안녕 semuanya, apa kabar?
Coba dong absen yang masih nunggu cerita happy ini!
Haha ... maaf aku udah lama ngegantungin kalian, tapi aku benar-benar ingin bilang makasih karena berkat kalian pembaca cerita ini terus bertambah.
Aku cuma lagi revisi naskah ini dengan sebaik-baiknya. Soalnya seperti yang aku bilang, cerita ini akan menjadi sebuah buku!
Tapi tenang, aku akan menamakannya dulu di sini. Perjalanan juga masih jauh kok wkwk
Ah, ya, aku mohon banget setelah baca ini kasih oleh-oleh. Hehe
Sekian terima kasih!
Happy reading~
***
Otak kita adalah sebuah memori terbesar di semesta. Dia bakal menyimpan banyak kenangan, manis dan pahit.
Sebelum gue memutuskan pergi dari rumah kami, otak gue memutarkan rentetan peristiwa saat awal gue melihat Bening di pertama hari MOS. Dia dihukum karena terlambat datang dan di saat yang sama gue memilih lari ke sampingnya yang sedang berlari di tengah lapangan.
Keberanian gue datang karena seketika itu juga gue merasakan debar dada yang menyenangkan sekaligus gugup, karena sebelumnya gue nggak pernah jatuh cinta—di luar konteks one night stand. Yap, gue jatuh cinta pada pandangan pertama. Kulitnya yang bersih, rambutnya yang curly, wajahnya yang merah karena sinar matahari, membuat sesuatu di dalam diri gue tergugah untuk mendekatinya.
Ning heran karena gue mendadak hadir di sebelahnya. Terlihat dari raut wajahnya saat menotis gue. Kendati demikian, gue juga masih belum bisa mengucurkan kalimat dari mulut. Segalanya takzim dalam keheningan. Hanya jejak sepatu kami yang terdengar.
"Jay?"
Gue menelan ludah, menoleh ke samping. "Lo manggil gue?"
Ning tertawa kecil. "Siapa lagi yang punya nama Jay?"
"Tapi ... lo tau dari mana?"
"Siapa yang nggak kenal sama atlet renang yang prestasinya berkali-kali lewat di televisi?"
Gue terkekeh.
"Kamu nggak dihukum, 'kan?"
"Iya."
"Kenapa mau lari?"
"Karena mau nemenin lo."
"Hah?"
"Kalau misalnya lo pingsan, biar langsung gue bopong ke UKS."
Dia tertawa lagi, membuat gue jadi tercandu untuk mendengar tawanya. Berhari-hari berlalu gue cuma bisa menatap wajahnya dari jarak jauh. Sampai di satu titik gue menemukan dia di bawah pohon ketapang, sedang memberikan makanan kepada kucing liar di sekolah. Rambutnya yang menjuntai membuat dia makin menggemaskan.
Di saat itulah gue yakin bahwa gue benar-benar membutuhkannya. Namun, kenyataan pahit atas apa yang telah terjadi membuat gue harus menelan semuanya. Termasuk cinta yang pernah gue kasih padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Sebelum Pagi
Teen Fiction🔞(YOUNGADULT - ROMANCE) Jatuh cinta padamu adalah harap yang selama ini kudamba; berada di dasar hati; diselimuti oleh imajinasi liar yang semakin membara. Kita tahu, seharusnya kita saling mencinta dalam diam saja, tapi ternyata kita tak semudah...