Enam Belas

1.2K 81 3
                                    

Malam harinya Cikal berkumpul bersama dengan sahabatnya, kurang Keysa karna sibuk mengerjakan tugas dirumah. Sambil memainkan game pada hp nya Cikal mengabaikan pandangan para sahabatnya yang terus menatapnya penuh pertanyaan namun terus ia abaikan seolah tidak tau sama sekali dengan tatapan itu.

Sambil menghela nafas Cikal menyimpan hpnya, "Oke oke oke, kalian mau nya apa sih dari tadi natapnya ga sans banget," ujar Cikal.

"Lo beneran udah nyerah ngejar mbak tetangga?" tanya Andra

"Engga, gue ga nyerah cuma lagi gue pause aja dulu berjuangnya," jawab Cikal santai.

"Terus itu belakang kepala kenapa? Jangan lo pikir kita ga tau ya kenapa alasan lo ga lepas hoodie lo itu," ujar Riki.

"Buah hasil kelakuan gue?" jawab Cikal dengan nada bertanya.

"Maksud lo?" tanya Hafidz.

"Panjang kalo diceritain,"

"Sepi juga ya ga ada Keysa , ga ada bidadari nya," celetuk Andra menarik perhatian Cikal.

"Lo suka sama Keysa?" Tanya Cikal refleks.

"Siapa sih yang ga suka sama Keysa selain lo," celetuk Hafidz membuat pandangan Cikal teralihkan dari Andra ke dirinya.

"Suka nya lo ke Keysa suka sebatas suka atau suka ada persaan yang lebih mendalam?" Tanya Cikal lagi.

"Emang kenapa? Lo mau iklasin Keysa buat gue?" tanya Andra balik.

"Silahkan aja kalo Keysa nya mau sama lo," jawab Cikal dengan datar.

Dipandangi nya lagi layar hp dan menatap roomchat dengan Kinara yang sejak semalam tak dapat balasan, bahkan sejak tadi sore sepertinya kontak Cikal telah di blokir oleh Kinara. Tapi namanya juga Cikal, ga berhenti disitu aja, ia coba cek ig yang ternyata akun nya publik tidak diprivate namun tak menunjukkan kabar apapun dari status story atau feed. Menghela napas pelan Cikal memandang temannya satu persatu yang juga menatap dirinya.

"Gue mau jujur," ujar Cikal membuat ke tiga temannya itu semakin menatap dengan intens. "Sebenernya gue ama Keysa udah nikah, lebih tepatnya dipaksa nikah dan gue ga terima pertanyaan apapun sampai gue nyeritain lebih lanjut ke kalian, bye," lanjutnya sambil berdiri dan berjalan pergi mengabaikan ketiga teman nya yang masih terdiam mematung mencerna setiap perkataan Cikal.

***

Dengan perlahan Cikal menuruni motornya dan berjalan pelan sambil terus melirik rumah disampingnya yang gelap gulita sangat kentara tidak ada penghuninya. Saat hendak membuka pintu, terlebih dahulu pintu terbuka dari dalam yang langsung menunjukkan sosok Keysa dengan wajah kaget. Tanpa bicara Cikal berjalan melewatinya dengan tatapan sangat datar berjalan menuju tangga mengabaikan setiap mata tajam yang menelisik dirinya. Hingga sampai didepan tangga Cikal membalik badan dan menghela nafas.

"Mata kalian bisa lepas kalo terus liatin gue kaya gitu," ujarnya  yang selanjutnya kembali membalik badan dan mulai melangkah menaiki tangga.

"Gue kira lo abang ter the best di dunia ini, tapi gue masih ga percaya lo abang paling brengsek di dunia ini," ujar Ayudia, adik Cikal yang perempuan dan anak kedua dirumah itu jika kalian lupa.

Cikal sempat terdiam namun mulai melangkahkan kakinya lagi, namun suara Keysa yang menjawab Ayudia membuatnya kembali terdiam.

"Jangan kaya gitu dek, gitu gitu juga kakak kamu," ujar Keysa.

"Udah ga sudi lagi ngakuinnya juga, kerjaannya cuma ngancurin masa depan perempuan dan nyakitin hati perempuan seolah dia ga punya saudara perempuan dan ga punya ibu yang harus ia jaga dan mungkin lupa kalo hukum karma ada," celetuk Ayudia yang sungguh membuat Cikal refleks menyentuh dadanya.

Dengan tergesa Cikal berjalan menuju kamar dan menutupnya kencang tidak lupa juga mengunci nya dari dalam. Ia merosot dibalik pintu sambil terus menepak dadanya yang terasa sesak. Sialannya adik nya itu masih kecil tapi entah belajar darimana bisa berbicara begitu. Selama ini saja ia tak pernah terpikirkan ke situ, lah adiknya yang masih kecil bisa berpikir sejauh itu. Apa sekarang ia baru sadar betapa brengsek dirinya?

"Ah brengsek!" Umpat Cikal sambil menjambak rambut yang entah kenapa kini ia merasa sangat frustasi dengan keadaan serba salah saat ini.

***

Di lain tempat Kinara menatap kosong pada langit malam yang gelap tanpa bintang bertaburan.

"Kinara," panggil Panca membuat Kinara membalik badan dan menatapnya datar. "Kita bicara didalam," lanjutnya.

Kinara berjalan mengikuti Panca berjalan kedalam dan berhenti diruang tengah. Panca menarik tangan Kinara agar duduk disampingnya diatas sofa berwarna abu tua itu. Dengan lembut Panca mengelus pipi tembam Kinara, yang selanjutnya beralih menggenggam jemari imut Kinara.

"Kamu mau bagaimana sekarang?" Tanya Panca.

"Melanjutkan hidup yang sudah terlanjur hancur," jawab Kinara pelan.

"Lalu bagaimana dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi?" Tanya Panca lagi.

"Apa aku harus pindah ke luar negeri?" Tanya Kinara balik.

"No no no Nara, di luar negeri tidak ada yang menjaga kamu. Di sini aja oke tetap diindonesia," jawab Panca.

"Lalu aku harus bagaimana? Apa kah harus aku lenyapkan jika kemungkinan yang paling aku takut kan terjadi?" ujar Kinara yang langsung mendapat pelukan langsung dari Panca.

"No no no Nara," ujar Panca yang semakin erat memeluk Kinara saat merasa tubuh Kinara mulai bergetar dan terisak menangis. "Kamu sudah berbuat dosa sangat besar dengan bocah sialan itu, dan jangan semakin membuat dosa yang lebih lebih besar dengan melenyapkan nyawa tak bersalah oke," lanjut Panca.

"Lalu aku harus gimana?" tanya Kinara sambil terisak.

"Sekarang saya tanya, waktu itu apa kamu sedang ada dimasa subur?" tanya Panca mendapat gelengan dari Kinara. "Alham--"

"Ga tau maksudnya bukan engga," potong Kinara saat Panca akan mengucap hamdalah.

"Kamu serius? Kamu sudah sangat dewasa dan kamu ga tau masa subur atau engga nya?" tanya Panca sambil melepaskan pelukannya dan menatap Kinara garang.

"Aku serius bos," jawab Kinara pelan.

"Kita lagi ga kerja Kinara jangan panggil aku bos, aku ga segitunya gila hormat. Saya tanya lagi nih, apa waktu itu kamu baru beres menstruasi beberapa hari yang lalu sebelum kejadian itu terjadi?"

"Mungkin sekitar 1 minggu atau 10 hari sebelumnya baru beres menstruasi, apa itu bisa dikata masa subur?"

"Siklus kamu berapa hari?" tanya Panca lagi yang mendapat gelengan dari Kinara. "Gelengan itu artinya engga tau atau engga nentu?" lanjut Panca.

"Engga nentu kak," jawab Kinara membuat Panca refleks menepak jidad nya melihat kelakuan Kinara.

"Yang pasti untuk saat ini kita harus siap dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi oke, tapi kamu pastiin selalu minum jamu kunyit dan pil kb untuk mencegah terjadi nya kemungkinan terburuk itu. Ingat kita bukan bersikap jahat, tapi kamu sendiri yang tidak siap pada kemungkinan itu," ujar Panca.

"Tapi tadi kakak bilang jangan sampai berbuat dosa yang lebih besar lagi. Apa mencegah seperti itu bukan berbuat dosa? aku takutnya itu termasuk aborsi tidak langsung," ujar Kinara sendu.

"Lalu kamu mau bagaimana? kan itu juga keinginan kamu. Saya menyarankan pencegahan hadirnya bukan melakukan kejahatan setelah hadirnya,"

"Kita tunggu aja dulu oke, aku ga mau berbuat dosa semakin besar. Mungkin kedepannya pun aku harus semakin mendekatkan diri pada pencipta," ujar Kinara yang selanjutnya berdiri dan berjalan memasuki kamar.

Sssttt Mbak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang