Dingin dan menyebalkan.
Adalah kata pertama yang terlintas dipikiranku saat aku pertama kali melihatmu.
Tubuh tinggi yang tegap, Surai hijau yang terlihat begitu lembut, Langkah yang begitu gagah. Tak heran banyak yang menganggumi sosokmu yang bagi sebagian kaum hawa terlihat seperti sesosok malaikat tanpa sayap.
Dulu aku bertanya-tanya, kenapa begitu banyak perempuan yang menyukaimu? Kenapa banyak perempuan yang berlomba-lomba untuk mendapatkanmu walaupun kamu tetap berada pada pendirianmu?
Bagai sebuah hati yang berdetak dalam sebongkah es. Terlihat begitu menggiurkan walau tidak ada satupun serigala yang bisa menggigit dan menghancurkan es yang menyelimuti hati itu. Sekalipun itu adalah serigala dengan gelar tertinggi pun.
Aku sudah menyadari getaran aneh ini sejak pertama kali aku menatapmu.
Sejak pertama kali kedua bola mata berbeda warna kita saling bertemu.
Sejak pertama kali kamu menyapaku.Getaran yang awalnya kuharapkan, perlahan semakin sirna begitu aku melihat betapa tidak cocoknya kita saat saling bersanding, berdiri berdampingan.
Terlihat cahayamu lebih besar dibanding milikku. Membuatku seakan seperti sebuah titik gelap yang merusak pemandangan.
Sejak saat itu, aku tidak pernah lagi mengharapkanmu hadir dalam hidupku. Tidak pernah lagi mengharapkanmu untuk jadi milikku.
Karena aku tahu diri. Orang sepertiku tidak pantas untuk berdiri disampingmu dan menggenggam tanganmu sebagai orang spesial.
Hari-hari pun berganti. Dari musim semi, musim panas, sampai kembali lagi ke musim semi...
Rasa ini tidak pernah bisa sepenuhnya ku hilangkan dalam dada walau kata, "Aku sudah move on." Sering terucap dari bibirku.
Semakin hari, kau semakin menjauh dariku. Tidak pernah lagi bisa saling menatap atau bahkan bertukar sapa seperti dulu.
Hari demi hari membuatmu terlihat semakin bersinar. Membuatku terus berpikir bahwa tidak pernah ada lagi kesempatan untukku. Setidaknya untuk mengatakannya.
Dan aku terus seperti ini. Menghabiskan dua tahun masa sekolah menengah pertamaku menjadi pengagum dalam diammu.
Sesak, tapi tidak masalah. Selama aku masih bisa melihat senyumanmu, selama aku masih bisa melihat tawa bahagiamu. Walau tersenyum dan tertawa bukan untukku, itu saja sudah cukup membuatku bahagia.
Sampai tidak terasa sudah tiga tahun aku membawa terus perasaan ini. Terus menggenggamnya tanpa berani untuk melepasnya sedikitpun.
Hari kelulusan pun tiba. Hari dimana aku mungkin bisa benar-benar melepas perasaan ini. Benar-benar melupakanmu selamanya dari ingatanku.
Aku pun memberanikan diri untuk menemuimu tepat setelah upacara kelulusan selesai.
Aku langsung menghampirimu dan mengajakmu pergi dari kerumunan teman-teman basketmu. Suara ejekan dari teman-temanmu tidak kupedulikan.
Hari ini... Aku akan mengeluarkan semua yang sudah kupendam selama tiga tahun.
Tentang betapa suka nya aku padamu.
Tentang betapa besarnya cintaku padamu.
Tentang betapa susahnya aku untuk menahan diri agar tidak terus-terusan berlari ke arahmu untuk memberikanmu pelukan besar saat Teikou menang di kejuaraan basket selama tiga tahun berturut-turut.Semuanya akan ku keluarkan hari ini. Juga untuk pertama dan terakhir kalinya aku menarikmu ke belakang Gymnasium seperti ini.
Aku... Akan mengakhiri semua perasaan menyebalkan ini, hari ini juga!!
"Aku menyukaimu, Midorima-kun! Aku benar-benar menyukaimu!! Tiga tahun masa sekolah menengah pertamaku, kuhabiskan hanya untuk memperhatikanmu!! Aku tidak butuh jawaban darimu! Aku hanya ingin mengeluarkan semua yang sudah kupendam selama tiga tahun ini padamu!!"
Hanya dalam satu tarikan nafas, aku bisa mengatakan itu semua dengan lancar. Tapi walau begitu, aku tidak berani untuk mendongak dan menatap wajahmu sekarang.
Sial. Cairan asin ini tidak boleh tumpah. Setidaknya tidak didepannya!
Tanpa mengucapkan apapun, aku pun berlalu meninggalkanmu yang masih terdiam di sana. Namun, suara beratmu yang tiba-tiba memanggil namaku, membuat langkahku secara otomatis terhenti.
"[Last Name]!!"
Tunggu. Tahu dari mana kamu namaku? Seingatku, kita tidak pernah berkenalan walau sering bertukar sapa, sekalipun kamu adalah Wakil kapten basket dan aku adalah asisten Manajer klub basket. Karena kamu tidak pernah sedikitpun menganggapku ada.
Tubuh tegap dan langkah gagah itu perlahan mendekat, lalu kamu berhenti tepat satu langkah di hadapanku. Membuatku harus mendongak untuk menatap wajahmu.
Paras lonjong yang begitu tegas serta tatapan mata tajam yang dibalut kacamata hitam itu terlihat lebih hangat dari sebelumnya. Tidak. Ini pertama kalinya aku melihat matamu yang seperti itu.
Kenapa kamu menatapku seperti itu? Kenapa kamu menghentikanku? Aku sudah bilang kalau aku tidak butuh jawaban darimu kan? Sekalipun kamu katakan, aku sudah tahu jawabannya.
Rasa ini tidak akan pernah terbalas!
Tangan besarmu itu tiba-tiba meraih kedua tanganku. Menggenggamnya lembut sambil sesekali mengusapnya.
Hentikan. Jangan perlakukan aku seperti ini. Jangan membuat harapan itu kembali muncul. Aku tidak mau seperti orang bodoh menunggu sesuatu yang tidak pasti.
Lagipula, sejak kapan kamu bisa bersikap lembut begini?
"Apakah kamu berpikir hanya kamu yang merasakan sesak itu? Apa kamu berpikir hanya kamu yang menahannya selama tiga tahun nodayo?"
Refleks, aku menghempaskan tangan. Membuat genggamannya terlepas. Lalu aku segera berbalik. Aku ingin meninggalkan tempat ini secepatnya. Atmosfer ini membuat dadaku sesak tidak terkira!
"Aku belum selesai bicara, nodayo!"
Lagi-lagi tangan besarmu menahan kedua bahuku. Menahanku untuk pergi. Kumohon, biarkan aku pergi. Biarkan aku melepas rasa sesak ini. Jangan membuatnya semakin sesak!
"Aku sudah tidak ada urusan denganmu. Aku harus pergi. Kore wa tada kataomoi!" Ujarku sambil mendorongmu.
Ah sial...
Suaraku bergetar. Tidak lama lagi, cairan asin ini pasti akan benar-benar tumpah.Aku harus cepat pergi dari sini!
Kenapa sih kamu menahanku terus?!
"KATAOMOI JANAI!! AKU JUGA MENYUKAIMU, NODAYO!" Teriaknya. Membuat aku terpaksa menatap wajahmu.
Kelopak mata yang tidak sanggup lagi menahan beban air mata, menumpahkan isinya. Berbanding terbalik dengan ekspresi terkejut yang masih senantiasa terpajang di wajahku. Ucapannya barusan terdengar seperti sebuah ilusi di setiap mimpiku.
Aku mengabaikannya yang mulai menggoyangkan pelan bahuku. Aku memilih untuk mencubit pipiku dengan kencang. Masih terasa sakit, walau sedikit.
Jadi ini bukan mimpi?
"Maaf. Maaf karena aku terlalu malu untuk mengatakannya duluan dan membuatmu menderita seperti ini nodayo."
Tidak. Tunggu, jangan minta maaf. Ini sama sekali bukan salahmu. Kamu tidak salah.
"Sekarang, jadilah kekasihku. Aku akan membuatmu bahagia nanodayo."
Ucapan yang tidak pernah kusangka itu keluar begitu saja dari bibir dingin itu. Aku masih tidak percaya. Sulit untuk ku percaya. Tapi...
Sebaiknya ku akhiri saja semuanya sekarang.
Aku memejamkan mata dan membukanya perlahan. Langit-langit kamar yang sangat familiar adalah hal pertama yang ku lihat.
Ku tatap jam weker digital di atas nakas. Pukul 7 bulan Maret...
Ah sebaiknya niat untuk mengutarakannya ku batalkan saja deh. Biarkan saja aku mengakhiri sekolah menengah pertamaku dengan perasaan ini tanpa ada satupun yang tahu. Karena sekalipun aku beritahu padanya, endingnya pasti tidak akan semanis di mimpi tadi.
Yah, terkadang dalam hidup akan muncul beberapa plot twist yang tidak terduga kan?
Bahkan beberapa diantaranya muncul dalam mimpi dan menjelma seperti plot twist yang benar-benar terlihat nyata.
=~=~=~=~
Midorima nya OOC kayaknya :")
Sumimasen (_ _)Next Murasakibara, Kuroko, Kagami atau Aomine ya~?
KenKen✨
أنت تقرأ
黒子のバスケ One Shot!! [END]
أدب الهواةCerita romance antara {First name} dan para pria tampan di dalam anime Kuroko no Basket Ini Oneshot yang setiap part nya panjang-panjang. Jadi KenKen harap gak bosan ya bacanya (。・ω・。) Langsung baca jangan cuma di lihat doang :) Don't forget to Vote...