Dua Puluh Tiga

604 22 8
                                    

Beberapa hari berlalu, kini kondisi Langit semakin membaik dan ia sudah di-izinkan pulang walau masih harus checkup kerumah sakit 2 minggu sekali untuk melihat perkembangan kedepannya.

Kini Kinara dengan senang menggendong Langit tanpa merasa berat sekalipun meski dipunggungnya ada tas besar yang ia gendong berisi barang-barang Langit selama ini yang dibawa ke rumah sakit.

Dengan sumringah ia berjalan sambil sesekali terkekeh mendengar celotehan Langit membuat hatinya sangat hangat, hingga tak sadar ada seorang pria yang berjalan dibelakang mengikuti mereka hanya bisa menahan senyum melihat tingkah keduanya.

Setiba nya diparkiran, Kinara yang hendak berjalan terus menuju jalan raya berniat mencari taxi untuk mereka berdua pulang kerumah. Namun tiba tiba ada lengan yang merangkulnya dengan tenaga seraya mengubah jalur jalannya yang hendak ke jalan raya berubah menuju salah satu mobil yang terpakir.

Kinara menatap Cikal dengan tatapan yang sangat tak bisa di abaikan, "Aku antar pulang, jangan coba coba nyari angkutan umum yang bisa bikin Langit gak nyaman," ucap Cikal.

Kinara hanya terdiam tak menjawab terus menuruti apapun yang Cikal lakukan. Ia duduk dikursi penumpang samping supir sambil menggendon Langit yang terlihat bingung menatap Cikal.

"Bu," panggil Langit pelan.

"Kenapa nak?" Jawab Kinara lembut.

"Kita puyang bu?" Tanya Langit lagi.

"Iya nak, kita pulang. Langit udah sehat dan kedepannya akan selalu sehat," ujar Kinara seraya mengelus rambut Langit.

"Itu ciapa bu?" Tanya Langit pelan seraya menunjuk Cikal.

"It---"

"Halo nak, ini ayah," ujar Cikal memotong Kinara yang hendak bicara.

"Langit punya ayah bu?" Tanya Langit lagi sambil menatap Kinara penuh harap.

"Iya. Maafin ayah yah nak selama ini ga ada disamping Langit dan Ibu, ayah janji ayah akan mencoba jadi ayah yang baik untuk Langit meskipun ayah ga bisa janji selalu ada disamping Langit," ujar Cikal sambil mengelus rambut Langit dan menaha rasa sesak di dada, baru kali ini Cikal dan Langit benar-benar berinteraksi setelah beberapa hari selalu saja ada halangan untuk mereka memiliki waktu bersama.

Dengan senyuman Cikal mulai menjalankan mobil sambil sesekali membalas Langit yang tak henti berbicara. Senang rasanya melihat anak kandungnya yang pertama kali ia temui dalam keadaan lemah tak berdaya tapi kini telah menjadi anak yang sangat ceria bahkan tak henti berbicara.

Hingga tak lama Langit akhirnya terlelap dengan sendirinya dalam gendongan Kinara.

"Turunkan kami didepan," ucap Kinara.

"Engga, gue anter sampe rumah," jawab Cikal.

"Aku mohon jangan menambah masalah lagi," ucap Kinara.

"Gue ga nambah masalah mba, tapi ada hal yang mau gue omongin ke lo," jawab Cikal.

"Kamu bisa omongin itu sekarang,"

"No! kita omongin nanti setelah sampai rumah. Lo tinggal tunjukin aja kemana jalannya," ucap Cikal dengan nada tegas tak ingin dibantah.

----------------------------------

Kini Cikal memarkirkan mobil nya didepan sebuah rumah minimalis di pinggiran kota yang jarak nya sangat jaug dari kediaman orang tuanya dan rumah Kinara yang bentar lagi akan menjadi milik orang lain.

Yah karna hal itu pula Kinara terpaksa untuk kembali sebentar kerumah sebelumnya mengambil barang barang yang tertinggal. Meski niat hati datang malam menghindari tetangga sebelah, namun takdir tetap mempertemukan mereka. Jika teringat momen itu Kinara hanya bisa menghela nafas nya.

Kini Kinara turun dari mobil berjalan menuju pintu dengan raut wajah lelah , dan yang membuat nya lebih lelah lagi melihat kelakuan Cikal yang kini berjalan dibelakang nya sambil menggendong Langit didekapannya.

Berkali kali diusir pun Cikal tidak akan pernah menggubris nya yang hanya akan membuat energi Kinara habis. Cikal terus berjalan memasuki rumah minimalis itu , hingga memasuki salah satu kamar dan membaringkan Langit diatas kasur hingga menyelimuti nya.

Kinara hanya bisa membisu tanpa berkata kata dan berjalan keruang tamu yang hanya ada karpet bulu dengan sebuah lemari kecil dengan tv 24 inch diatas nya. Kinara duduk diatas karpet bulu itu dan menyenderkan badannya ke tembok hingga Cikal keluar dan duduk disamping nya.

"Mbak," Pangil Cikal yang hanya dibalas deheman saja oleh Kinara.

"Gue minta maaf mbak , maaf atas kesalahan gue selama ini yang ternyata ngancurin hidup lo. Gue bener bener ga tau kalo hal yang gue lakuin malam itu bisa membuat hidup lo bener-bener sehancur ini, gue bener-bener minta maaf, " Ujar Cikal sambil menundukkan kepala nya.

"Yang terjadi sudah terjadi tidak bisa dikembalikan kembali, yang bisa saya lakukan hanya menjalani nya saja. Meski awalnya seringkali berfikir untuk mengakhiri saja namun saya sadar, saya sudah berbuat dosa besar dan mana mungkin tuhan akan menerima saya jika mengakhiri semua nya dengan instan, yang bisa saya lakukan saat ini hanya bertaubat dan mendekatkan diri pada tuhan," Jawab Kinara sendu.

"Jujur mbak, gue tertampar banget dengan kata kata lo dirumah sakit. Emang ga ada yang tau seberapa rapuh nya lo selama ini, gue akuin lo bener-bener seorang ibu yang hebat yang bertahan demi anak meski dunia begitu jahat," Balas Cikal lirih dengan suara bergetar rasanya sesak ingin menangis kencang, namun yang ia rasakan tidak sebanding dengan yang dirasakan oleh Kinara.

"Sudah kewajiban saya harus kuat demi kesehatan Langit, " Ujar Kinara pelan.

"Kabar orang tua lo gimana mbak? " Tanya Cikal.

"Orang tua saya? Mereka ada dikampung halaman," Jawab Kinara.

"Kenapa lo ga kembali ke orang tua lo, dan memilih memikul semua nya sendiri?" Tanya Cikal lagi.

"Hati orang tua mana yang tidak sakit jika melihat anak nya hamil diluar nikah, dan pria yang menghamili nya menikah dengan wanita lain dimalam setelah menebar benih dalam rahim nya?" Tanya Kinara balik.

Cikal tertegun mendengar pertanyaan balik Kinara bagaikan boomerang bagi dirinya.

"Saya lebih baik memilih memikul semua nya sendiri daripada membuat hati kedua orang tua saya sakit, meski entah kapan semua nya harus dipendam yang pasti suatu saat nanti pasti akan terungkap," Ujar Kinara melihat Cikal terdiam membatu. "Sekarang saat nya kamu pulang , terima kasih sudah mengantar saya dan Langit sampai rumah," Lanjut Kinara sambil berdiri dan menunggu Cikal didepan pintu.

Melihat itu Cikal berdiri dan berjalan keluar rumah tanpa bicara. Hingga saat akan memasuki mobil, Cikal kembali berjalan menghampiri Kinara yang masih berdiri didepan pintu rumah.

"Izinkan gue bertanggung jawab atas kehidupan Langit," Ujar Cikal sambil memberikan sebuah kartu ATM pada Kinara. "Meski belum mampu memberi nafkah 50jt perbulan, tapi setidaknya gue bisa ngasih 10-15 jt perbulan untuk kehidupan Langit saat ini. Kecil sih tapi itu hasil usaha gue sendiri mbak, usaha online yang pernah gue ceritain ke lo dan gue harap lo terima," Lanjutnya.

Cikal kembali ke mobil sambil berlari sebelum Kinara mengamuk. Saat hendak menyalakan mobil ia teringat sesuatu.

"Pin nya , tanggal pembuatan yang dikamar mbak," Ujar Langit dari jendela mobil yang langsung menjalankan mobil nya menjauh dari rumah Kinara.

Kinara masih terdiam mendengar ucapan Cikal tentang pin ATM yang kini berada ditangannya. Sialan memang Cikal bisa bisa membuat Kinara mengingat kembali hari itu.

"Brengsek memang, tapi terima kasih," Ucap Kinara menatap jalan yang kini sudah kosong tanpa ada siapapun.

Kinara berjalan kedalam rumah dan mengunci pintu, menghampiri Langit yang terlelap nyenyak. Memeluk anak laki-laki itu sebuah obat dari semua obat bagi Kinara.

.
.
.
.
.

Masih ada kah yang menunggu kisah Cikal dan Kinara di tahun 2024 ini?

Maafkan lama banget up , sulit mencari waktu luang ditengah menjadi ibu rumah tangga yang bekerja serta mengasuh todler🙏

Sssttt Mbak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang