Sembilan Belas

2K 112 21
                                    

"Aku membuang segala harga diri ku memohon dan meminta tolong. Tolong bantu anak ku, tolong selamatkan dia, hanya kamu yang bisa menolongnya. Erlangit hidup dan matiku , tolong , aku sangat memohon bantuan yang meminta tolong dengan sangat," ujar Kinara semakin kencang menangis melupakan segala harga diri dan ego nya.

Cikal yang melihat itu langsung menarik Kinara kedalam pelukannya dengan sangat erat menahan gejolak dihatinya, rasanya sangat campur aduk dan yang sangat jelas adalah rasa sakit ribuan anak panah transaparan tertancap dihati nya melihat situasi saat ini.

"Tanpa mbak minta, aku pasti akan menolong Erlangit," ujar Cikal sambil menarik tubuh Kinara berdiri dan menenangkan nya. "Asal mbak janji ga akan main pergi gitu aja setelah aku menolongnya nanti," lanjutnya.

Kinara hanya mengangguk kepala tak mengatakan sepatah katapun. Cikal berjalan menghampiri ranjang dan mengelus lembut rambut Langit dengan tangan satunya masih menggenggam pergelangan tangan Kinara.

"Yang kuat ya anak ganteng, sebentar lagi kamu sembuh," ujar Cikal dengan nada lembut namun sedekit bergetar menahan sesak.

"Iya," jawab Langit dengan wajah polosnya itu.

Tanpa tunggu lama Cikal berjalan keluar yang diikuti oleh Kinara, sedangkan Hafidz dan Andra menunggu didalam ruangan menemani Langit sambil mengobrol yang sesekali menonton vidio lucu dari youtube.

***

Kinara mengetuk pelan pintu ruangan dokter spesialis yang menangani Langit. Mereka berdua, Kinara dan Cikal berjalan melangkah masuk perlahan dan duduk dikursi kosong depan meja dokter.

Tanpa basa basi Cikal mengutarakan rencana nya dalam menolong Langit dengan setuju hingga lupa meminta persetujuan wali, karna bagaimana pun Cikal statusnya bukan keluarga Kinara bahkan kini bukan lagi lajang melainkan istri sah orang lain dan harus memiliki tanda tangan persetujuan dari istri sah dan orangtua/wali mengingat bukan operasi kecil biasa ,namun cukup beresiko untuk kehidupannya yang akan dilakukan nanti.

Setelah berbincang konsultasi semuanya, Cikal berjalan keluar dengan memegang berkas dengan Kinara setia dibelakangnya sambil menunduk gelisah.

"Mbak," panggil Cikal membuat Kinara langsung mengangkat kepalanya dengan muka tegang.

"Apa?" jawab Kinara pelan.

"Gue pergi dulu ya, bilangin ke Hafidz suruh temenin Riki diruangannya lagi dan Andra biar nemenin mbak diruangan Langit. Gue ga akan lama kok, mba kalo perlu apa-apa bilang aja ke Andra jangan tinggalin Langit sendirian ya," ujar Cikal mendapat anggukan kecil dari Kinara. "Gue pamit dulu, Assalammualaikum," lanjutnya sambil mengecup kening Kinara.

Cikal membalik badan dan berlari kencang menuju lift dengan tergesa berlari keluar rumah sakit dan langsung menaiki motornya menjalankan dengan kecepatan cukup tinggi

Tak lama Cikal sampai didepan rumahnya, turun dengan tergesa ia membuka pintu dengan keras membuat semua orang yang sedang berkumpul diruang tamu memegang dada kaget.

"Assalammualaikum," ujar Cikal saat sudah sampai didepan orang rumah.

"Waalaikumsalam, apa-apaan kamu buka pintu kaya preman aja," ujar Kiky -papah Cikal.

"Pah, Cikal ga pernah minta apapun kan selama ini ke papah? ga pernah minta hal-hal diluar nalar atau hal-hal yang menguras dompet papah?" tanya Cikal dengan lembut.

"Kenapa kamu tiba-tiba bilang kaya gitu?" tanya Kiky karna bingun degan ucapan anak sulungnya itu.

"Key, sampai detik ini aku ga pernah minta apapun ke kamu kan? bahkan aku selalu rela ngelakuin apapun yang diperintahkan orang tua aku sendiri buat bahagian kamu meski hati aku ga bahagia, kamu tau itu kan?" kini tanya nya pada Keysa yang sedang berdiri sambil memegang gelas terbangun karna haus.

"Iya," jawab Keysa pelan sambil mengangguk namun tangannya memegang gelas semakin kuat merasakan firasat tak enak.

"Pah, mah, janji sama Cikal setelah Cikal ngomong hal penting kalian ga akan marah ataupun kecewa sama apa yang Cikal ucapin, dan Cikal minta kalian berdua serta Keysa mau ngedengirin dan setuju sama apa yang aku minta," ujar Cikal yang selanjutnya berjalan menghampiri kedua orangtuanya yang duduk bersampingan disofa.

Cikal berlutut, menundukkan kepalanya didepan kedua kaki orangtuanya. Dengan berat Cikal mencoba mengatur nafas nya agar saat berbicara dapat didengar jelas.

"Maafin Cikal sebelumnya benar-benar beribu maaf dari hati Cikal yang terdalam. Ini mungkin bakal bikin kalian semua sakit hati, kecewa, marah, sedih dan mungkin semakin campur aduk semua rasa. Jika kalian ingat kejadian beberapa tahun lalu, aku sempat mengucapkan kata jika aku orang pertama yang meniduri dan mengambil kesucian mbak Kinara, tetangga sebelah kita. setelah lama menghilang dan akhirnya aku tau alasan ia menghilang, ia pergi jauh dari hidup aku, dari hidup kita semua karna ia ga mau merusak rumah tangga aku dan Keysa meskipun ia harus berjuang mengandung dan melahirkan anakku sendirian," ujar Cikal.

"Apaan kamu--!" ujar Kiky dengan nada tinggi namun terhenti saat istrinya menggenggam erat tangannya meminta untuk tak melanjutkan ucapannya serta mendengarkan kelanjutan omongan Cikal.

Cikal mengangkat kepalanya menatap kedua orangtuanya dengan wajah penuh air mata yang entah sejak kapan mengalir deras.

"Ia menghadapinya segala kesakitannya sendiri, berjuang sendiri, melawan maut saat melahirkan sendiri, berkerja menafkahi dirinya serta anaknya sendiri, dan yang lebih menyakitkan anak laki-laki tampan yang ia lahirkan serta besarkan sendiri mengalami kelainan hati sejak usia yang sangat-sangat balita mah, pah," lanjutnya sambil terisak membuat semua orang membisu. "Erlangit, anak Cikal dan Kinara usianya hampir 3 tahun namun sudah  2 tahun menghabiskan waktu dirumah sakit dengan berbagai alat penopang hidup. Kelainan hati dengan donor yang sangat sulit dengan golong darah sangat langka yang hanya bisa dibantu oleh gen yang sama. Tangannya yang mungil setiap hari harus merasakan sakit oleh tusukan jarum suntik serta infusan. Bibir kecil merah mudanya setiap hari harus menelan obat-obatan dosis besar untuk menghilangkan rasa sakit. Disaat anak seusianya sudah mengenal bermain bola, bermain sepeda, berlarian sedangkan dirinya hanya terbaring lemah dengan sesekali berjalan ditaman agar tubuhnya tidak kaku dan kakinya dilatih kuat untuk berjalan." lanjutnya.

"Cikal --" panggil Kiky namun terpotong oleh Cikal.

"Cuma aku satu-satunya harapan Langit, cuma aku yang bisa menolong Langit. Aku minta, izinkan aku mendonorkan sebagian dari tubuh aku untuk menolong Langit agar bisa merasakan kehidupan normal. Kinara sudah sangat berkorban dari perasaan, waktu, karir, bahkan segala hartanya hingga rumah miliknya disebelah ia jual untuk pengobatan Langit. Sedangkan aku selama ini yang berbuat dosa tak melakukan apapun serta hidup normal layaknya tak terjadi apa-apa. Aku mohon kali ini tolong beri izin aku membalas segala dosa aku dengan menyelamatkan karunia tuhan yang hadir tanpa ayahnya tau selama bertahun-tahun, aku bisa mati kalo terjadi apa-apa pada Langit tanpa pernah melakukan apapun untuknya. Untuk apa aku hidup jika anaknya sendiri tersiksa melawan maut yang bisa saja kapanpun hadir menjemput, " ujar Cikal semakin terisak.

Kiky yang tadinya hendak marah malah terdiam kaku meneteskan air matanya, sedangkan yang lain sudah menangis mendengar fakta baru itu. Keysa? sudah bisu seribu bahasa dengan air mata deras ditambah sakit didadanya bagaikan ribuan anak panah menusuk dada.

.
.
.
.
.

Assalammualaikum semuanya , maaf banget kalo hampir 2 bulan SSSTTT MBAK ga ada up up huhuhu

Do'ain ya semoga kedepannya lebih cepet up nya dan tetap setia dengan kisahnya Cikal Kinara, oh iya dengan Langit juga pastinya;)))

Jangan lupa klik Bintang oke👍👍
terima kasih❤️❤️

Sssttt Mbak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang