xxvi. Sejak Delapan Tahun yang Lalu

1K 120 1
                                    

Kaizo menggoyangkan kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaizo menggoyangkan kaki. Angin dari pendingin ruangan terasa dingin. Akhirnya orang yang ditunggunya datang juga. Kaizo berdiri menyambut.

"Maaf membuatmu menunggu lama, ayo!" ajak Maskmana. "Ah iya, sebelum aku lupa. Aku ada anak murid baru, mungkin kalian bisa berteman."

"Saya ikut saja, Laksamana." Kaizo menjawab pelan.

"Tapi dia perempuan, lebih muda ...  dua tahun darimu." Kaizo mengiyakan saja, ia juga masih canggung.

·  ·  ·  ✦  ·  ·  ·

"Aku tidak tertarik melihat, menyentuh, mendengar, atau berinteraksi dengan pedang."

"Mengapa?" Kaizo memasukkan pedangnya kembali. Ia menatap anak perempuan didepannya. Ia menyilangkan tangan dengan angkuh.

"Mengapa?" Kaizo mengulangi pertanyaannya.

"Itu mengingatkanku pada pisau," jawab anak itu.

Kaizo mengangguk-angguk saja. "Oh iya, aku Kaizo."

Ia mengulurkan tangan, mencoba ramah. Anak perempuan itu tidak menyambutnya. Itu tidak membuat Kaizo menyerah. Baginya, lebih susah digapai, lebih menantang. Justru orang orang berkarakter seperti ini yang menarik. Ia menarik napas panjang.

"Boleh kutahu namamu?"

·  ·  ·  ✦  ·  ·  ·

"Selamat atas kenaikan pangkatmu."

Anak perempuan itu meremas bajunya, ia tampak gugup. "Percaya diri saja," dukung Kaizo.

Anak itu menunduk saja, tanpa mengatakan apa apa, ia segera beranjak pergi. Jalannya anggun dan menampilkan kesan anggun. Tiba-tiba ia berhenti, menoleh.

"Terima kasih," cicitnya. Cepat-cepat anak perempuan itu melanjutkan langkahnya dan pergi. Tidak sadar akan sesuatu yang keluar dari sakunya.

"Hei! Kau menjatuhkan sesuatu⸻!" Kaizo ingin meneriakkan namanya tapi anak itu sudah tidak terlihat.

·  ·  ·  ✦  ·  ·  ·

"Jangan menangis Kaizo.... Kalau semua sudah aman. Mama janji akan menemui kalian."

Wanita cantik itu mendekatkan wajah anak sulungnya, membisikkan kata kata semangat dan perpisahan. Ia tersenyum. Senyum yang sampai kapanpun akan selalu terekam di memori Kaizo.

Conceal | Kaizo [TO BE REWRITTEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang