Tiga Puluh Dua

451 20 0
                                    

"Ibu dan bapak salah orang kali," Ujar Kinara dengan memaksakan tersenyum.

"Tidak, ibu dan bapak tidak salah orang kok. Mereka berdua mencari-cari kamu nak, namun sayang nya saat itu kamu sedang tidak bisa dihubungi," Balas Inara.

"Mau apa mereka nyari Ayu? 30 tahun Ayu hidup didunia dan mereka baru mencari 2 tahun terakhir ini? Apa yang mereka mau? Apa salah satu dari mereka ada yang sakit parah hingga mencari Ayu hanya untuk menginginkan organ dalam Ayu? Ayu...." Ucapan Kinara terhenti saat lengan Cikal mengenggamnya hangat.

Kinara menatap Cikal yang menatapnya dengan lembut, ditariknya tubuh kecil Kinara kedalam pelukan Cikal. Hingga air mata nya mengalir dan tangis nya pecah. Bohong jika Kinara tidak merasa sakit, bahkan yang ia rasakan sangat sangat sakit.

"Ssstt mbak, jangan bersepkulasi yang engga engga dulu ya. Kita ga tau alesan mereka yang sebenarnya kan," Ujar Cikal lembut dengan tangan mengelus punggung Kinara. "Apa bapak dan ibu tau alesan mereka mencari mbak Kinara?" Lanjut Cikal bertanya pada Arki dan Inara.

"Benar kata mu nak, salah satu dari mereka sakit. Tapi bukan organ dalam yang mereka ingin kan, melainkan pengampunan mu nak," Jawab Arki dengan lembut berharap Kinara memahami kondisi. "Ibu mu, ibu kandung mu, ibu yang melahirkan mu terkena kanker rahim dan itu sudah ia alami 1 tahun saat kita bertemu yang jika dihitung berarti sudah 3 tahun jika hingga saat ini," lanjutnya.

"Hari itu pun pertama dan terakhir kali nya ibu dan bapa ketemu orang tua mu," Ujar Inara sambil mengelus pelan punggung tangan Kinara. "Nak, ibu dan bapa memberikan kontak hp mu pada mereka. Jika mereka belum mengubungi mu hingga saat ini berarti mereka ada alasan lain," Lanjutnya.

Kinara diam tak mengatakan apapun. Hingga tak lama Kinara bangkit dan berjalan menuju kamar, mengambil Handphone lama nya yang ia simpan dalam laci nakas. Dinyalakan nya handphone itu , dan ia buka buka kembali semua pesan masuk melalui whatsapp ataupun pesan biasa.

Saat fokus melihat semua pesan, sebuah panggilan masuk melalui seluler biasa. Namun hal yang membuat Kinara tidak langsung mengangkat adalah nomor yang menelfon adalah nomor tanpa nama dan asing bagi Kinara.

"Mbak, angkat," ujar Cikal yang duduk disamping Kinara.

Namun Kinara masih terdiam , hingga panggilan itu berakhir tapi memanggil lagi tak berseling lama. Cikal merebut handphone nya dan menslide ikon hijau.

"Halo," Ujar Cikal saat mengangkat panggilan, dan ia tidak lupa untu menloadspeaker panggilan.

"Hmm,maaf apa ini benar nomor Kinara?" Ujar seorang pria disebrang sana.

"Maaf ini dengan siapa nya Kinara? ada keperluan apa menghubungi Kinara?" Tanya Cikal.

"Saya...... Adrian, ayah kandung Kinara. Ada hal penting yang harus saya bicarakan pada Kinara, apa Kinara ada?"

"Hal penting apa yang ingin anda bicarakan?"

Terdengar helaan nafas pelan dari sambung telfon membuat Cikal mengangkat alis nya sebelah. "Sangat penting, saya to the point aja. Ibu kandung Kinara saat ini kritis, saya harap ia ingin bertemu dengannya walau hanya sekali untuk mendengar semua penjelasan yang mungkin selama ini ingin ia dengar. Saat ini ia dirawat di Rumah Sakit Harapan Kasih, lantai 5 ruang anggrek," Ujar Adrian.

Kinara merebut handphone dari tangan Cikal dan menyentuh tombol berwarna merah untuk mengakhiri sambungan telefon. "Lupakan saja, kita kembali ke ruang tengah," Ujar Kinara dan berangjak dari kasur.

Namun Kinara terdiam, tak melanjutkan langkah nya saat melihat Arki, Inara, dan juga Kiky berdiri didepan pintu kamar.
Sofia? Dia berada dikamar sebelah menemani Langit bermain, jika dibiarkan sendiri bisa-bisa cucu laki-laki mereka kembali masuk IGD.

"Siapa tadi nama yang menelfon?" Tanya Kiky merasa tak asing dengan suaranya.

"Adrian pah," Jawab Cikal.

Kiky merogoh handphone nya dari saku celana , menscroll layar dan menghampiri Cikal begitu menemukan yang ia cari.

"Papah liat nomor hp nya," Ujar Kiky dan menyamakan nomor yang berada dikontak pada handphone miliknya dengan si penelfon pada handphone Kinara.

Tiba-tiba Kiky bertepuk tangan sambil menggeleng geleng kan kepalanya.

"Pah!" Cikal sedikit berteriak dan mencubit lengan Kiky membuat ayah nya itu terdiam.

"Ternyata oh ternyataaaaaa," Ujar Kiky sambil berjalan ke samping Kinara. "Tenang, ternyata kamu bukan anak haram. Hanya saja kamu anak dari istri simpanan, dan kebetulan saya kenal siapa ayah kandung mu itu," Lanjut Kiky.

"Maksud papah apa?" Tanya Cikal.

"Kamu tau kan jika papah hanya seorang COO diperusahan, dimana masih ada orang lebih berkuasa diatas papah. Seorang CEO sekaligus pemegang saham terbesar diperusahaan, Adrian Maheswara," Jawab Kiky. "Ayah kandung mbak kesayangan mu ini, dan jika tak salah yang dimaksud ibu kandung Kinara yang sedang sakit adalah Mawar Ayunesa," Lanjutnya.

"Jadi anda mengenal mereka berdua?" Tanya Kinara yang sejak tadi terdiam kini menyuarakan isi hati nya. "Lalu kenapa mereka meninggalkan saya dipanti asuhan jika saya bukan anak haram?" Lanjutnya.

"Setau saya istri sah ayah mu yang melakukan itu, karna yang diharapkan adalah anak laki-laki namun yang lahir malah anak perempuan. Lebih jelas nya alangkah baik nya kamu bertanya langsung kepada orang tua kandung mu, dan setau saya kondisi mawar benar-benar jauh dari kata baik-baik saja," Jawab Kiky.

Cikal yang mendengar itupun memegang tangan Kinara lalu membawa nya keluar, memasuki mobil dan melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Mereka pergi menuju Rumah Sakit Harapan Kasih, meninggalkan ke empat orang dewasa dirumah nya bersama dengan Langit.

Namun, keempat orang dewasa itu tak bisa diam saja. Mereka mengikuti Cikal dan Kinara, meski dengan jarak yang tertinggal cukup jauh tapi mereka tau tujuan nya jadi tak masalah.

Diperjalanan Kinara diam seribu bahasa, Cikal yang melihat itu pun hanya bisa ikut terdiam tanpa ada niat untuk mencairkan suasana. Menurutnya ini bukan waktu yang tepat untuk berguyon, biarkan Kinara berargumen dengan pikirannya sendiri.

Sekitar 20 menit, akhirnya mereka sampai dipekarangan Rumah Sakit. Cikal memarkirkan mobil, dan berjalan memasuki loby dengan tangan memegang Kinara.

Mereka menaiki lift dan akhirnya sampai di lantai 5, dengan perlahan Cikal melihat lihat nama ruangan dan akhirnya menemukan sebuah pintu bertuliskan "Ruang Anggrek"  .

Saat hendak membuka pintu, Kinara menahan tangan Cikal dan menatap nya sendu. Seolah memahami tatapan Kinara, Cikal pun memeluk Kinara lembut dan mencium kening Kinara.

"Mbak, percaya sama aku. Semua akan baik-baik aja, utarakan aja semua pertanyaan-pertanyaan yang mbak pendem selama ini. Luapkan segala amarah dan kecewa mbak pada mereka, tapi setelah kita lihat kondisi ibu mbak saat ini oke?" Ujar Cikal yang mendapat anggukan setuju dari Kinara.

Sssttt Mbak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang