Rumor Girl
By : Yoora KinSuara jepretan diikuti kilatan flash kamera memenuhi ruangan itu. Para anggota ekstrakulikuler modeling berpose bergantian di depan photographer. Anggota ekstrakulikuler photography bergantian melakukan tugasnya.
Jeno dengan setia duduk di salah satu sofa di ruangan itu menunggu Karina. Dia masih menggunakan baju basketnya. Begitupun Jaemin yang masih menggunakan baju basket tapi sudah mengambil ahli kamera. Jadi Jaemin memiliki dua ekskul. Basket dan photography.
Jeno memainkan HPnya sesekali melirik mengawasi kekasihnya. Tidak lupa dia sesekali mengambil gambar Karina dengan HP nya untuk koleksi pribadinya hehehe.
Perlahan seluruh fokusnya diambil ahli Karina. Dia menatap intens kekasihnya yang fokus berpose di depan kamera. Dia sedang memuja kecantikan kekasihnya yang tidak berhasil menjeratnya hingga tidak bisa melirik gadis lain. Satu fakta disadarinya setelah pengakuan cintanya. Alasan mengapa dia tidak pernah tertarik atau mendekati gadis lain. Ternyata sudah lama hatinya diambil ahli Karina. His lovely rival.
Sebuah perasan janggal menghinggapi hatinya. Perasaan yang tidak pernah bisa ditepisnya. Perasaan gelisah setiap kali melihat Karina berinteraksi akrab dengan pria lain seperti saat ini Karina asik mengobrol dengan Jaemin sambil memilih-milih foto. Katakanlah dirinya posesif. Dia mencoba mengerti namun ada sebuah ketidakpastian yang belum diselesaikan dalam hubungan mereka. Sebaik-baiknya seseorang pasti punya sisi egois.
Jeno langsung membawa Karina pulang ketika pemotretan selesai. Karina duduk di sampingnya menatapnya penuh selidik. Perjalanan yang biasanya diisi obrolan ringan dan candaan keduanya berubah hening hingga mobil itu berhenti di depan rumah Karina.
"Lee Jeno, lo kenapa lagi ? perasan lo baik-baik aja bahkan dateng bareng Jaemin. Terus kenapa tiba-tiba kasar gitu ? kalo kameranya rusak gimana ?", omel Karina.
Tadi memang sempat terjadi insiden kecil. Jeno tiba-tiba saja menabrak Jaemin dan hampir menjatuhkan kamera di tangan Jaemin. Semua orang dapat melihat Jeno melakukannya dengan sengaja.
"Gue nggak suka lo terlalu dekat dengan dia"
Karina menghela nafas berat. Lagi-lagi pembahasan yang sama. Masalahnya selalu pada sifat posesif Jeno. Apalagi Jaemin dan Mark. Jeno bereaksi paling besar pada dua orang itu.
"Jen, Jaemin itu temen lo dari lama. Masa lo nggak percaya temen lo sendiri"
Jeno mengepalkan tangannya erat mencoba menahan emosinya. Entahlah dia kesal ketika merasa Karina tidak sedikitpun mengerti dirinya.
"Gimana gue tenang ? lo sendiri yang ngaku suka Jaemin. Gue takut Kar, pada akhirnya lo milih Jaemin dan ninggalin gue", Jeno menatap Karina kesal. Wajahnya sudah memerah oleh emosi bahkan matanya memanas dan mulai berkaca-kaca. "Dan di satu sisi. Lo bahkan nggak pernah bilang lo cinta gue. Kita pacaran tapi gue satu-satunya yang mengaku cinta", tutur Jeno berhasil membungkam Karina.
Karina mencoba menyentuh tangan Jeno tapi langsung ditepis kekasihnya. Jeno tampak memejamkan matanya dan mengatur nafasnya yang berantakan karena emosinya.
"Sorry gue jadi marah-marah !"
"Jen gue-"
"Gue pengen sendiri. Sana masuk !"
Karina menatap sebentar Jeno yang memalingkan wajah tak mau menatap dirinya. Karina mengalah dan memilih pergi.
"Kita bicara lagi setelah lo tenang. Hati-hati !", ucapnya sebelum turun dari mobil.
Karina melangkah cepat memasuki rumahnya yang masih sepi. Winter dan Jaejoong belum kembali. Gadis itu langsung menuju kamarnya dan menguci diri. Menghempaskan tubuhnya ke ranjang dan menenggelamkan wajahnya ke bantal. Tidak tahu mengapa, dia ingin saja menangis. Mungkin terkejut karena sudah lama melihat Jeno semarah itu padanya.
Dia kembali teringat setiap perkataan Jeno tadi. Dia menoleh mengeluarkan wajahnya dari bantal dan beralih menatap gelang yang melingkar indah di pergelangan tangannya. Itu gelang couple nya dengan Jeno.
"Lee Jeno bego !", gumamnya pelan.
.
.
.
.
.
.
.Pagi ini Karina berangkat dengan menumpang pada Winter dan Jaemin. Yah... Jeno masih merajuk rupanya. Dan sesuai dugaan Karina, kekasihnya itu tidak masuk sekolah. Mentang-mentang Ayahnya pemilik sekolah maka anak itu seenaknya tidak masuk. Karina sudah hafal betul dengan tingkah Jeno yang merajuk seperti anak-anak. Harus ada yang datang menghiburnya.
Akhirnya sepulang sekolah, Karina mendatangi kediaman keluarga Lee. Setelah menyapa si Nyonya Lee, Karina langsung menuju kamar kekasihnya yang tentu saja terkunci. Karina bahkan sampai meminta bantuan Mark untuk meminta Jeno keluar dari kamarnya. Tapi nihil ! Jeno bahkan tidak bersuara sedikit pun.
"Kalian bertengkar ?", tanya Yoona saat melihat Karina turun dari lantai 2 dengan wajah murungnya.
"Salah Karina, tante !" jawab Karina lesu.
"Anak itu memang bodoh. Putuskan saja dia kalau dia membuatmu sedih", ucap Yoona menepuk pelan pundak Karina yang sudah duduk di sampingnya.
"Kan aku yang salah. Aku nggak mau putus tante", ucap Karina membuat Yoona mendelik jelas tidak suka.
Karina tampak berpikir sebentar. Dia sedang berdebat dengan dirinya sendiri. Antara pikiran dan nuraninya. Sampai akhirnya dia menghela nafas sebentar dan membuka mulutnya.
"Tante... dulu Mama aku juga nggak suka aku bahkan pernah buang aku ke panti"
Yoona menoleh dan menatap Karina yang tiba-tiba bercerita. Gadis itu menatap lekat Yoona dan kembali melanjutkan perkataannya.
"Akhirnya Mama terima dan sayang aku. Tapi kita nggak dikasi banyak waktu. Mama aku akhirnya pergi setelah tertidur lama. Tante... penyesalan paling menyakitkan saat tidak ada yang bisa diperbaiki. Bukannya aku maksud ikut campur. Hanya saja aku nggak mau Tante dan Jeno menyesal kayak aku dan Mamaku"
Yoona terdiam mencerna setiap kata yang Karina ucapkan. Hubungannya dengan si bungsu sudah lama berlarut-larut dalam amarahnya. Jeno menerima setiap ledakan emosi dan menjadi pelampiasan kekecewaannya pada dirinya sendiri. Menjadikan Jeno yang tidak bersalah sebagai alasan. She's a bad mother.
.
.
.
.
.
.
.tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumor Girl | JenoxKarina
Fanfiction"Aku tidak peduli pikiran orang lain tentangku. Tapi aku peduli apa yang kau pikirkan tentangku",-Karina Kim