#29

1.4K 208 7
                                    

Rumor Girl
By : Yoora Kin




Jaejoong hampir mengumpat saat dia memasuki mobil Karina sudah duduk manis di dalamnya. Tumben sekali gadis itu mau berangkat bersamanya. Biasanya setia dijemput anak calon besan eh... anak temannya maksudnya.

"Ayo berangkat, Pa !"

Karina terus melihat keluar jendela dan tiba-tiba menunduk mendapati mobil itu berpapasan dengan mobil Jeno. Jaejoong sampai menggeleng melihat kelakuan Putrinya itu.

"Kenapa ? berantem ?"

"Orangtua nggak usah ikut-ikutan ! Ini urusan anak muda"

"Kamu ngatain Papa tua ?"

Karina menoleh menatap Ayahnya itu. "Yah kan emang udah tua"

Bolehkah Jaejoong memaki anaknya ini ?

Bukan hanya di pagi hari. Tapi seharian di sekolah Karina terus menghindari Jeno. Dia akan langsung melarikan diri begitu berpapasan dengan Jeno. Jeno ? dia malah merasa tingkah Karina itu menggemaskan. Gadis itu jelas selalu salah tingkah sebelum melarikan diri.

Hari ini Jeno akan berterima kasih pada gurunya yang satu ini. Oh Sehun. Mereka dipanggil lagi untuk menanyakan persiapan terakhir untuk lomba besok hari. Usaha melarikan Karina sia-sia sudah.

"Eit... mau kemana ?"

Jeno menahan tangan Karina sebelum gadis itu melarikan diri ketika mereka keluar dari ruangan itu.

"Mau ke kelas"

"Ck, biasanya juga bolos. Ikut gue !"

Jeno membawa Karina ke rooftop. Satu-satunya tempat yang muncul di pikirannya. Karina berdiri membelakangi Jeno. Sengaja tidak mau menghadap si sipit. Tingkah Karina ini sungguh membuat Jeno gemas.

Jeno menarik bahu Karina membuat tubuh keduanya berhadapan. Dan lagi-lagi Karina berusaha menghindari kontak mata keduanya.

"Kenapa menghindar ?"

"Siapa ? nggak tuh !"

"Yakin ? kenapa tadi berangkat duluan ?"

"Lo yang kesiangan", jawab Karina meninggikan suaranya.

"Nggak tuh ! Gue berangkat di jam biasa"

"Berarti gue yang kepagian"

Jeno sukses dibuat tertawa oleh Karina. Jawaban macam apa itu. Sejak kapan Karina tidak bisa menang dari berdebat dengannya ?

"Lihat gue !", Jeno menahan dagu Karina agar menatap matanya. "Jadi jawaban lo ?", tanya Jeno menatap lekat mata Karina.

"Jawaban apa ? jawaban soal nomor berapa ?", Karina lagi-lagi mengelak.

Cup...

Karina sukses melotot karena Jeno tiba-tiba mengecup singkat bibirnya. "Sekali lagi lo mengelak gue cium", ancam Jeno membuat Karina menciut.

Karina menutup bibirnya dengan tangannya lalu menggeleng ribut. Serigai Jeno menghiasi wajah tampan itu. Dia semakin mendekatkan tubuhnya sedangkan Karina terus mundur hingga bersandar pada pagar pembatas.

"Oke ! lo yang minta", ucap Jeno tersenyum penuh arti.

Meski Karina menutup bibirnya dengan tangan. Jeno malah melancarkan aksi mencium seluruh bagian wajah Karina kecuali bibir yang tertutup tangan Karina.

"Gue nyerah ! peace !", Karina berusaha mendorong Jeno menjauh.

"Jadi !"

"Gue...", Karina tampak berpikir. "Gue jawab nanti. Besok kalo kita menang gue kasi lo jawaban", Karina memang paling bisa untuk mencari jalan keluar.

Jeno kembali tersenyum. Tidak bisa ! dia butuh kepastian. "Kalo kita menang besok. Jawaban lo cuma satu 'iya'. Nggak ada penolakan !", teguh Jeno.

"Iya, iya. Terserah lo ! jangan dekat-dekat !", Karina pasrah karena Jeno kembali berusaha menyerangnya.

Kali ini Jeno membiarkan Karina melarikan diri. Dia puas. Jawabannya sudah pasti. Mereka berdua kan tidak pernah meninggalkan rangking teratas di setiap perlombaan yang mereka ikuti.

"Kalo gue tahu kelemahan lo di bibir. Udah dari dulu gue cium", ucapnya tersenyum sendiri.

.
.
.
.
.
.
.
.

Karina membasuh wajahnya dengan air. Dia berada di toilet. Mana mungkin dia kembali ke kelas dengan wajah memerah dan detak jantung yang tidak teratur itu. Lee Jeno benar-benar membuatnya kacau.

"Akhhh sialan Lee Jeno !"

"Kalo Jeno Oppa suka sama lo gimana ?", dia kembali teringat perkataan Winter waktu itu.

Dia masih terkejut dengan pengakuan Jeno. Tingkah agresif Jeno. Dan kini dia mulai teringat bagaimana Jeno memperlakukannya selama ini. Yah, dia tidak melupakan fakta Jeno lah yang selalu berada di sampingnya.

Kekehan pelannya terdengar mengingat beberapa kenangan bersama Jeno. Mengingat dulu dia sering bertengkar sejak jaman SD dengan si sipit itu karena memperebutkan rangking 1. Mengingat bagaimana sifat kompetitif Jeno yang tidak mau ketinggalan setiap kesempatan untuk mengalahkannya.

Mereka sudah bersaing sejak lama membuat keduanya tidak terlalu menyadari kedekatan yang terbentuk dengan sendirinya. Tanpa sadar mereka saling mengenal satu sama lain dengan baik. Siapa yang tahu jika di akhir persaingan itu ada perasaan yang menunggu mereka.

"I might be crazy !"

.
.
.
.
.
.
.
.tbc

Rumor Girl | JenoxKarina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang