Andra dan Hafidz menunggu Cikal dikamar inap Riki, bukan hal gampang menyuruh sahabatnya itu untuk bekerja sama namun akhirnya mereka dapat membujuk Cikal dengan segala keras kepalanya. Hingga tak lama Cikal masuk dengan wajah panik dan keringat yang mengalir dipelipisnya.
"Dimana Kinara?" tanya Cikal to the point.
"Duduk dulu sini," ujar Riki pelan.
"Jawab aja sih napa dimana Kinara?!" tanya Cikal dengan nada mulai meninggi.
Bugh, Andra memukul kepala belakang Cikal. "Ini rumah sakit bego, santuy ini kamar nomor 2 dimana belah sono ada orang lain yang lagi istirahat," ujar Andra sambil menarik tanga Cikal untuk duduk di sofa.
"Kinara ada dilantai 7, lebih tepatnya diruang NICU," ujar Hafidz yang duduk dikursi samping ranjang Riki.
"Yang kita tau, dia lagi jaga anaknya yang udah dirawat hampir 2 tahun dirumah sakit ini karna kelainan hati dan sedang menunggu donor yang cocok," ujar Andra.
"Coba lo inget-inget bulan kapan lu mantep-mantep sama itu mbak, ditambah 9 bulan hamil dan bandingin sama usia anak itu sekarang," ujar Riki membuat Cikal semakin mematung.
Dalam diam ia kembali mengingat segala kejadian dan menghitung dengan seksama. Deg. Dadanya sesak saat mendapat hasil hitungannya, ia menatap wajah satu persatu sahabatnya itu dan menggelengkan kepala kembali menghitung ulang berkali-kali hingga akhirnya ia frustasi dan berdiri dari duduknya namun tubuhnya ditahan oleh Andra.
"Keep Calm Cikal, kita masih perlu infromasi lainnya buat lebih memastikan oke," ujar Andra.
"Kalo emang itu anak gue, gue rela donorin hati gue buat anak gue buat ngebalas semua perlakuan gue selama ini," ujar Cikal dengan nada berat menahan tangis.
Cikal berdiri menyekal tangan Andra yang menahan dan berjalan menuju lift yang diikuti oleh Hafidz dan Andra meninggalkan Riki sendiri. Dalam diam mereka mengikuti Cikal memasuki lift dan turun dilantai loby , berjalan menghampiri pusat informasi.
"Permisi mbak mau tanya, apa benar disini ada anak laki-laki kisaran usia 2 tahun lebih sedang dirawat diNICU menunggu donor hati?" tanya Cikal pada resepsionis.
"Sebentar ya," resepsionis itu melihat komputer mencari data beberapa menit. "Benar mas," lanjutnya.
"Apa walinya atas nama Kinara?" tanya Cikal lagi.
"Benar mas, walinya atas nama Kinara Ayu. Pasien sudah hampir 2 tahun dirawat disini karan kelainan hati," jawab resepsionis itu.
"Apa dapat donornya sesulit itu?" tanya Cikal dengan nada sedikit bergetar sekuat tenaga menahan tangis.
"Sulit mas, karna golongan darahnya termasuk salah satu yang sangat langka dan tidak cocok dengan sang ibu , lebih kasiannya lagi ayahnya sudah tidak ada dimana harapan satu-satunya sudah tidak ada selain menunggu yang cocok," ujar resepsionis itu membuat Cikal lemas.
Air mata menetes tak tertahan dan tangan menopang pada meja resepsionis agar tubuhnya tidak terjatuh. Dirinya terasa ditimpa ribuan ton kenyataan yang sungguh ia tak menyangka jika ini nyata.
"Boleh tau siapa namanya?" tanya Andra.
"Nama bapaknya atau anaknya?" tanya resepsionis.
"keduanya," jawab Andra.
"Itu informasi pribadi pasien yang ga bisa kami infokan karna permintaan mbak Kinara sendiri,"
"Kita kenal mbak Kinara, siapa tau kami tau keluarga suaminya biar lebih cepat mendapat donor," ujar Hafidz dengan yakin.
"Disini mbak Kinara menyantumkan dirinya tidak memiliki suami,"
"Sebutin aja nama bapak anaknya siapa tau kita tau yang mana keluarganya," ujar Andra greget.
"Nama ayahnya anonim. Ga dicantumin maaf mas,"
Tanpa bicara Cikal langsung membalik badan dan berjalan tergesa menuju lift yang diikuti oleh Hafidz dan Andra. Mereka terdiam didalam lift hingga sampai di lantai 7, keluar lift dengan tergesa dan berhenti didepan ruang Nicu. Awalnya Hafidz hendak menahan tangan Cikal namun dicekal oleh Andra, "Biarin aja kali ini," ujar Andra membuat Hafidz terdiam membiarkan Cikal bertingkah semaunya.
Saat masuk mereka memakai APD yang disediakan untuk memasuki ruangan NICU. Dilihat satu persatu ruangan yang berisi bayi hingga balita dengan berbagai alat penopang hidup terpasangn ditubuh mereka. Tepat dikamar ke empat dapat dilihat seorang anak berusia 2 tahun terbaring lemah sedang mengelus kepala seorang wanita yang tertidur sambil terduduk dikursi sampingnya yang menimbulkan rasa tak nyaman menjalar di dada nya.
"Itu Kinara," ujar Andra.
Deg. Cikal langsung menoleh ke Andra dengan raut wajah yang tak biasa.
"Apa mas-mas ini kerabat nya pasien Langit?" tanya seorang perawat.
"Langit?" tanya mereka bertiga bersamaan.
"Iya, Langit. Pasien diruangan ini namanya Erlangit Cikal Saputra, setiap hari hanya ditemani oleh ibu nya yang sedang tertidur itu. Namanya Kinara, hampir 2 tahun mereka selalu berdua diruangan itu melewati berbagai moment bersama tanpa ada orang lain. Dan yang saya dengar sudah hampir 1 tahun juga ibu Kinara berhenti bekerja dan fokus pada kesembuhan anaknya yang tak pasti kapan mendapat donor," ujar perawat itu dengan nada sendu membuat Cikal semakin mematung.
"Ga ada seorang pun yang menemani mereka?" tanya Hafidz.
"Tidak ada, bahkan yang saya dengar pun bahkan ibu Kinara tidak pernah menikah setelah memilik Langit dengan gosip nya MBA juga dan entah kemana ayah dari Langit," jawab perawat itu, "Saya pamit mengecek pasien yang lain lagi , permisi," lanjutnya.
Cikal hendak membuka pintu namun terhenti saat Kinara terbangun dari tidurnya dan langsung mencium kening anak laki-lakinya itu. Bagai ditikam ribuan pisau, badannya melemas seiring melihat interaksi diantara mereka hingga Cikal memaku saat matanya tertangkap oleh mata Langit yang tersenyum langsung pada Cikal dan melambaikan tangannya membuat Kinara langsung melihat keluar ruangan yang juga langsung mematung melihat sosok Cikal.
Saat hendak berdiri keluar ruangan gerakannya terhenti karna Cikal lebih dulu memasuki ruangan dengan air mata yang berurai dipipinya tanpa sadar.
"Jangankan hati, bahkan nyawa pun aku rela kasih buat Langit Mbak," ujar Cikal dengan nada serak.
"Bu, itu capa?" tanya Langit dengan nada lembutnya yang sangat meneduhkan hati, meskipun umurnya baru dua tahun lebih tapi ia sudah lancar berbicara dan berjalan, hanya saja kondisinya yang tak mendukung ia beraktivitas normal. "Anteng aya Langit ya hehe," lanjutnya membuat Kinara yang tadinya hendak berbohong dan segera mengusir Cikal terdiam dan tersenyum.
"Lebih ganteng Langit dong, kan Langit anak ibu yang paling ganteng sejagad raya ini," ujar Kinara dengan serak sambil menahan tangis.
"Mbak, ga usah bahas masa lalu dulu. Ada yang lebih penting sekarang. Katanya orang dewasa bisa mendonorkan sebagian hatinya untuk anak kecil dalam keadaan tertentu, dan juga yang aku dengar golongan darah Langit yang sangat langka," Ujar Cikal dengan serak namun tatapan serius. "Aku rela dan ikhlas demi Erlangit Cikal Saputra," lanjutnya.
Kinara terdiam memikirkan segala kemungkinan yang terjadi, ingin berbohong namun dari ucapan Cikal pun ia sudah tau jika pria muda didepannya ini sudah tau mengenai anaknya yang lebih tepat anak mereka berdua. Ya beberapa bulan sejak hari itu, Kinara mengetahui dirinya hamil dan bahkan Panca dengan bersikeras ingin bertanggung jawab namun Kinara selalu menolak. Hingga kondisi Langit yang hampir 1 tahun dirawat dirumah sakit dan semakin memburuk membuat Kinara terpaksa berhenti bekerja, bahkan hingga memindahkan Langit kerumah sakit lain untuk terlepas dari Panca yang terus menerus membantunya dalam finansial biaya pengobatan Langit.
Namun yang namanya takdir terkadang memang rumit, menghindar dari Panca namun malah berakhir lagi bertemu Cikal. Semakin dipikirkan semakin pusing, Kinara menangis kencang dan berlutut didepan Cikal membuat semua orang yang melihat terdiam.
"Aku membuang segala harga diri ku memohon dan meminta tolong. Tolong bantu anak ku, tolong selamatkan dia, hanya kamu yang bisa menolongnya. Erlangit hidup dan matiku , tolong , aku sangat memohon bantuan yang meminta tolong dengan sangat," ujar Kinara semakin kencang menangis melupakan segala harga diri dan ego nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sssttt Mbak!
RandomKinara Ayu (28thn), seorang sekretaris disebuah perusahaan swasta yang sedang berkembang. Anak tunggal yang jauh dari sanak saudara. Wanita yang manis, perfectsionis, cuek yang selalu dihindari oleh beberapa karyawan wanita karna ke-ketusannya yang...