Tiga puluh enam

376 20 10
                                    

Keysa berjalan masuk kedalam tanpa dipersilhkan, dengan Hafidz, Andra, serta Riki mengekori dibelakangnya.

Keysa duduk diantara Cikal dan Kinara, bolak-balik memandang pria dan wanita itu. Dilipatnya kedua tangan di dada, menahan rasa sakit yang masih tersisa.

"Enak banget ya lo! Baru cerai udah mau nikah lagi! Lo tuh emang ga punya hati!" Ujar Keysa menatap Cikal.

Namun Cikal hanya menaikkan alis nya sebelah, "Baru tau kalo gue emang ga punya hati? Kan hati gue cuma untuk Kinara."

"Lo kok bisa sih sebrengsek ini?" Tanya Andra.

"Baru tau kalo gue brengsek? Kalo ga brengsek ga akan ada Langit diantara kita saat ini," Jawab Cikal dengan santai membuat orang-orang disitu melotot tak percaya.

"Lo kok bisa sih se tega itu?" Tanya Riki.

"Kalo gue ga tegaan ga akan gue nyerein Keysa gitu aja demi ngejar cinta mati nya gue," Jawab Cikal lebih santai lagi.

"Lo keterlalun Cikal, bisa-bisa nya lo bersikap seolah ga punya dosa gitu," Ujar Hafidz.

"Setiap manusia punya dosa, jadi ngapain gue harus merasa berdosa sendirian," Jawab Cikal dengan nada jengah.

"LO KOK BISA SIH SESANTAI INI DIGEREBEK AMA KITAAA?!!!" Keysa, Hafidz, Andra dan Riki teriak bersamaan.

"Karna gue tau, kalian cuma nge prank gue," Cikal menatap semua sahabatnya itu. " Kalian ga bisa ngebodoh bodohin, GUE DEPAN CALON ISTRI GUE DEPAN MERTUA MERTUA GUE YAAA!" Lanjutnya, dengan nada kencang diakhir.

Mereka berempat saling tatap, gagal sudah rencana mereka untuk ngeprank Cikal. Hafidz, Andra dan Riki menggeser ke samping menyender tembok dengan raut wajah kesal. Sedangkan Keysa masih duduk diposisi nya, dengan senyuman yang dipaksa Keysa menggenggam tangan Cikal dan Kinara.

"Maafin gue selama ini udah jadi penghalang diantara hubungan kalian berdua, sekarang saat nya kalian untuk bahagia bersama-sama," Ujar nya seraya menyatukan tangan Cikal dan Kinara.

"Kamu merelakan Cikal untuk saya?" Tanya Kinara pelan namun masih terdengar.

Keysa menggangguk pelan, selanjutnya memeluk Kinara. "Bahagia terus ya mbak, karna bahagia Cikal cuma di mbak dan Cikal pasti bisa bikin mbak lebih lebih bahagia dari siapapun,"

"Terima kasih," Kinara membalas pelukan Keysa.

Semua orang tersenyum melihat interaksi antara Kinara dan Keysa, meski sebenernya para sahabat tau tidak semudah itu Keysa merelakan Cikal. Namun kini ada Hafidz yang berusaha selalu ada disamping Keysa, yang juga berharap semoga kedepannya bisa menggantikan sosok Cikal di hati Keysa.

Setelah Kinara dan Keysa melepas pelukan, acara mulai dilanjutkan kembali. Cikal membuka sebuah kotak segi enam terbuat dari kayu, dibukanya kotak itu yang didalamnya ada 2 buah cincin berwarna putih silver.

Cikal tersenyum hangat menatap Kinara, "Kinara Ayu, saya Cikal Farizky ingin menjadikan anda istri saya. Saya ingin menghabiskan sisa hidup saya bersama dengan anda, selama apapun itu seumur hidup. Meski saya lebih muda, tapi kedewasaan dan tanggung jawab tidak memandang usia. Mau kah kamu menerima saya yang banyak kurang nya ini sebagai suami mu, ayah dari anak-anak kamu, teman hidup mu hingga tua bersamamu?"

Kinara terdiam sejenak, menatap Cikal yang memancarkan ketulusan. Kinara mengangguk pelan dan tersenyum hangat pada Cikal. "Mari kita menikah," ☺

Cikal menetes kan air mata seraya memakaikan cincin di jari manis kiri Kinara, yang diikuti oleh Kinara pada Cikal.

Tidak ada suara sorak, teriakan ataupun tepuk tangan. Yang ada isakan air mata haru dari para orang tua dan sahabat, ternyata Kinara dan Cikal hampir menuju akhir perjalanan. Perahu mereka berlayar dan akan berlabuh ke pelaminan.

Kinara tersenyum, tangannya mengusap lembut air mata Cikal yang mengalir. Kini ia sudah memilih untuk menerima Cikal, yang berarti harus menerima segala pahit asam manis kehidupan bersama. Kinara berharap, kini ia layak pantas untuk bahagia.

----------------------------------

Sudah 1 minggu berlalu, kini Kinara berdiri di pinggiran trotoar menatap sebuah gedung dihadapannya. Gedung milik Adrian, ayah kandungnya. Bukan tanpa alasan Kinara datang, tapi Adrian yang tak henti membujuk Kinara untuk membantu pekerjaan nya diperusahaan.

Meski Kinara selalu menolak, tapi Adrian tak henti membujuknya. Apalagi kini Kiky - calon Papah mertua nya sama seperti Adrian, terus membujuk Kinara untuk membantu.

"Bismillah," Kinara berjalan menyebrang jalan, dan mulai memasuki gedung. Langkahnya terhenti dimeja resepsionis, "permisi, saya mau bertemu pak Adrian,"

"Sudah membuat janji bu?" Tanya salah satu pegawai disitu.

"Belum,"

Pegawai itu pun mengangguk pelan, mengangkat gagang telfon dan terdengar menghubungi seseorang disebrang sana. Yang sudah pasti Kinara tebak adalah sekretaris Adrian.

"Mari bu saya antar, kebetulan pak Adrian sedang luang," Pegawai itu menuntun Kinara menuju ruangan Adria.

Sebuah ruangan yang berada di lantai 7, lantai yang tidak terlalu ramai sudah pasti hanya para exsecutive dilantai ini.

Kinara mengetuk pintu dihadapannya tiga kali sebelum membukanya, terlihat Adrian sedang duduk disofa dengan seseorang dihadapannya. Kinara berjalan perlahan dan duduk di sisi sofa lainnya yang kosong.

"Woahooo ada Kinara cans datang," Ujar Panca dengan senyum lebarnya.

"Anda kenal anak saya?" Tanya Adrian.

"Anak? Kinara anak anda? Yang serius pak," Jawab Panca dengan nada kaget.

Kinara hanya memutar bola matanya malas, malas melihat tingkah laku Panca. Meski harus ia akui jika bertemu Panca seperti ini, membuat ia sangat merindukan kehidupannya yang dulu.

"Kamu lagi apa disini?" Tanya Kinara pada Panca.

"Ngobrolin soal kerjasama dengan perusaahan dong, kalo lo beneran anak nya Pak Adrian seharusnya ga sesulit itu dong ya negosiasi perpanjang kontrak kerja sama nya,"

"Kerja sama yang waktu itu?" Panca mengangguk antusias. "Coba liat proposalnya," Kinara menerima berkas proposal dari Panca.

Begitu teliti nya Kinara membaca setiap kata dalam proposal itu, dengan sesekali berbincang dengan Panca membahas hal-hal yang memang harus dibahas. Ditempatnya Adrian hanya terdiam dan memperhatikan Kinara dengan seksama. Sepertinya jiwa bisnis nya menurun pada Kinara, terlihat jelas betapa profesionalnya dalam bekerja.

"Mungkin lebih baik jika kamu kembali setelah merevisi beberapa bagian yang tadi dibahas ya," Ujar Kinara.

"Gampang itu, apa sekarang lo yang ngurusin perusahaan ini?"

"Untuk saat ini pak Adrian yang masih memegang segala keputusan dan didampingi pak Kiky, mungkin aku membantu sebisa nya aku aja," Jawab Kinara dengan senyumannya.

Panca memegang dadanya, dengan kepala menggeleng-geleng pelan. "Dulu aja sudah sangat cantik, sekarang malah lebih-lebih cantik. Nikah yuk?" Celetuk Panca membuat Kinara melotot.

Adrian memukul pelan tangan Panca. "Heh! Anak saya sudah mau nikah ya," Ujar Adrian.

"Pak, sebelum janur kuning melengkung depan rumah berarti jalan tikungan tajam masih bisa diambil. Emang bapa mau punya mantu masih bocil? Mending punya mantu kaya saya, dewasa mapan tampan berkharisma," Balas Panca.

Sssttt Mbak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang