黒子のバスケ One Shot!! [END]

My Light (Himuro x Readers)

"Neutron inti seperti sinar Gamma. Dapat menembus suatu bahan dengan mudah. Sekian."

Aku membungkukkan badan. Saat mendongak untuk kembali menatap ke depan, tidak ada satupun yang memperhatikanku yang sedang presentasi ini.

"Berikutnya!"

Bahkan guru sains ku pun nampak sudah muak melihatku.

Aku pun berlalu kembali ke tempat dudukku. Menaruh buku di atas meja, kemudian kembali memasang earphone wireless ke telinga. Kedua mata kualihkan ke jendela, mengabaikan siswa lain yang sedang menerangkan presentasinya.

Namaku {Full Name}, siswi kelas 2 di SMA Yosen. Aku memiliki hawa keberadaan yang tipis. Hal ini bukan tanpa sebab. Ini semua terjadi karena kekuranganku yang susah bersosialisasi dengan lingkungan, dan terlalu pemalu.

Aku menolak semua interaksi sosial yang diberikan lingkungan karena aku tidak mau lagi seperti dulu. Melihat punggung orang-orang terdekat yang semakin lama semakin menjauh, meninggalkanku sendirian.

Hal itu membuatku menderita Ochlophobia, phobia terhadap suatu keramaian, walaupun hanya satu orang yang tidak aku kenal.

Aku tidak pernah menyesal memiliki hawa keberadaan tipis ini, karena hal ini justru memudahkanku untuk melakukan apapun yang kusuka tanpa ada yang mengomentari atau melarang. Aku bisa dengan damai menjalani hari tanpa takut diganggu.

Namun terkadang ada saat dimana aku merasa ingin menjadi normal seperti orang lain. Pergi makan dengan teman, pergi ke karaoke saat libur atau pergi bermain ke rumah teman.

Aku menatap sendu anak-anak lain yang berhamburan keluar sekolah dengan riang dari balik jendela perpustakaan. Aku menghela nafas, Ingin sekali aku menjadi salah satu diantara mereka walau hanya sebentar...

"Ekhum!"

Sebuah dehaman mengejutkanku, membuatku langsung menoleh.

Kudapati seorang pemuda tinggi bersurai hitam dengan poni menutupi mata kirinya tersenyum padaku.

"Boleh aku duduk di sini?"

Aku yang masih terkejut pun mengangguk singkat. Pemuda itu kemudian duduk di sampingku lalu mulai membuka salah satu buku yang dibawanya, membacanya dengan santai.

Tunggu. Dia me-notice keberadaanku!?

"A-Anー"

"Apa kau sedang menunggu teman?"

Ucapanku terpotong kala pemuda itu telah lebih dulu melemparkan pertanyaan padaku.

Phobia ku pun kambuh. Dengan gugup, aku menggeleng pelan. Ia membalik halaman bukunya lalu kembali melemparkan pertanyaan.

"Apa kau tidak punya teman? Kuperhatikan kau selalu sendirian di sini dan mengamati anak-anak yang berhamburan keluar sekolah dari jendela itu."

Aku memainkan jariku, berusaha menghilangkan kegugupan walaupun keringat dingin mulai membasahi dahiku.

Hening sesaat sebelum akhirnya aku memutuskan untuk merapikan barang-barangku dan bergegas meninggalkan perpustakaan. Mengabaikan suaranya yang terus-terusan memanggilku.

Sementara pemuda itu menggeleng seraya tersenyum kecil.

"Gadis yang aneh."

×××

Hari berikutnya setelah bel pulang, aku kembali ke perpus setelah sebelumnya memastikan bahwa pemuda yang kemarin tidak ada.

Aku berjalan menyusuri rak buku untuk mencari buku yang hendak ku baca hari ini.

"Kemarin tentang sejarah Yunani, hari ini baca sejarah Romawi saja atau baca sejarah Uni Soviet ya?" Gumamku pelan seraya menunjuk deretan buku sejarah.

Tidak sengaja tanganku menyenggol sebuah buku yang dipegang orang lain, kemudian menjatuhkannya. Buru-buru aku mengambil dan mengembalikannya.

"Maaf saya tidak lihat!" Ujarku seraya membungkuk.

"Oh? Gadis berkacamata?"

Aku yang tersentak lalu mendongak. Betapa terkejutnya setelah melihat ternyata orang yang memegang buku ini adalah pemuda yang kemarin!

Aku langsung menyodorkan buku itu padanya lalu bergegas pergi dari sana. Lagi-lagi aku mengabaikan panggilan darinya.

"Eh? Tunggu! Kauー! Astaga..." Pemuda itu menghela nafas.

×××

{Name} mengintip dari luar pintu sebelum memasuki perpus. Kali ini ia akan dua kali lebih berwaspada daripada kemarin, agar tidak bertemu dengan pemuda yang sama.

Setelah dirasa aman, {Name} bergegas ke deretan rak, mengambil buku yang diincarnya dan secepat mungkin pergi ke meja favoritnya. Ia melihat sekeliling sekali lagi sebelum akhirnya menghela nafas lega.