xvii. Buncah oleh Perasaan

1.1K 166 43
                                    

"Ini, Kapten

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini, Kapten."

Lahap meletakkan cangkir kecil diatas meja. Kaizo langsung meminumnya. Ia memejamkan mata, mencoba meresapi kenikmatan tehnya.

"Semuanya lancar, Kapten?" tanya Lahap pelan. Sebagai letnan setia, tentunya ia hafal perilaku kaptennya ini. Contohnya soal teh hijau yang menjadi minuman favoritnya.

Kaizo sering meminumnya sebagai stress-relief. Bukan tempramental, tapi ia juga mudah emosi. Seringnya ia stress karena adiknya, latihan, adiknya, misi, adiknya, penggemarnya, adiknya, letnannya, dan adiknya.

"Ya...." Kaizo menjawab singkat. Ia juga memikirkan hal yang sama. Sekarang stress karena apa? Bayangan seorang perempuan dengan rambut cokelat bergelombang berkelebat di pikirannya tanpa tercegah. Kaizo menggeleng, ia meneguk tehnya lagi. Aku tidak melakukan sesuatu yang buruk.

"Apa menurutmu menyelamatkan seseorang adalah aib?" Kaizo bertanya amat pelan.

Lahap menoleh. "Tidak juga, tapi kalau bagi Kapten saya rasa... ya."

"Ada... temannya temanku, dia perempuan. Dan dia marah pada temanku karena dia menjaganya, menurutmu siapa yang salah?"

Lahap memandang bingung, temannya siapa? Sejak kapan Kaizo ada teman?

"Ngg... saya tidak tahu Kapten." Itu saja jawabnya. Kaizo meletakan tangan di dagu. Sepertinya ia salah berkonsultasi. Tapi siapa lagi kalau bukan Lahap, berkonsultasi dengan Fang tidak pernah menjadi pilihan. Apalagi untuk urusan satu ini.

Ia membuka TAPOPS-pad, dalam sebuah browser ia mencoba mengetik kata kata yang tidak pernah dipikirkannya.

⌕ Apa itu jatuh c⸻

Ia buru-buru menghapusnya lagi. Tidak, tidak, tidak.

"Lahap, kau kenal Kapten y/n? Aku berbicara tentangnya." Lh, masih belum menyerah ternyata. Kaizo mematikan TAPOPS-padnya. Bertanya penuh harap.

"Tidak kenal, Kapten."

Gemas, Kaizo menyesap tehnya cepat dan segera meninggalkan tempat itu. Lahap hanya menggaruk kepala bingung melihat kelakuan kaptennya.

·  ·  ·  ✦ ·  ·  ·

y/n memperhatikan BoBoiBoy yang tertidur di meja. Topinya menutupi seluruh wajah. Ia mendengkur kecil. y/n menghela napas. Tidak tahu lagi betapa beruntungnya ia memiliki adik sebaik ini. Kalau dia di posisi BoBoiBoy, ah.

"Haruskah aku melihat apa yang kaupikirkan sekarang?" Iseng saja, y/n mencoba menerobos pikiran BoBoiBoy.

"Ah, kau sedang bermimpi."

Conceal | Kaizo [TO BE REWRITTEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang