Tiga Puluh Lima

539 19 11
                                    

Cikal yang mendengar ucapan Kinara pun langsung membantu membereskan mainan Langit dan menyimpannya kembali dengan rapih dikamar bermain Langit.

"Calon imam pulang dulu, jangan kangen ya kalo kangen telfon aja hehe," Ujar Cikal pada Kinara sambil menggendong Langit. "Ayah pulang dulu oke jagoan, sebentar lagi kita akan serumah. Langit sabar kan nunggu nya?"

"Iya ayah, Langit akan jadi anak baik tcupaya kita bisa baleng-baleng," Jawab Langit membuat Cikal tak tahan untuk menghujani nya dengan cium di keningnya.

"Kami pamit ya, maaf sudah merepotkan," Ujar Kiky.

"Besok nenek main lagi kesini boleh?" Tanya Sofia pada Langit yang masih digendong oleh Cikal.

"Boleeeeehhh!!" Jawab Langit dengan riang membuat semua orang tertawa melihat nya.

Cikal, Kiky, Sofia dan Adrian pulang bersamaan menyisakan Kinara, Langit, Arki, dan Inara dirumah nya.

Kinara langsung memberi Langit obat dan menidurkannya dikamar, sedangkan Arki dan Inara menonton tv diruang tamu.

Setelah menidurkan Langit, Kinara bergabung dengan Arki dan Inara. Meski bertiga, tapi suasana terasa hening karna tak ada yang berbicara sedikitpun. Hingga Kinara membaringkan kepalanya diatas paha Inara.

"Bu, tetep disini aja ya sama Ayu. Ga usah balik lagi ke kampung, kita disini bareng-bareng aja," Ujar Kinara sambil memejamkan matanya merasa nyaman dengan usapan lembut dikepalanya yang dilakukan oleh Inara.

"Nak, ibu dan bapak harus kembali pulang ke kampung. Kamu sudah ber-----"

"Meski Ayu sudah bertemu dengan orang tua kandung Ayu, tapi bagi Ayu kalian berdua tetep lebih baik dari pada orang tua kandung Ayu. Kalian pun sudah menua sudah bukan waktu nya bekerja keras, perkerjakan saja orang untuk mengurus kebun dan sawah dikampung. Kalian tinggal disini dengan Ayu, sesekali pulang ke kampung bareng untuk berlibur," Ucap Kinara memotong Arki yang sedang berbicara.

"Nak, ibu dan bapak ga mau ganggu hidup kamu. Kami berdua tidak ingin jadi beban untukmu nak," Inara mengelus kepala Kinara dengan penuh kasih sayang, tak menyangka bayi kecil yang ia urus dulu kini sudah sangat dewasa.

Kinara mengubah posisi tidur nya, menatap wajah Inara yang juga menatapnya. Diusap lembut pipi Inara yang mulai keriput, dengan senyuman yang sangat tulus. "Bagaimana bisa orang tua yang membesarkan Ayu hingga besar gini menjadi beban? Tidak sama sekali ibu, kalian bukan beban melainkan rumah tempat Ayu pulang. Dengan ada nya kalian pasti hidup Ayu jadi lebih ringan, tinggal lah disini dan kita bahagia bersama hingga menua bersama ya bu pak,"

Kinara bangkit dari posisi nya, memeluk Inara yang menangis. Arki pun diam-diam menangis, setiap air mata menetes langsung dihapus. Namun tangis nya pun ikut pecah seperti Inara, kala Langit memeluk nya yang entah kapan terbangun dan entah sejak kapan bergabung dengan mereka.

***

Hari minggu, semua orang dirumah sibuk berlalu lalang menyiapkan segala hal. Kabar nya Cikal akan kembali datang bukan hanya bersama kedua orang tua nya, melainkan dengan ketiga adiknya juga. Mawar yang duduk dikursi roda hanya bisa menemani Langit bermain dikamar, sedangkan Adrian menyiapkan dekorasi bersama Arki. Inara dan Kinara menyiapkan masakan dan beberapa snack.

Meski awalnya Kinara menolak untuk berepot-repot ria, namun ke empat orang tua nya bersikukuh karna keluarga Cikal datang bukan untuk bertamu melainkan datang untuk lamaran sekaligus menentukkan tanggal pernikahan.

Kinara menatap setiap sudut rumah nya, apa keputusannya kali ini benar untuk menerima Cikal dalam hidupnya? Apa ia tidak akan menyesal? Namun jika mengingat sikap Cikal sejauh ini tidak mungkin jika laki-laki yang usia nya bertaut 10 tahun lebih muda dengannya itu main-main.

Bahkan, Cikal bilang ia akan menepati janji nya untuk sanggup menafkahi Kinara sebulan 50 jt. Meski kini hanya sanggup setengahnya, tapi ucapan nya saat berkali-kali mengucap janji itu hati Kinara menghangat. Bukan karna nominal nya besar, tapi karna Cikal berusaha bertanggung jawab untuk setiap ucapan yang ia lontarkan pada Kinara.

"Nak, bersiap-siap lah. Kata pa Adrian keluarga pak Kiky sudah berangkat," Ujar Inara.

"Iya bu," Kinara berjalan memasuki Kamar nya. Ia menatap dress panjang berwarna putih tulang yang tempo hari dibelikan oleh Cikal. Kinara mengambilnya dan memakai dress itu, dipadukan dengan hijab cream segi empat motif.

Dengan riasan flawless ala Kinara, kini ia udah rapih dan siap menyambut keluarga Cikal. Melihat dirinya dari pantulan kaca yang terpasang pada lemari, Kinara tersenyum dan menyentuh pantulan wajah nya di kaca.

"Kapan terakhir kali aku berdandan rapih seperti ini ya? Rasanya rindu kehidupan perkantoran dulu," Gumam Kinara pelan.

Hingga tak berselang lama, terdengar suara mobil, Kinara melihat ke arah jendela. Sepertinya keluarga Cikal sudah datang, terdengar dari suara Adrian yang memanggil nama Kiky. Mengelus pelan dada nya yang tiba-tiba berdegub kencang, apa kini dirinya sedang gerogi?

"Nak, saat nya keluar," Ujar Inara dari depan pintu kamarnya. Inara tersenyum bahagia melihat Kinara sangat cantik, rasa nya ia masih tidak menyangka jika anaknya sudah akan dipinang.

Kinara menarik nafas dan berdo'a dalam hati, agar segala niatan baik dirinya dan Cikal berjalan lancar. Ia berjalan perlahan keluar dari kamar, mata nya langsung besitubruk dengan mata Cikal.

Ah apa selama ini Cikal memang setampan itu? Atau Kinara saja yang baru sadar jika bocah tengil yang sering mengganggu nya memang tampan dari dulu? Ah entah lah, yang penting kini Kinara tak menyangka jika Cikal bisa sangat berkharisma dan tampan. Dengan balutan kemeja putih tulang senada dengan dress miliknya, celana chinos cream yang senada dengan hijab kinara.

"Segitu mempesona nya yah calon suami mu?" Bisik Inara ditelinganya menyadarkan Kinara dari keterpakuannya terhadap pesona Cikal.

"Ibuuu," Ujar Kinara pelan, tau jika ibu nya itu menggoda diri nya.

Kinara duduk ditengah-tengah antara Adrian dan Mawar, dengan Langit yang duduk dipangkuan Mawar dikursi roda.

"Semua nya sudah kumpul, mari kita mulai acara nya pak," Ujar Adrian.

Kiky melirik Cikal yang ternyata fokus menatap Kinara, "Jadi tujuan keluarga kami datang untuk melamar Kinara untuk putra pertama kami, Cikal Farizky,"

"Kami terima dengan baik tujuan keluarga anda kesini, tapi saya selaku orang tua Kinara menyerahkan segala keputusan pada Kinara," Jawab Adrian.

"Bagaimana nak Kinara? Apa anda bersedia menerima lamaran Cikal?" Tanya Kiky pada Kinara yang terdiam sejak tadi.

Kinara terdiam, matanya menatap Cikal dengan lekat. Ia menarik nafas pelan "Saya ingin bertanya satu hal," Jawab Kinara.

"Silahkan," Balas Kiky.

"Saya hanya ingin menikah sekali seumur hidup, dan seumur hidup itu waktu yang tak terhingga. Apa kamu benar-benar serius untuk menikahi saya? Menjalani hari demi hari bersama saya, hingga tua hingga maut memisahkan kita. Saya bertanya karna di usia mu saat ini adalah masa-masa paling menyenangkan dimasa muda, saya tidak ingin kamu menyesal dikemudian hari,"

Cikal tersenyum mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Kinara. "Saya se----"

Brakk, "Stooopp!! Kalian tidak bisa melanjutkan acara ini," Keysa yang datang sambil menggebrak pintu rumah Kinara membuat seisi rumah terdiam melihatnya.

Sssttt Mbak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang