Kini mereka berdua sedang berdiri dilobby dengan perbincangan absurd yang mengundang gelengan kepala setiap orang yang tak sengaja mendengar.
"Mending lo balik deh jangan keras kepala!" Ujar Kinara dengan wajah memerah kesal.
"Gue udah bilang berkali-kali, gue ga mau!" Balas Cikal semakin keras kepala.
Kinara yang melihat kekeras kepalaan Cikal yang semakin menjadi, membuatnya refleks mengacak rambutnya gusar dan mendesah dengan kasar. Tak lama ada sebuah tangan yang memeluk pinggang Kinara dan melepaskan tangan Kinara yang masih dengan posisi mengacak rambut.
"Kenapa say? Rambut kamu bisa rontok loh kalo diacak gitu, nanti saya harus nambahin bonus lagi untuk perawatan gajian bulan ini," ujar Panca dengan wajah datarnya yang membuat Kinara membuang wajahnya sebal.
"Y aja lah," balas Kinara acuh mengabaikan Cikal yang sudah mengepal tangannya kuat.
"Lo ga usah pegang-pegang mbaknya gue dong," ujar Cikal yang akhirnya tak bisa menahan rasa cemburunya.
"Mbak lo? sejak kapan kamu punya adik laki-laki say?" tanya Panca.
"Tau ah," Cikal menepis tangan Panca yang hendak menyentuh rambutnya lagi. "Stres gue lama-lama kalo terus bareng dua ODGJ," lanjutnya sambil berlalu pergi.
Panca hanya tersenyum sambil melambai pada Kinara yang berjalan memunggunginya, sedangkan Cikal sudah mengepal tangan semakin kuat memandang Panca dengan wajah sebalnya.
Usai Kinara berlalu dan sudah tak telihat oleh pandangan, Panca menatap Cikal dengan tatapan dinginnya. Sedangkan Cikal semakin menatap Panca dengan tatapan intens hingga beberapa orang dari belakangnya menangkap Cikal dan memegangi dengan kuat.
"Lepasin gue woy!!" Teriak Cikal sambil mencoba melepaskan diri, dan menatap sesosok yang tak asing dihidupnya berdiri dengan wajah datarnya. "Papah!!"
"Owh ada apa ini?" tanya Panca dengan raut kaget.
"Halo pak Panca," Sapa Kiky dengan sopan yang dibalas sopan oleh Panca. "Maaf jika pagi-pagi saya sudah membuat keributan disini, tapi terima kasih atas informasinya terkait anak saya yang ada disini." Lanjutnya.
"Jadi lo yang ngasih tau gue ada disini? Ko bangsat banget sih!" Ujar Cikal sambil terdiam berhenti meronta minta dilepaskan.
"Yaps gue ngasih tau lo disini tapi bukan berarti gue ngaduin lo ya. Gue ngasih tau bokap lo karna gue udah yakin banget 1jt persen lo bakal ngerecokin segala urusannya Kinara kalo semakin lama disini," balas Panca dengan jujur.
"Bulshit lo!" Ujar Cikal.
"CIKAL FARIZKY!" Teriak Kiky, "Papah ga pernah ngajarin kamu ga sopan begitu terhadap orang yang lebih tua ya," lanjutnya.
Kiky memerintahkan semua bodyguard untuk membawa Cikal dan memasukkannya kedalam mobil. Cikal yang ditarik paksa semakin meronta dan berteriak absud yang mengundang pandangan semua orang yang berada disekitar, sedangkan Panca masih mencerna situasi apa yang terjadi dihadapannya sekarang ini.
"Saya minta maaf atas kekacauan ini, saya akan mengganti rugi apapun yang bapak minta dan saya sangat berterima kasih atas informasi tentang keberadaan anak saya," ujar Kiky sopan.
"Ya, tapi biisa jelaskan situasi apa yang barusan terjadi?" tanya Panca yang mendapat anggukan kepala dan selanjutnya mendapat penjelasan secara inti kepada Panca.
"Begitu pa, oh iya saya pamit dulu ya karna waktu saya tidak banyak," Kiky berpamitan yang dibalas anggukan kepala saja oleh Panca.
Pria itu, dengan nama lengkap Gusti Panca meski ia anak pertama dari tiga bersaudara, terduduk diam dilobby sambil menatap datar pada satu objek. Pintu lift. Seolah sedang menunggu atau berharap seseorang keluar dari pintu itu. Hingga tak terasa sudah hampir 2 jam ia melakukan itu tanpa merubah posisi sedikitpun akhirnya sosok yang ditunggu pun datang, Kinara Ayu dengan wajah lelahnya.
Panca berdiri dan berjalan lebar menghampiri Kinara yang selanjutnya menggenggam tangan kecil itu menariknya masuk kembali kedalam lift dan menekan sebuah nomor dimana letak kamar Kinara berada. Dengan suasana yang hening Kinara terus memandang telapak tangannya yang digenggam oleh Panca, hingga suara lift terdengar menyadarkan kembali kesadaran Kinara.
Masih diam mereka berdua kini sudah berada didepan pintu kamar Kinara dan tanpa diberi tahu oleh Panca, Kinara sudah tau maksud dan tujuannya yang langsung membuka pintu kamar dan mereka berdua masuk bersamaan kedalam kamar dengan lepasan genggaman tangan Panca pada Kinara tepat saat mereka masuk.
"So, saya mau bicara," ujar Panca pada Kinara yang dibalas anggukan kepala.
Dengan helaan nafas, Panca mulai membicarakan apa yang tadi dibicarakan oleh dirinya dengan Kiky yang mendapat respon datar dari Kinara namun tak membuat Panca berhenti bercerita dan terus melanjutkan ceritanya hingga akhir.
"Jadi?" tanya Panca.
"Yes," Jawab Kinara pada Panca, namun saat Panca hendak membalas Kinara langsung memotong dengan menceritakan semuanya yang terjadi meski mendapat berbagai respon dari Panca tak membuat Kinara berhenti dan terus melanjutkan ceritanya.
"Kinara," panggil Panca lembut dan langsung memeluk Kinara saat melihat air mata yang sejak tadi ditahan akhirnya jatuh tanpa izin dipipi putihnya itu. "I'ts oke Nara, jangan takut ada saya disamping kamu," lanjunya.
***
Di lain tempat Cikal kini sudah terduduk dihadapan pria seumuran dengan papahnya terbaring lemas tak berdaya dan seorang penghulu yang berdiri disampingnya, dilihat satu persatu wajah setiap orang yang ada didalam ruangan hingga terakhir ia memandang wanita disampingnya.
Wanita yang ia kenal sejak lama namun tak disangka menusuk dari belakang, i'ts oke mungkin terlalu lebay namun bisa dikata begitu bukan? seorang teman yang ia percayai namun akhirnya merusak kepercayaannya dengan memanfaatkan keadaan dengan suasana genting demi terbalasnya perasaan sepihak yang selama ini ia pendam.
"Jangan salahin gue kalo gue berubah Key," ujar Cikal pelan yang hanya terdengar olehnya dan Keysa.
Dengan berat Cikal mulai mengangkat tangan kanannya dan meraih tangan papah Keysa yang semakin turun kondisinya. Hingga dengan tarikan nafas yang berat Cikal mengucapkan ijab kobul dengan lantang dan sekali ucap tanpa ada kesalahan di setiap kata setelah papah Keysa berucap, hingga selanjutnya kata sah terucap dari setiap orang meramaikan ruangan VIP itu.
"Saya nitip Keysa ya nak," ujar papah Keysa dengan senyuman tulus dan penuh kasih, "Lailahaillallah Muhammadarrasulullah," lanjutnya hingga 3x sebelum menutup mata dan terdengar suara tiiittt dari monitor yang menunjukkan garis horizantal dengan lurus.
"Papah!!!" Teriak Keysa sambil memeluk tubuh papahnya yang sudah kaku itu. Kini ruangan itu diiringin isak tangis karna kehilangan seseorang yang kini harus berpulang kepangkuan ilahi setelah merasakan kebahagiaan melihat anak semata wayangnya menikah.
Tanpa berkata Cikal menarik tubuh Keysa dan memeluknya erat membiarkan dokter dan suster melakukan tugas mereka melepaskan berbagai alat yang terpasang ditubuh pria paruh baya itu, dan dengan perlahan menutup tubuh kaku pria paruh baya itu yang kini sudah menjadi mertuanya dengan kain dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Ingin rasanya ia berteriak tak adil pada takdir, namun yang menderita disini bukan hanya dirinya namun juga wanita yang dulunya teman namun kini menjadi istri sah-nya.
"Apa takdir tuhan memang sekejam ini pada makhluk ciptaannya?" ujar Cikal lirih dalam hati.
.
.
.
.
.
Up lagi????
KAMU SEDANG MEMBACA
Sssttt Mbak!
RandomKinara Ayu (28thn), seorang sekretaris disebuah perusahaan swasta yang sedang berkembang. Anak tunggal yang jauh dari sanak saudara. Wanita yang manis, perfectsionis, cuek yang selalu dihindari oleh beberapa karyawan wanita karna ke-ketusannya yang...