Tiga Puluh Tujuh

281 20 0
                                    

"Heh! Anak saya sudah mau nikah ya," Ujar Adrian.

"Pak, sebelum janur kuning melengkung depan rumah berati jalan tikungan tajam masih bisa diambil. Emang bapa mau punya mantu masih bocil? Mending punya mantu kaya saya, dewasa mapan tampan berkharisma," Balas Panca.

"Hmm, saya sih oke aja ya tapi anak saya mau nya sama bocil," Ujar Adrian sambil mengelus pelan dagu nya.

"Pak!" Ujar Kinara dengan mata melotot menatap Adrian. "Aku lebih milih menghadapi kelakuan bocilnya Cikal daripada kegilaannya seorang Panca, asalkan bapak tau ya waaaahhh bener-bener gila ini seorang Panca,"

"Jangan jelas-jelas amat Kin, gue kan jadi tersanjung," Ujar Panca sambil tertawa pelan.

Kinara hanya terdiam tak menyaut gurauan Panca, kini mata nya menatap Adrian yang mencoba menghindari tatapan Kinara. Baru segini tapi rasanya Kinara sudah lelah, bukan karna urusan bisnis perkantoran melainkan dengan orang-orang absurd ini yang membuat energi nya cepat terkuras.

Melihat Kinara membuat Panca berdeham pelan, dan melanjutkan kembali perbicangan bisnis dengan serius yang kini Adrian ikut berbicara. Sekitar 20 menit berlalu hingga Panca akhirnya pergi dari ruangan, menyisakan Kinara berdua dengan Adrian.

"Nak, kamu sudah setuju dengan tawaran bapak?" Tanya Adrian.

"Bohong jika aku tidak merindukan kehidupan perkantoran seperti dulu, tapi rasanya belum tega kalo harus mulai mengurangi waktu dengan Langit," Jawab Kinara.

"Kamu ga usah khawatir nak, kamu hanya bekerja sebagai wakil CEO aja. Tugas mu hanya membantu bapak dan Kiky , memantau setiap urusan hingga suatu hari kamu siap untuk menggantikkan posisi bapak saat ini,"

"Biar aku bicarakan dulu dengan Cikal," Kinara berdiri dan berpamitan dengan Adrian.

Setiap langkahnya ia sambil berpikir, apa Cikal mau membantu nya untuk mengurus perusahaan Adrian? Tapi di satu sisi Cikal sendiri sekarang sedang merintis usaha fashion nya yang dijual secara online.

Kinara berdiri didepan loby, mengambil handphone nya dan menelfon Cikal. Yang sudah pasti langsung diangkat.

"Assalammualaikum calon istri," Ujar Cikal disebrang sana membuat perut Kinara sedikit geli.

"Wa'alaikumsalam, kamu lagi dimana?" Tanya Kinara mulai memasuki Taxi yang baru saja ia hentikan.

"Di kampus, kangen ya?"

"Ada hal penting yang mau aku bicarakan,"

"Mbak, bentar lagi kita nikah loh masa mau ngomong formal gitu terus? Balik lagu kaya dulu yok bisaaa pake gue lo g p p deh ayaaaanggg asal akrab aja getuuu ga formal amad,"

Kinara mengulum mulut nya, entah kenapa rasa nya ia ingin tersenyum lebar namun ia tahan.
"Aku ke kampus kamu sekarang ya," Ujar Kinara mengabaikan ucapan Cikal.

"Heem heem , aku dikantin ya ayaaaangg,"

Tanpa menjawab Kinara langsung mematikan sambungannya, tidak baik bagi organnya lama-lama mendengar ucapan Cikal. Lebih tepat nya sih panggilan Cikal untuk Kinara, yang sering kali memanggil Kinara dengan panggilan "sayang, ayang, yang," Semenjak mereka bertunangan.

--------------------------------------------
Kinara berdiri di pintu kanti mencari keberadaan Cikal, yang ternyata ada di salah satu meja agak pojok. Kinara berjalan menghampiri nya, namun langkah nya melaun seraya mendengarkan pembicaraan para mahasiswi disini.

"Cikal tuh sebenernya jomblo ga sih? Ngaku nya punya istri tapi ga pernah liat bareng cewe"

"Mana ada istri, nikah juga belom"

"Eh tapi ditangan kiri nya ada cincin tuh"

"Baru tunangan kali, sebelum janur kuning melengkung masih bisa ditikung tuh"

Dan masih banyak pembicaraan yang tertuju pada Cikal, hingga Kinara diam mematung ketika sebuah teriakan dari Cikal membuat suasana kantin langsung hening.

"AYAAANGGG!! ABANG CIKAL GANTENG DISINI!!" Cikal berteriak dari tempatnya sambil berdiri dan melambai-lambaikan tangannya, bisa dibayangkan betapa malu nya Kinara dan betapa terintimidasinya dari tatapan sekitar.

Kinara berjalan cepat menghampiri Cikal, mencubit perut sampingnya kesal. Bisa-bisa berteriak dikantin indoor , bicara biasa saja bisa saling terdengar apalagi ini teriakan. Sangat-sangat terdengar oleh seisi kantin, dan tatapan para fans Cikal tak lepas menatap Kinara.

"Sakit ayang hehe," Cikal tersenyum dan kembali duduk, melanjutkan kegiatannya memakan semangkuk bakso yang sisa sedikit lagi.

Andra dan Riki yang duduk dihadapan Cikal dan Kinara hanya menggeleng kepala melihat kelakuan teman nya itu, meski tau kelakuan absurd Cikal tapi kalo ada Kinara selalu timbul tingkah childis nya. Baru beberapa hari lalu mereka melihat Cikal begitu dewasa saat melamar Kinara, tapi kini kelakuannya seperti anak smp lagi puber.

"Kalian bertiga aja?" Tanya Kinara.

"Hafidz lagi sama Keysa," Jawab Andra, namun Riki langsung menyubit paha nya saat sadar raut wajah Kinara sedikit berubah.

"Maaf mbak, Andra kalo nyeletuk ga pernah pake bismillah," Ujar Riki dengan nada bercanda.

"Ga apa-apa santai aja, bagaimanapun kalian berlima kan berteman," Balas Kinara sambil tersenyum tipis.

"Nyeeesss, pantes Cikal tergila-gila. Ternyata mbak Kinara benar-benar titisan dewi, senyum aja sangat menggetarkan hati. Apalagi kalo liat tersenyum lebar waaaahhh bisa-bisa jatuh hati," Lagi, celetuk Adrian kini membuat raut wajah Cikal berubah.

"Heh! Jangan tikung-tikung ya lo! Calon istri gue ini, sonoh cari calon istri sendiri," Ujar Cikal, menarik tangan Kinara dan berlalu pergi meninggalkan Adrian dan Riki.

Dalam diam nya Cikal terus menarik Kinara hingga sampai di parkiran motor, mereka berhenti tepat di samping motor mio Cikal. Motor yang sedikit memiliki kenangan Kinara dan Cikal dulu, yang mungkin kedepannya akan menambah kenangan-kenangan itu.

"Naik sayang!" Ujar Cikal dengan penuh penekanan.

Kinara hanya tersenyum melihat tingkah laku Cikal, sangat kentara sekali jika saat ini calon suami nya itu tengah cemburu. Rasanya Kinara sangat gemas melihat wajah cemberutnya, sangat mirip Langit ketika merajuk. Ah mereka kan memang ayah dan anak, gen nya menurun sangat kuat.

"Jangan senyum-senyum gitu deh! Nanti makin banyak yang suka!"

"Kamu cemburu?"

"YAIYA LAH MASA ENGGA!!" Cikal menarik pinggang Kinara dan memeluknya. Dengan posisi Cikal yang sudah duduk diatas motor, sedangkan Kinara masih berdiri disampingnya.

"Kenapa kamu cemburu? Tadi kan teman kamu cuma bercanda," Kinara mengelus pelan rambut hitam Cikal.

"Walaupun temen juga masih berbahaya tau, banyak kok yang kehilangan pasangannya karna main belakang sama temen," Cikal mengangkat wajah nya menatap Kinara.

"Ga usah khawatir, aku ini tipe yang setia kok ga akan gampang tergoda pria lain. Kecuali idol korea hehe,"

"Kalo idol boleh lah boleh, soalnya cuma halu doang ga bisa digapai hehe," Cikal tersenyum lebar membuat Kinara refleks menyubit pipinya gemas.

"Kamu ini ya, katanya sudah dewasa dan siap jadi suami aku dan ayah Langit. Tapi kelakuannya masih kaya remaja puber aja," Ejek Kinara.

Cikal melepaskan pelukannya dan berdiri dari posisinya, kedua lengannya menarik pinggang Kinara hingga tubuh mereka menempel tanpa ada ruang. Sangat dekat, membuat jantung Kinara tiba-tiba berdegup kencang.

"Remaja puber ga akan berani kaya gini," Cikal menyeringai , mendekatkan wajah nya dengan wajah Kinara. Dengan secepat kilat, Cikal melumat bibir Kinara. Hanya beberapa detik, tapi membuat Kinara terdiam mematung.

"Sial! Gue bener-bener jatuh cinta kalo gini ceritanya!!," Teriak Kinara dalam hati. Sedangkan yang terlontar dari mulutnya hanya ,"CIKAAALL!!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sssttt Mbak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang