggal di rumahnya. Selesai !"
Waw... Jeno tertegun dengan penjelasan ringkas dari Karina. Sangat ringkas namun mudah dimengerti. Dia jadi bingung bagaimana cara menanggapi dan sedikit merasa bersalah karena banyak bertanya.
"Sorry gue nggak maksud"
"Hmmm"
"Lo nggak salah. Yang salah orangtua lo. Anak nggak bisa memilih lahir di keluarga seperti apa"
Karina kembali menatap Jeno langsung ke matanya. Entahlah... perkataan Jeno memang benar dan jujur saja itu membuatnya sedikit tenang.
Pletak...
"Auw... kok disentil ?", Karina menyentil dahi Jeno yang kini sudah memerah.
"Gue tahu tanpa harus lo bilang"
"Yah gue kan cuma menghibur. Malah disentil !"
"Gitu doang... emang sakit ? sini lihat !"
Karina memeriksa dahi Jeno. Sedangkan Jeno malah terus merengek seperti bocah. Siapa yang akan percaya jika mereka berdua adalah rival. Akan lebih dipercaya jika mereka adalah pasangan.
.
.
.
.
.
.
.Suara deringan telepon terus berbunyi berulang kali tapi si pemilik mengabaikannya.
"Sepertinya Taeyeon sudah mengaduh pada mertuaku", ucapnya diikuti kekehannya.
"Yah, yah. Semoga saja si Jung benar akan membantumu saat mertuamu mencabut dana miliknya", ucap Donghae memeringati.
"Ck, apa gunanya berteman denganmu ? kau adalah plan B kalau si Jung itu melanggar janjinya"
"Huh sejak kapan aku setuju dengan plan B itu ?"
"Sejak kedua putramu terobsesi pada putri kecilku", goda Donghae.
"Yah, yah. Aku akhirnya akan melihat perseteruan dua anak nakal itu. Aku penasaran siapa yang akan mengalah kali ini", ucapnya tersenyum gemas memikirkan kedua putranya.
.
.
.
.
.
.
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumor Girl | JenoxKarina
Fanfiction"Aku tidak peduli pikiran orang lain tentangku. Tapi aku peduli apa yang kau pikirkan tentangku",-Karina Kim