Cikal mengikuti dari belakang dan berdiri beberapa langkah dari Arki dan Inara yang saat ini sedang mengetuk ngetuk pintu rumah. Cikal mengernyit bingung kenapa Kinara tidak membukakan pintu sedari tadi? tidak mungkin kan jika Kinara kabur?!
Cikal maju kedepan pintu dan mencoba untuk mengetuk lebih keras, namun masih tidak ada jawaban sama sekali dari dalam. Ia berjalan kesamping mengangkat sebuah pot kecil untuk mengambil kunci cadangan yang selalu Kinara simpan dibawahnya.
Dibukanya pintu rumah dan kosong. Cikal mengecek setiap sudut ruangan, dan dirinya terdiam saat memasuki kamar bermain Langit. Ada banyak tisu dan tetesan darah.
Dengan panik Cikal mengambil handphone dan menghubungi Kinara berkali kali sambil berjalan keluar. Dilihat nya juga halaman yang kosong tidak ada kendaraan milik Kinara, apa yang sebenarnya terjadi???
"Nak apa yang terjadi? dimana Ayu?" tanya Inara pada Cikal.
"Sebentar ya bu saya coba cari tau dulu," jawab Cikal tak membuat Arki dan Inara tidak khawatir.
Setelah sekian lama akhirnya sambungan telfonnya terhubung.
"Mbak dimana??!" Tanya Cikal.
"Aku di IGD rumah sakit pelita hiks hiks Langit bermain gunting dan tangannya terluka hiks hiks saat ini sedang dijahit... aku lalai menjaga nya hiks hiks," jawab Kinara sambil terisak isak.
"Aku kesana sekarang,"
Cikal menutup telfonnya dan bergegas memasuki mobil, namun langkah nya terhenti saat sebuah tangan memegang pintu mobil yang hendak ia tutup. Ah benar, ia melupakan Arki dan Inara.
"Pak bu masuk, saya jelaskan nanti," ujar Cikal.
Tanpa banyak tanya Arki dan Inara langsung masuk kedalam mobil dan diam seperti tadi. Pikiran mereka pun ikut kalut melihat kondisi rumah Kinara dan tidak ada seorang pun didalam nya.
"Astagfirullah!" Ucap Cikal dengan nada sedikit keras membuat Arki dan Inara kaget.
"Kenapa nak?" tanya Arki pada Cikal dengan kepala yang sudah berada disamping Cikal.
"Saya lupa menutup kembali pintu rumah," jawab Cikal.
"Sudah ibu kunci kembali nak, ini kunci nya ibu bawa," Jawab Inara.
"Terima kasih bu, saya tadi tidak fokus hingga lupa menutup kembali pintu,"
"Sama-sama nak, ibu dan bapa juga sama seperti kamu hanya saja ibu tadi teringat akan pintu jadi sempat ibu kunci kembali,"
"Kamu fokus nyetir aja dulu nak," ujar Arki yang dibalas anggukan kepala oleh Cikal.
Tak lama mereka sudah sampai di pekarangan rumah sakit, setelah memarkirkan mobilnya Cikal langsung berlari menyusuri koridor hingga menemukan gedung bertuliskan IGD. Ia langsung masuk dan melihat satu persatu pasien disana, jangan lupakan Arki dan Inara yang setia mengekori Cikal sedari tadi.
"Ketemu," Ujar Cikal dengan nada sendu.
Dilihatnya Kinara yang duduk diatas ranjang rumah samping kasur pasien yang diatas nya ada Langit tengah tertidur pulas, mata Kinara sembab hidung dan pipi nya merah. Cikal memeluk Kinara dengan lembut, tangannya pun menepuk nepuk pelan punggung Kinara.
"Langit anak kuat aku yakin dia baik-baik saja, lengan yang terluka karna gunting tidak sebanding dengan perjuangannya dulu untuk bertahan hidup. Kita harus kuat demi Langit ,mbak jangan nangis lagi ya," ujar Cikal.
Kinara mengangguk pelan tapi air mata nya terus mengalir, dan dirinya sesenggukan menahan tangis tapi tak bisa ditahan.
Arki dan Inara yang melihat situasi ini pun terdiam, tanpa bertanya pun mereka berdua sudah tau jika anak laki-laki yang tertidur diatas ranjang rumah sakit adalah anak Kinara. Dan seperti nya pria yang sedari tadi bersama dengan mereka adalah ayah dari anak itu, tapi Kinara kan belum menikah? Mereka memang bukan orang tua kandung Kinara tapi tidak mungkin kan Kinara menikah tanpa bilang pada mereka. Atau apa mungkin Kinara....
"Bu , Pak," Panggil Kinara dengan suara sendu menyadarkan kembali Arki dan Inara yang tadi melamun memikirkan kondisi Kinara ini.
"Sini ibu peluk nak," Ujar Inara langsung memeluk Kinara dengan penuh kasih sayang.
Kinara membalas pelukan Inara dengan erat, sangat terasa rindu mereka yang terpendam lama. Cikal menggeser disisi ranjang Langit, dielus nya rambut tipis Langit penuh keringat. Pasti anak nya ini tadi pun menangis tak kalah kencang dari ibu nya.
"Eunggh, ayah," Langit terbangun dari tidur nya.
Cikal memeluk Langit dengan lembut dan mencium keningnya beberapa kali hingga Langit menggelengkan kepala nya ke kanan dan ke kiri.
"Kenapa nak?" tanya Cikal heran.
"Langit bukan bayi, jangan cium-cium," jawab nya dengan nada anak kecil nya namun pelafalan nya sudah lebih jelas.
"Sampai dewasa pun Langit tetep akan jadi bayi nya ayah, jadi jangan malu kalo papah cium-cium kening atau peluk-peluk Langit ya," Ujar Cikal.
"Ndak mauuu!!" Ujar Langit dengan nada kencang dan kedua lengannya yang dilipat depan dada, namun masih dengan tubuh yang berbaring diatas ranjang.
Cikal tertawa melihat wajah Langit, sangat menggemaskan mirip Kinara jika marah. Melihat Cikal yang tertawa, Langit pun bangun dan memukul tubuh Cikal dengan tangannya yang kecil.
"Lrasain ini hu nih nih nih," ujar Langit tak henti memukul Cikal.
"Kamu mukul atau gelitikin sih? kok ga kerasa sakit? Masa laki-laki ga ada tenaga nya sih kaya bayi?" Goda Cikal pada Langit membuat anak kecil itu cemberut dengan mata berkaca-kaca.
Melihat wajah Langit, Arki pun menggeeplak kepala Cikal sedikit kencang hingga tubuhnya sedikit oleng.
"Yaaayyy! Lrlasain tuh ayah nakal jadi dipukul wleee," ujar Langit yang kini balik menggoda Cikal.
"Sudah dewasa masih suka menjahili anak kecil," Ujar Arki sambil menarik tubuh Cikal jadi sedikit menjauh dari Langit. "Tenang cu, kalo ayah kamu nakal ada kakek yang akan membantu kamu untuk membalasnya," Lanjutnya.
Cikal memberengut kesal, bisa-bisa nya ia didzolimi oleh anak nya sendiri. Astagfirullah, Cikal mengusap dada nya pelan mencoba menyabarkan diri.
Melihat interkasi lucu ketiga laki-laki itu membuat Kinara terkekeh ringan, bisa-bisa nya mereka bertingkah seperti itu IGD.
"Omong-omong , kakek ini ciapa?" Tanya Langit membuat Kinara berhenti terkekeh.
Dada nya sedikit sakit mendengar ucapan Langit, menyadarkan nya kembali pada kenyataan. Kinara tersenyum dan mengelus kepala belakang Langit dengan lembut.
Saat dirinya hendak menjawab, namun Arki sudah lebih dulu menjawab pertanyaan Langit. "Tentu nya kakek kamu, bapa dari ibu mu," Ujar Arki sambil menoel idung mancung Langit.
"Langit punya kakek? Yaaayy!! Langit senaaaanggg!" Ujar Langit dengan riang, lupa jika dirinya sedang dirumah sakit dan mungkin ia juga melupakan luka ditangannya.
"Langit senang?" Tanya Kinara lembut.
"Sangaaaatttt senang! Langit punya ibu, ayah, sekarang punya kakek juga!" Jawab Langit lebih riang dari sebelumnya.
"Jangan lupa kamu juga punya nenek," Ujar Inara.
"Yaaayy!! Langit lebih lebih senang lagi!" Balas Langit.
Kinara, Cikal, Arki, dan Inara tersenyum lebar melihat kelakuan Langit. Mungkin dia lahir dari kesalahan, tapi hadir nya sangat membawa kebahagian.
.
.
.
.
.Update lebih cepaaattt dari biasa nya wokwokwok😌
Jangan lupa bintang nya yeesss😋

KAMU SEDANG MEMBACA
Sssttt Mbak!
RandomKinara Ayu (28thn), seorang sekretaris disebuah perusahaan swasta yang sedang berkembang. Anak tunggal yang jauh dari sanak saudara. Wanita yang manis, perfectsionis, cuek yang selalu dihindari oleh beberapa karyawan wanita karna ke-ketusannya yang...