xix. The One That Got Away

1.1K 165 38
                                    

"Aku akan menghancurkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku akan menghancurkannya."

Pernyataan itu mengagetkan y/n setengah mati. Gadis itu berhenti berjalan, terbelalak.

"Apa?!"

Tuan Vam mempertahankan senyumannya, terus berjalan.

"Ta-tapi kaubilang prosesnya bisa mengorbankan pemiliknya⸻"

"Kita berdoa saja."

"Tidak, tidak, tidak. Kita baru saja bertemu kembali, Tuan Vam, komohon tidak." y/n mencengkram lengan baju Vam kuat-kuat.

"Memang ini tujuanku sejak awal. Tenang saja, ini Dimensi Pikiranku, jadi kalau sesuatu terjadi, aku yang akan terkorban."

"TIDAK!" jerit y/n histeris. Ia menangis lagi, akhir-akhir ini matanya banyak sekali mengeluarkan air.

"Aku tidak ingin kehilanganmu lagi...." y/n menggeleng geleng. Ia memeluk mantan asistennya itu. Tingginya hanya seleher Vam.

"Dulu aku membuat Dimensi Pikiran untuk memudahkanmu, tapi siapa sangka, itu membuatmu tersiksa. Aku tidak akan memanjang-manjangkan ini lagi Nona Muda." Vam menjawab pelan.

"Aku lebih suka tersiksa dibanding kehilanganmu⸻"

"Nona, kau sudah hidup dengan Dimensi ini selama 14 tahun. Sejak kau berusia 6!"

"Aku lebih suka begitu⸻"

"Prosesnya sudah dimulai."

"S-sudah dimulai? Tapi aku tidak bilang setuju! Jangan dihapus! Jangan!" y/n panik, mengedarkan pandangan, kubus-kubus itu satu-dua mulai memudar.

Tapi bukan kubusnya saja, tubuh Vam juga ikut memudar.

"Nona Muda, kau gadis yang kuat. Saat mereka kembali, orangtuamu akan bangga sekali, aku yakin." y/n terisak, ia terduduk lemas memandangi proses penghapusan ini.

"Ah iya, itu Nyonya Lim! Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. Dia baik sekali, Nona, lebih sabar dariku. Saran saja, kau seharusnya menganugerahkan jabatanku padanya, dia lebih dari layak."

Vam menunjuk seorang wanita berbusana formal yang tersenyum lembut. Di kubus itu ia sedang menyelimuti y/n.

"Kau tahu, banyak yang menjagamu bukan karena tugas, mereka sangat menyayangimu." Tuan Vam melanjutkan perkataannya. y/n tersedu-sedu.

"Kawanku, Maskmana itu banyak membantumu selama delapan tahun ini, jangan lupakan dia juga. Ah, aku akan merindukan banyak orang." Tuan Vam tetap tersenyum sementara kakinya mulai hilang. Ia menunduk dan menyentuh bahu y/n.

"Nona Muda, jasadku nanti tetap ada, setelah penghapusan kau akan langsung terlempar keluar. Untuk terakhir kalinya, aku minta izin, untuk memingsankanmu. Riskan sekali kan kalau yang lain melihatmu menangisiku?"

y/n tetap tersedu. "Nona Muda?"

"Jangan buat aku pingsan. Biarkan saja! Itu akan kuurus nanti. Aku tidak ingin ditolong lagi." y/n menjawab serak. Vam terdiam sejenak, ia mengangguk kemudian.

Conceal | Kaizo [TO BE REWRITTEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang