Dua Puluh Dua

1.3K 73 19
                                    

Hanya sebentar, tak menghabiskan waktu hingga 5 menit dokter pun kembali dengan wajah sumringah.

"Pak , ada donor hati yang cocok untuk Langit. Seorang anak kecil berusia 5 tahun yang baru saja dinyatakan meninggal karna mati otak setelah 2 minggu kritis setelah kecelakaan mobil. Seluruh keluarga telah menyetujui donor organ sesuai dengan prosedur yang berlaku," ujar dokter membuat semua orang bersyukur. "10 menit lagi organ hati akan datang, jadi bapak dan yang lainnya bisa menunggu dengan ibu Kinara didepan ruang operasi," lanjutnya.

Cikal pun langsung melepas jarum infus dan berlari kencang menuju ruang operasi menghampiri Kinara yang terduduk memejamkan mata dengan kedua tangan didepan dada tak henti berdo'a.

"Mbak!" Panggil Cikal dan langsung memeluk Kinara dengan erat. "Langit dapat donor hati yang cocok mbak," lanjutnya.

"Ya, aku sudah dengar kabarnya," jawab Kinara pelan.

"Aku tidak jadi mendonorkan hati pada Langit, tapi setidaknya aku masih membantu dengan mendonorkan darah untuknya," ujar Cikal lagi.

"Terima kasih," jawab Kinara pelan sambil melepaskan pelukan Cikal. "Mungkin kamu disini sebagai ayah Langit, tapi jangan sampai lupa jika kamu sudah punya istri," lanjutnya.

Ucapan Kinara tak hanya membuat Cikal menjadi datar tapi hampir semua orang menjadi terdiam. Keheningan mendominasi membuat suasana hangat awal berakhir sangat dingin. Tak ada keinginan Cikal untuk membalas karna dalam hati ia sudah melampiaskan segalanya.

Hingga sebuah kalimat sakral terucap dari bibir merah muda Cikal, "Kalo gue menceraikan Keysa, apa lo dan Langit mau hidup bahagia sama gue?" Tanya nya.

"Kal--"

Plaakk. Keysa yang hendak berucap kembali mengatupkan bibirnya saat melihat Kinara menampar Cikal.

"Kamu katakan kalimat itu lagi, bukan tamparan tapi sebuah pukulan yang lebih keras lagi. Kamu memang ayah biologis Langit, tapi bukan berarti aku ingin merebutmu dari seorang wanita yang lebih dulu menjadi istrimu. Jangan pernah mengucapkan kata cerai dengan gampang tanpa memikirkan perasaan beberapa pihak," ujarnya.

"Tapi selama ini gue ga cinta sama Keysa mbak, gue cinta nya sama lo. Dan sekarang ada Langit diantara kita, apa lo ga mikir kedepannya gimana?" Balas Cikal.

"Kedepannya? Kedepannya kita hidup masing-masing saja seperti sedia kala tanpa menganggu kehidupan masing-masing. Jaman sekarang udah bisa kok ngurus surat surat tanpa surat nikah, jadi kamu ga usah repot memikirkan nanti Langit sekolah bagaimana," ujar Kinara.

"Kaya dulu? Lo gila! Gue dulu hampir mati gila nyariin lo yang tiba-tiba pergi dari kehidupan gue, dan sekarang lo mau kaya gitu lagi? Kenapa lo ga bunuh gue sekalian aja mbak biar gue ga terus-terusan maksain perasaan gue ke istri gue dan terus-terusan mendem perasaan gue ke lo," balas Cikal sambil meneteskan air mata. "Selama ini gue ga pernah protes apa-apa lagi ke orang tua gue, gue terima status gue sebagai suami Keysa tapi ga satu pun yang tau bahwa sampai detik ini pun perasaan gue cuma buat lo. Dihati gue cuma ada lo, bukan cuma sekedar obsesi seperti kata orang-orang, bukan. Bahkan gue sampai ke psikiater diem-diem biar diri gue tetep waras mbak," lanjutnya.

"Kita semua disini demi dan untuk Langit, bukan untuk membahas hubungan yang memancing emosi ini. Aku kira kamu sudah dewasa, namun ternyata tetap sama," Ujar Kinara sambil berdiri dari kursi dan pindah berjongkok menundukkan kepala disamping pintu operasi bersebrangan dengan semua orang.

Cikal yang melihat itu pun ikut melangkah dan jongkok disamping Kinara, "Maafin gue mbak ga tau waktu dan tempat," ujarnya sambil menggenggam tangan Kinara dengan lembut.

Kinara tak melawan, hanya terdiam berdo'a dalam hati berharap operasi Langit berjalan lancar. Sedangkan Cikal hanya terdiam melihat Kinara terdiam yang akhirnya ikut menundukkan kepalanya. Keysa yang melihat itu hanya terdiam dan berlalu pergi menahan rasa sakit, sakit sesakit-sakitnya. Jika selama ini Cikal memaksakan perasannya, ia pun sama tersiksa nya karna harus memendam rasa sakit sendirian.

***

Keysa terduduk disalah satu kursi taman rumah sakit, diam dengan tatap kosong entah melihat apa yang ada dihadapannya. Hingga seorang pria dengan kaos oblong hitam dan celana cargo pendek ikut duduk disampingnya.

"Kamu ngapain disini key?" tanya Hafidz namun dihiraukan.

Hafidz pun hanya terdiam menemani Keysa tanpa ingi  bertanya lebih lanjut lagi, karna ia sudah bisa menebak pasti semua ini tentang Cikal. Andra memberitahu segalanya apa yang telah terjadi dan sudah dipastikan akan ada hati yang tersakiti.

"Kamu kuat, aku yakin kamu bisa lewati semua cobaan ini," ujar Hafidz lagi.

Keysa memalingkan wajahnya dan menatap Hafidz dengan tatapan kosong.

"Apa aku memang ditakdirkan untuk tidak bahagia?" tanya nya pelan namun masih terdengar oleh Hafidz.

"Tidak Key, semua orang pasti ditakdirkan bahagia oleh tuhan hanya saja mungkin belum waktunya kamu untuk bahagia saat ini. Tapi yang pasti nanti akan tiba waktunya kamu bahagia Key," jawab Hafidz dengan lembut sambil mengusap lembut pipi Keysa.

"Aku cape," ujar Keysa sambil menjatuhkan kepalanya dipundak Hafidz.

Tanpa protes Hafidz membiarkan Kinara meluapkan semua air mata dipundaknya, karna mungkin hanya ini yang bisa ia lakukan sambil membelai lembut surai panjang gadis itu. Dari kejauhan Andra terdiam dengan tatapan datar melihat semua ini, meski jarak yang cukup jauh namun ia melihat dengan jelas apa yang Keysa dan Hafidz lakukan. Mungkin terlihat wajar karna mereka bersahabat, tapi tidak untuk Andra yang mengetahui perasaan salah satu diantara mereka.

***

Beberapa jam berlalu , Kinara masih setia menunggu Langit didepan ruang operasi dengan ditemani oleh Cikal dan kedua orang tuanya. Hingga tak lama keluar salah seorang dokter dengan senyum diwajahnya.

"Alhamdulillah operasinya berjalan lancar," ujar dokter itu.

"Alhamdulillah Ya Allah," ujar Kinara bersujud syukur.

Tak lama ia berdiri kembali dan menunggu yang tak lama pintu kembali terbuka, keluar beberapa perawat sambil mendorong kasur yang diatas nya ada Langit masih tertidur pulas efek obat bius. Kinara dan yang lainnya mengikuti dari belakang hingga Langit memasuki ruang NICU yang tak boleh dikunjungi oleh siapapun dulu selain dokter dan perawat.

"Kamu anak yang hebat anak ibu yang paling kuat, terima kasih sudah bertahan nak," ujar Kinara sambil mengelus kaca seolah ia mengelus Langit yang terlihat melalui kaca bening dihadapannya itu.

"Dibalik anak yang kuat pasti ada ibu yang berkali-kali lebih hebat, terima kasih kamu masih kuat tanpa putus asa meski dengan harapan dibawah 50%," ujar Safira - mamah Cikal pada Kinara.

Kinara hanya tersenyum mendengar ucapan wanita paruh baya itu, dan ia hanya terdiam saat Safira mengelus punggungnya pelan seolah memberinya semangat.

"Gue bukan mau nyari ribut, tapi bener kata lo kalo gue masih ke kanak-kanakkan. Gue harap Langit tumbuh dewasa kaya lo jangan kaya gue, bisanya cuma bikin orang-orang kecewa," ucap Cikal sambil mengelus kepala Kinara yang ditutupi oleh jilbab sebelum ia melangkah pergi.

Sssttt Mbak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang