Conceal | Kaizo [TO BE REWRITTEN]

xxxiii. War of Hearts

Kaizo masih di kamar y/n. Ia tahu tidak sopan mengecek kamar seorang gadis seperti ini. Tapi entah kenapa instingnya membaui sesuatu yang mencurigakan disini.

Terus terang, pekerjaan y/n memang membuatnya selalu terlihat suspenfu'. Mata mata, detektif, intelijen. Semua pekerjaan yang melibatkan kata misterius didalamnya dikerjakan oleh gadis itu.

Ia akhirnya melihat selembar kertas diatas lemari. Tidak ada benda lain didekatnya. Sebuah alasan terdeteksi: kertas itu seharusnya tidak disitu. Kaizo menggigit bibir. Rasanya kelewatan.

Baik. Kontrol dirimu, Kaizo. Ini yang terakhir. Kau hanya akan lihat kertas apa itu. Setelah itu tinggalkan kamar ini.

Kaizo tidak perlu jinjit untuk meraihnya. Ternyata hanya selembar kertas medis. Terlihat dari logo dan formatnya. Kaizo jadi makin penasaran. Mungkin ini soal anemia itu? Itu kemungkinan yang ia harapkan.

Nama Pasien: y/n Cora Glynne
Diagnosa: ASPD

Hanya dua baris itu yang dibacanya. Kertas tersebut terlepas. Kaizo menutup mulutnya. Tidak, ia tidak salah baca. A-S-P-D. Dadanya bergemuruh.

Ia kenal gangguan ini, dulu ia pernah di tes untuk ini. Syukurlah, negatif. Gejalanya juga saat itu sama sekali tidak mendekati.

ASPD atau antisocial personality disorder atau juga dissocial personality disorder (DPD), adalah sebuah gangguan kepribadian yang ditandai oleh perilaku yang tidak mempedulikan atau melanggar hak asasi orang lain secara berkepanjangan.

Yah, gampangnya sih, orang yang dingin dan kasar dengan orang lain. Tidak suka bersosialisasi dan tidak peduli-an.

Ciri-ciri yang menonjol adalah rasa bersalah  rendah, ketidaktulusan, ketidaktenangan, rendah bersosialisasi. Gangguan ini sering disebut sebagai psikopat/sosiopat padahal sebetulnya tidak sama.

Kaizo meneguk ludah. Ia mengambil kertas tersebut. Membacanya ulang. "Ini tidak benar!" pekiknya dalam hati.

Tapi ia tidak memiliki fakta yang bisa membantahnya. Kepribadian y/n sudah mirip, amat mirip⸻"INI! TIDAK! BENAR!"

·  ·  · ✦ ·  ·  ·

Tiga bulan yang lalu.

Zzaapp!

Gopal merinding sebentar. Ia mengerjapkan mata dan menggelengkan kepala. Nut memberi simbol padanya. Gopal melepas alat di atas kepalanya. Menghampiri keempat temannya yang lain.

"Sudah beres. Kalian boleh pergi." Nut mengangguk pada kelima anak itu.

"Kau tetap belum bolang ini untuk apa, Nut!" BoBoiBoy memprotes.

"Betul! Ayo cepat beritahu!"

"Kami tidak akan pergi sebelum kau beritahu!"

"Astaga teman-teman! Masakan aku mencelakakan kalian?" Nut tertawa.