Dua Puluh Sembilan

440 21 3
                                    

Kinara terduduk diam, biasa nya ia selalu melontarkan banyak do'a setelah sholat tahajud tapi kali ini berbeda. Banyak sekali hal yang dipikirkan oleh Kinara hingga ia bingung ingin berdo'a apa. Kinara menghela nafas nya pelan, ia melirik ke sebelah kiri dimana ada Langit yang sedang tertidur lelap.

"Ya Allah hamba serahkan segala takdir hamba kepada-mu, hamba yakin sebaik-baik nya rencana hamba hanya rencana-mu lah yang paling baik untuk hamba," ujar Kinara yang selanjutnya berdiri dan memberesekan mukena serta sajadah,

Waktu sudah menunjukan pukul 02.10 pagi, diambil nya hp lama milik nya yang kemudian ia lihat ada cukup banyak notifikasi dari mulai sosial media, email, market place, tapi mata nya hanya tertarik pada notifikasi dari aplikasi pesan.

Ada banyak pesan dari teman-kenalan Kinara, tapi ia hanya membuka pesan dari ibu nya. Berulang kali ibu nya menyuruh Kinara untuk pulang, tapi Kinara masih enggan karna mengingat kondisinya saat ini ia sudah tidak sendiri, sudah ada Langit dalam hidupnya. Kinara sangat merindukan kedua orangtua nya namun ia juga belum siap untuk memberitahu segalanya.

--------------------------------------------

Kini hari sudah semakin siang dan bahkan hampir menuju tengah hari, tapi kedua orang tua paruh baya terduduk kebingungan di kursi taman pinggir jalan. Bukan karna mereka pikun tapi mereka sangat asing dengan suasana kota yang sangat ramai dan jalanan yang sangat banyak persimpangannya.

"Kata ibu juga apa pak, ga usah susul Ayu ke kota jadinya gini kan,"

"Bapak sangat khawatir dengan Ayu bu, kita sudah dapat alamat rumah Ayu dikota dengan susah payah loh tanya kesana kemari masa tidak kita gunakan,"

Yaps, kedua orang tua paruh baya itu adalah Arki dan Inara kedua orang tua Kinara. Mereka berdua nekat pergi ke kota untuk mencari Kinara, meski Kinara saat ini bisa dihubungi namun mereka masih khawatir takut terjadi apa-apa pada putri nya itu.

"Kita coba jalan kesana pak, siapa tau nemu komplek tempat tinggal Ayu," ujar Inara yangb dibalas anggukan oleh Arki.

Mereka berdua kembali berjalan menyusuri jalan, dari pagi mereka sudah sampai di kota namun sudah 3 jam alamat nya masih belum ketemu. Bukan sekali dua kali tapi entah sudah berapa kali mereka bertanya dan masih saja belum ketemu. Wajar aja , mereka dari desa dan pertama kali nya menginjakkan kaki di kota ini.

"Pak, coba tanya anak muda itu," Ujar Inara menunjuk seorang pria muda yang sedang memilih balon dipinggir jalan.

"Hayu bu kita coba samperin," Jawab Arki.

Mereka berdua berjalan menghampiri pria itu, menepuk pelan pundak sebelum bertanya.

"Iya pak?"Tanya Pria itu pada Arki dengan wajah kita sudah menatap Arki dengan senyumannya.

"Maaf mengganggu nak, saya ingin menanyakan alamat. Apa kamu tau komplek Singgah Asri?" Tanya Arki.

"Tau pa, bapak mencari siapa?"tanya nya balik pada Arki.

"Saya mencari putri saya, ini alamatnya," Jawab Arki sambil menunjukkan secarik kertas.

Diterima nya kertas itu dan dilihat alamat yang sedang dicari oleh kedua orang tua ini.

Deg. Cikal diam mematung saat melihat alamat itu. Itu alamat rumah disamping nya, sedangkan saat ini rumah itu dihuni oleh seorang pria. Ditatap nya lagi pria itu oleh Cikal yang juga sedang menatapnya dengan penuh harap. "Jika mereka mencari putri nya, apa mbak Kinara yang mereka maksud?" tanya Cikal pada dirinya dalam hati.

"Kalo saya boleh tau, siapa nama anak bapak?" Tanya Cikal untuk lebih memastikan.

"Kinara Ayu nak, apa kamu kenal?" Jawaban Inara membuka Cikal semakin mematung.

Pikirannya tiba-tiba kosong, entah ia harus bagaimana. Mengantarkannya langsung ke rumah baru Kinara atau....

Cikal merogoh handphone dari saku celana, ia memilih menghubungi Kinara terlebih dahulu daripada ia melakukan hal yang salah.

"Sebentar ya pak, duduk aja dulu disini pa,"Ujar Cikal pada Arki yang mendapat balasan sebuah anggukan kecil.

Cikal berjalan sedikit menjauh da Arki dan Inara. Cikal menelpon Kinara tapi tak kunjung diangkat, hingga panggilan ke 8 ia mendengar jawaban disebrang sana.

"Assalammualaikum, ada apa nelfon sebanyak ini?" tanya Kinara dari sambungan telfon.

"Waalaikum salam mbak, orang tua kamu ke kota?" Tanya Cikal.

"Hah.. maksud kamua apaan?"

"Aku ketemu orang tua kamu mbak,"

"Jangan bercanda Cikal, sekali pun belum pernah kamu ketemu ataupun lihat wajah orang tua aku,"

"Aku serius, aku ketemu sepasang suami istri paruh baya menanyakan alamat waktu aku lihat alamat itu adalah rumah disamping rumah papah aku yang dulu kamu tinggali. Mereka bilang mencari putri nya dan saat aku tanya nama putri nya mereka menjawab KINARA AYU!" Jawab Cikal dengan jelas dan agak ditekan saat menyebutkan nama Kinara.

Disebrang sana Kinara terdiam mematung, sebab kedua orang tua nya tidak bilang jika akan berkunjung ke kota.

"Mbak!" Panggil Cikal membuat Kinara tersadar.

"Sekarang mereka ada dimana?" Tanya Kinara dengan suara pelan, yang sudah dipastikan Cikal tau jika Kinara sedang tidak baik-baik saja saat ini.

"Ditaman Anyelir, sekitar 3 km dari rumah kamu yang sekarang,"

"Cikal.... aku harus bagaimana?"tanya Kinara lirih.

Cikal melirik kedua orang tua yang kini sedang menatap ke arahnya juga. Dari tatapannya Cikal tau jika mereka berdua berharap sekali  pada Cikal.

"Aku bawa mereka berdua kerumah mu sekarang , kebetula aku membawa mobil papah. Lebih baik kita beruda jujur kepada mereka mbak karna ga mungkin terus-terusan disembunyikan, bagaimanapun mereka berdua berhak tau," Ujar Cikal pada Kinara meyakinkan meski dirinya sendiri pun sebenarnya takut akan segala kemungkinan buruk yang terjadi, "Aku akan bertanggung jawab atas semua nya mbak jangan khawatir, kamu dirumah siap-siap aja dengan Langit. Wassalammualaikum," lanjutnya yang selanjutnya menutup telfon.

Cikal berjalan kembali menghampiri Arki dan Inara membuat mereka langsung berdiri penuh harap.

"Mari saya antar pak bu," Ujar Cikal sambil mengambil 2 tas besar yang sedari tadi dijinjing oleh Arki.

"Tidak usah repot-repot nak, tunjukan saja jalannya biar kami kesana sendiri," Jawab Arki sambil menahan tas yang akan dibawa oleh Cikal. Bukan tidak percaya pada Cikal tapi memang Arki tidak ingin merepotkan orang lain.

"Tidak apa-apa pak, mari masuk kedalam mobil," Ajak Cikal pada Arki dan Inara.

Mereka berdua pun akhirnya masuk kedalam mobil dan duduk dikursi belakang. Kini mereka semakin tidak enak rasanya mereka seperti seorang majikan yang sedang diantar oleh supir karna Cikal didepan sendiri dan mereka berdua dibelakang.

Suasana dalam mobil sangat hening tak ada yang bicara, Arki dan Inara sebenarnya ingin bertanya ini itu pada Cikal namun melihat Cikal yang sedari diam membuat mereka enggan untuk bertanya.

Bagaimana tidak diam, dipikirannya saat ini sangat semrawut. Cikal memikirkan banyak kata kata dan jawaban jawaban untuk nanti dan memperkirakan ucapan Arki yang akan dilontarkan padanya. Meski ia tidak tau jika nanti ia benar akan menjawab sesuai dengan yang sudah dipikirkan atau malah pikirannya malah blank.

Kini Cikal sampai didepan rumah Kinara dan memarkirkan mobil dihalaman. "Kita sudah sampai pak bu," Ujar Cikal membuat Arki dan Inara langsung membuka pintu mobil dan bergegas menuju pintu rumah Kinara yang tertutup.

Cikal mengikuti dari belakang dan berdiri beberapa langkah dari Arki dan Inara yang saat ini sedang mengetuk ngetuk pintu rumah. Cikal mengernyit bingung kenapa Kinara tidak membukakan pintu sedara tadi? tidak mungkin kan jika Kinara kabur?!

.
.
.
.
.

Jangan lupa bintang nya 😘

Sssttt Mbak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang