"Lo tau isi hati gue apa, dan lo mau maksain perasaan sepihak ini?" tanya Cikal yang hanya membuat Keysa semakin menunduk. "Kenapa lo ga lebih milih hidup dengan pria yang mencintai lo dari pada dengan pria yang lo cintai tapi ga mencintai lo?" lanjut Cikal dengan lirih.
"Bukannya lo juga sama aja kaya gue Kal? Gue mencintai lo sebelah tangan, sama hal nya dengan lo ke tetangga yang tante-tante itu," balas Keysa dengan nada lirih juga.
"Beda. Lo dan gue itu beda. Kita ga sama," balas Cikal.
"Beda apa nya? Kita itu sama, lo nya aja yang ga sadar," balas Keysa.
"BEDA! GUE BILANG BEDA YA BEDA NGERTI GA SIH LO?! GUE BISA DAPETIN HATINYA MBAK KINARA SEDANGKAN LO GA AKAN PERNAH BISA DAPETIN HATINYA GUE!!" Bentak Cikal sudah tidak tahn.
Dengan tidak sopan Cikal berjalan dengan tergesa keluar pekarang rumah dan membawa motornya dengan kecepatan tinggi. Dalam gelap malam yang mulai menyelimuti bumi Cikal berkemudi tanpa tentu arah. Hingga akhirnya ia menepikan motornya ditepi taman yang indah nan tentram dengan lampu-lampu yang menghiasinya.
Cikal mengeluarkan hp dari dalam saku celananya yang sejak tadi tak henti berdering namun ia abaikan. Dengan cepat ia mendial satu kontak yang menurutnya kini hanya tempat ia berlari "Mbak Tetangga" hingga terdengar suara dari sebrang sana melalui speaker hp.
"Apaan sih malem-malem nelfon ga tau apa kal--"
"Mbak boleh ga sih gue jadiin lo tempat untuk pulang?" tanya Cikal memotong ucapan Kinara yang menggerutu disebrang sana.
"Maksud lo?" tanya Kinara heran.
"Gue.... gue pingin pulang. Tapi bukan kerumah yang ditempati oleh keluarga gue, bukan juga rumah sodara atau temen gue. Gue pingin pulang, ke dekapan hangat lo mbak," ujar Cikal dengan nada lirih sambil jatuhnya air mata tanpa bisa ditahan.
"Aku ngerti maksud kamu, kamu bisa berkendara ke kota sebelah sekarang? aku baru sampai disini barusan karna kini urusan ku tinggi proyek yang dikota sebelah," ujar Kinara dengan nada lembut.
"Bisa," jawab Cikal sambil menganggukkan kepalanya dengan refleks seolah Kinara ada dihadapannya sekarang.
Kinara menyebutkan alamat hotel yang kini ia tempati sebagai tujuan Cikal untuk menemuinya sebelum akhirnya panggilan diakhiri dan cikal menonaktifkan hp nya tanpa ingin diganggung oleh orang-orang yang sejak tadi tak henti menghubunginya seolah-olah kini ia seorang buronan.
Tak tunggu lama Cikal langsung bangkit dan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi agar tidak memerlukan waktu lama untuk sampai ke tujuan pikirnya.
Hingga akhirnya ia mulai memasuki pekarangan hotel dan melihat Kinara berdiri di loby berbincang dengan seorang pria membangkitkan rasa cemburu dalam dirinya. Cikal memarkirkan motornya disamping pintu lobby yang selanjutnya ia berjalan dengan tergesa dan memeluk Kinara dengan posesif serta memasang wajah sangat dingin.
"Apaan sih?!" Ujar Kinara kaget bercampur kesal.
"Ayang ngapain disini dengan pria lain? Bukannya nungguin calon suami tapi malah ngobrol sama pria lain," jawab Cikal dengan percaya dirinya.
"Lo--"
Cikal langsung menarik wajah Kinara kebelakang dan menciumnya dengan rakus seolah ia melampiaskan apa yang sebenarnya sedang ia rasakan. Kinara yang masih dalam batas kesadaran mendorong Cikal dengan sekuat tenaga dan menarik tangan Cikal dengan kencang memasuki kedalam lift. Dalam diam Cikal terus menatap Kinara yang diam seribu bahasa dengan tatapan sangat dingin serta tangannya masih memegang pergelangan tangan Cikal dengan kuat.
Tak berselang lama akhirnya mereka sudah sampai dikamar hotel yang Kinara pesan untuk beberapa hari kedepan selama ia mengurus proyek yang harus ia kerjakan. Kinara melepaskan tangan Cikal begitu saja dan terduduk diatas kasur sambil bersilang dada menatap Cikal tajam.
"Lo tau pria lain yang lo sebut tadi itu siapa?" Tanya Kinara dengan nada dinginnya.
"Pria lain," jawab Cikal.
"Ya! Pria lain itu bos gue bodoh! CEO perusahaan gue! Panca! Namanya Panca! Lo harus inget itu!!" Ujar Kinara dengan kesal.
Cikal yang melihat itupun terdiam dengan raut bersalah dan mulai melangkah perlahan hingga kehadapan Kinara.
Mata mereka saling pandang hingga tanpa aba-aba Cikal kembali mencium Kinara dan mendorong tubuh wanita itu hingga terjatuh ke atas kasur tanpa bisa melawan. Bagaimana bisa Kinara melawan jika pertahanan Cikal begitu kuat hingga dia yang seorang wanita biasa tidak bisa berbuat apa-apa.
Kinara tak ada memberi balasan sedikitpun pada perlakuan Cikal, yang ada ia terus mencoba untuk menghindar sekuat tenaga. Namun Cikal yang seorang pria normal dengan emosi tak stabilpun malah semakin membuaskan dirinya tak perduli lawan mainnya membalas atau tidak.
Hingga akhirnya Kinara merasa jika semakin sini suasananya semakin intim dengan kuat Kinara mencoba melepas tapi apa daya ia tak bisa berbuat apa-apa. Beberapa jam pun berlalu dalam diamnya Kinara menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Meski ia belum menikah diusianya yang hampir menginjak kepala 3 tapi bukan berarti harus seperti ini juga, menyerahkan diri pada seorang remaja yang bahkan usianya belum menginjak kepala 2.
Kinara memejamkan matanya dan mengingat setiap ucapan Cikal yang sejak tadi dikatakan dengan jatuhnya air mata. Ia tau lelaki remaja yang kini sedang tertidur pulas dengan tangan memeluk tubuh Kinara posesif itu sedang sangat kalut. Tapi Kinarapun sadar jika yang ia lakukan ini tidak benar.
Beragam pertimbanganpun muncul dibenak Kinara, hingga akhirnya Kinara coba melepaskan pelukan Cikal dan bangkit berjalan dengan perlahan memunguti pakaiannya menuju kamar mandi. Didalam bathup dengan kondisi air terus mengalir dari shower tepat diatas kepalanya Kinara terus berpikir dan mencoba mengelak keadaan yang baru saja terjadi. Hingga beberapa waktu ia dalam keadaan begitu terdengar suara ketukan serta dobrakan pintu yang begitu kencang.
Dengan cepat Kinara bangkit dan memakai anduk sebelum membuka pintu. Tepat didepan pintu, berdiri Cikal yang sudah berpakaian namun berwajah panik seolah-olah sesuatu hal buruk terjadi. Namun tak disangka, beberapa detik kemudian remaja itu memeluk Kinara dengan hangat sambil mengelus punggung Kinara yang tak sepenuhnya tertutupi oleh handuk.
"Apaan sih?!" Tanya Kinara dengan nada ketus.
"Gue takut lo pergi ninggalin gue selamanya," jawab Cikal lirih.
"Lo pikir gue lagi bunuh diri?" tanya Kinara yang dibalas anggukan kepala oleh Cikal membuat Kinara langsung berdecak. "Gue masih kuat iman ya untuk ga mengakhiri hidup gue segampang itu," lanjutnya.
"Habisnya--"
"Stop oke, lo balik lagi sana gue mau lanjut mandi," ujar Kinara sambil menutup pintu.
"Mbak," panggil Cikal sambil menahan pintu dengan tangannya.
"Apaan lagi bocil?" tanya Kinara mulai jengah.
"Ga akan ada ronde dua gitu? kan kaya di film-film bf itu asik kayanya," ujar Cikal sambil memasang wajah so cool nya.
"BERISIK ANJUUUUU!!!" Teriak Kinara sambil menutup pintu dengan kencang masih dengan tangan Cikal menahan hingga terjepit.
"MBAK TANGAN GUE!!" Teriak Cikal sambil menahan sakit dan berusaha menarik tangannya dari jepitan.
Dibuka pintu oleh Kinara sedikit memberi kesempatan Cikal untuk menarik tangannya namun kemudian ia tutup kembali dengan kencang tak memberi longgar pada bocah yang kapan saja bisa berbuat tak terduga pada Kinara.
"Galak juga Mbak tetangga, ngalahin janda bolong eh janda bodong maksudnya," geurut Cikal sambil melangkah menuju kasur dengan meratapi nasib tangannya yang tadi terjepit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sssttt Mbak!
RandomKinara Ayu (28thn), seorang sekretaris disebuah perusahaan swasta yang sedang berkembang. Anak tunggal yang jauh dari sanak saudara. Wanita yang manis, perfectsionis, cuek yang selalu dihindari oleh beberapa karyawan wanita karna ke-ketusannya yang...