Dua Puluh Lima

672 27 5
                                    

Cikal terduduk diam diruang keluarga menatap satu persatu anggota keluarga yang kini sama menatapnya. Berkali-kali rasanya ingin pergi, tapi tak mungkin dirinya terus menghindari semua masalah yang ada.

"Berhenti natap aku seperti seorang penjahat," Ujar Cikal sambil menyenderkan punggung nya ke sofa.

"Kamu sudah dewasa, dan bentar lagi lulus kuliah mau sampai kapan kamu bersikap semaunya kamu begini?" Tanya Kiky pada Cikal dengan nada sedikit tegas.

"Pah, berapa kali aku bilang kalo aku sudah dewasa dan apapun yang aku lakukan itu atas kemauan aku dan aku tau setiap yang aku lakukan pasti ada konsekuensinya," Jawab Cikal.

"Tapi na---"

Ucapan Sofia dipotong Cikal dengan cepat. "Mah, apa mamah tega liat anak mamah sendiri tidak bahagia dalam rumah tangga nya? Jika selama ini semua orang hanya melihat luka dalam diri Keysa, lalu kapan kalian akan melihat luka dalam diri aku hm?"

Semua orang membatu mendengar ucapan Cikal. Benar memang, selama ini semua orang hanya mihat luka yang diberikan Cikal kepada Keysa tanpa melihat jika Cikal juga tak mungkin tak terluka.

"Lalu kamu mau apa sekarang?" Tanya Kiky.

"Sudah berapakali aku bilang, Cikal ingin bercerai dengan Keysa dan menikahi Kinara bertanggung jawab atas Langit dan hidup bahagia dengan keluarga kecil kami," Jawab Cikal dengan nada sendu.

"Rumah tangga tidak seindah itu Cikal!" Balas Kiky.

"Pah! Jika papah bilang rumah tangga tidak seindah itu, lalu apa kalian semua lupa jika rumah tangga ku dengan Keysa selama ini tidak pernah indah? Jika kalian melihat aku baik kepada Keysa selama ini, itu hanya sebuah tanggung jawab aku sebagai teman yang dipercaya menjaganya," Ujar Cikal mulai menegakkan tubuhnya kembali dengan nada dingin dan tatapan datar.

"Apa kamu sudah bicarakan dengan keluarga Keysa?" Tanya Sofia lembut yang mendapat sebuah jawaban gelengan kepala dari Cikal pertanda belum.

"Nak, coba kamu bicarakan dengan Keysa dan keluarganya karna bagaimanapun kamu harus membicarakannya dengan kedua belah pihak keluarga," Lanjut Sofia.

Semua orang tediam menunggu jawaban Cikal, namun yang ditunggu malah berdiri dan pergi keluar rumah tanpa pamit.

"Dosa apa aku punya anak laki-laki seperti dia," Ujar Kiky sambil mengusap muka nya pelan.

"Sabar pah, mamah yakin Cikal pasti punya jawabannya sendiri. Biarkan dia memilih pilihan dia sendiri kali ini, selama ini kita sudah banyak menuntut tanpa bertanya apa dia terluka atau bahagia," Ujar Sofia sambil mengelus lembut pundak Kiky.

Ayudia dan kedua adik kecil nya terdiam melihat drama keluarga dirumah ini, meski ingin rasanya Ayudia berbicara membela kaka laki-lakinya itu namun ia hanya mengatupkan mulut nya rapat. Kenapa? Karna entah berapa kali ia melihat Cikal menangis sendiri ditaman rumah pada malam hari setelah kepergian Kinara, namun jika ia membela yang ada Ayudia juga kena omong oleh papah dan mamah nya. Meski kasihan melihat Cikal, tapi ia lebih menyayangi dirinya sendiri dan mencoba tidak terlibat masalah apapun.

---------------------------

Kini Cikal menatap sendu sebuah pintu dihadapannya, ia bimbang apa harus mengetuk atau berbalik badan pergi dari rumah itu. Ya, rumah itu rumah yang kini ditinggali oleh Kinara dan Langit.

"Ayaahhh!" Panggil Langit membuat Cikal langsung membalikan badannya, meski langit sudah senja namun terlihat jelas Langit dan Kinara sedang berjalan memasuki halaman rumah.

Wajah sumringah Langit membuat senyum Cikal mengembang seolah beban beban yang ia pikul menguap begitu saja. Dengan sigap Cikal menggendong Langit dan mendekapnya dengan hangat tidak lupa menjatuhi ciuman di pipi mungil nya.

"Ngapain kamu disini?" Tanya Kinara sambil membuka pintu rumah yang sebelumnya terkunci.

"Kita bicara didalam aja mbak," Jawab Cikal.

"Tidak, kita bicara diluar saja. Jika bicara didalam saya takut malah jadi fitnah jika dilihat tetangga," Balas Kinara dengan nada dingin.

"Kita buka saja pintu nya dengan lebar agar tidak menjadi fitnah," Ujar Cikal sambil melewati Kinara begitu saja dan masuk kedalam ruang tamu dengan Langit masih dalam dekapannya.

Kinara hanya menghela nafas panjang, tidak akan pernah bisa diajak bicara baik-baik memang laki-laki yang sangat Kinara benci namun tak bisa menghilangkan fakta jika laki-laki itu adalah ayah dari anak kandung nya.

Sejujurnya Kinara tidak sebenci itu pada Cikal, hanya saja dunia nya saat ini benar-benar hancur dan mungkin Kinara hanya butuh seseorang yang pantas dijadikan pelarian untuk disalahkan dari segalanya. Dan orang itu Cikal.

"Jadi ada urusan apa datang kesini?" Tanya Kinara yang kini sudah duduk diatas karpet sambil menyenderkan tubuhnya pada tembok sambil melihat interaksi 2 laki-laki yang wajah nya mirip namun usia nya bertaut 19thn.

"Mbak, aku udah bicarakan segalanya dengan keluarga. Dan aku memutuskan untuk bercerai dengan Keysa," Jawab Cikal pelan sambil mengelus lembut kepala Langit yang sedang asyik bermain dengan mobil mainannya.

"Kenapa kamu bertindak sejauh itu? Apa kamu tidak memikirkan perasaan istrimu itu? Bagaimanapun dia istri sah mu, dia dan aku sama-sama perempuan dan aku tau bagaimana perasaannya saat ini," Ujar Kinara.

"Keysa balik kerumah ibu nya, dan dia membawa cukup banyak barang-barang miliknya. Mungkin mbak bisa memikirkan bagaimana perasaannya tapi apa mbak bisa memikirkan perasaanku juga? Jika semua orang memikirkan perasaan Keysa, aku harap satu satu nya orang yang bisa mengerti perasaanku adalah kamu Kinara," Balas Cikal dengan nada sendu namun menujukkan raut wajah serius.

"Sudahlah, tidak baik membicarakan hal ini dihadapan Langit," Ujar Kinara.

"Aku serius mbak, aku akan buktikan aku bisa menjadi ayah yang baik untuk Langit. Aku tidak ingin kehilangan kalian berdua lagi," Ujar Cikal.

Kinara hanya terdiam tak menjawab perkataan Cikal yang terakhir. Bukan tanpa sebab, tapi Kinara tau jika semua nya tidak akan semudah itu. Jika saat ini keluarga Cikal sudah menyerahkan segala keputusan terhadap Cikal, beda cerita dengan keluarga Kinara.

Beberapa tahun terakhir Kinara tidak berani kembali ke kampung halamannya, bahkan hanya untuk sekedar menghubungi kedua orang tua nya pun tidak Kinara lakukan. Entah apa yang akan terjadi jika orangtua nya tau keadaan Kinara saat ini, mungkin Kinara akan hancur sehancur-hancur nya.

----------------------------------
"Ayu masih belum bisa dihubungi pak?" Tanya wanita paruh baya pada suami nya yang melihat layar handphone dengan sendu.

"Belum bu, nomor nya masih tidak aktif," Jawab pria paruh baya itu.

"Apa kita susul ke kota?" Tanya nya lagi.

"Bapak beberapa kali berfikir begitu bu, tapi kita tidak tau kota tempat Kinara merantau seperti apa," Jawab suami nya lagi.

Kedua nya menghela nafas sedih, sudah 2 thn lebih putri semata wayang nya tidak ada kabar, bahkan nomor hp nya pun tidak bisa dihubungi. Mereka Kinan dan Arya, mereka adalah orang tua Kinara yang jelas sangat merindukan putri mereka itu.

.
.
.
.
.

UP!
UP!
UP!

Gimana menurut kalian , sejauh ini masih aman kah jika kapal Kinara dan Cikal berlayar???

Jangan lupa bintang dan komentar nya💕💕

Sssttt Mbak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang