Note:
Cerita ini aku publish ulang dengan versi yang lebih smooth. Pasti ada beberapa detail yang berubah, jadi aku mohon untuk tetap meramaikannya.
Ah ya, cerita ini tetap memakai dua POV, Jay dan Bening punya sudut pandang masing-masing.
Buat pembaca baru, bantu follow, vote dan komen cerita ini, ya! <3
Sekian terima kasih, happy reading!
***
“Menari seperti tidak ada yang menonton, mencintai seperti kamu tidak akan pernah terluka, bernyanyi seperti tidak ada yang mendengarkan, dan hiduplah seperti ada surga di bumi.”
Bening
Selama nyaris dua tahun aku menjadi secret admirer kepada sosok lelaki yang aku cintai.
Perasaanku padanya berlabuh saat dia selalu memenangkan banyak lomba jauh sebelum kami berada di satu sekolah yang sama, baik akademik atau non-akademik—seperti renang—meski dia itu nakal. Dia terkenal sebagai biang onar sekolah. Troublemaker. Beberapa kali dia ikut tawuran antar sekolah. Tentu saja, berkelahi sudah menjadi hobinya. Namun, aku tetap mencintainya. Dalam senyumnya ada magnet seakan menghipnotis para perempuan, terutama diriku.
Kegiatanku ini tidak hanya mengagumi dari jarak jauh. Seperti para penggemarnya, aku pun turut memberikannya hadiah berupa makanan atau minuman—bahkan pernah aku sekali memberikan gelang karet yang dia pakai sampai sekarang—ke loker miliknya di dekat gymnasium. Dia sengaja tidak mengunci loker karena dia tahu bahwa kami akan memenuhi lokernya dengan hadiah meski berakhir dia bagi ke teman-teman sekelasnya. Akan tetapi, saat salah satu pemberianku yang dia pakai selama tiga bulan beberapa hari, aku semakin ingin tahu segala hal tentangnya termasuk kebiasaan di hari minggu yang selalu pergi ke kelab.
Aku baru saja menyebrang dari ruas kiri jalan, menuju ke tempat biasa aku menunggu. Tidak seperti malam-malam biasanya, kali ini hujan deras mengguyur kota. Untung saja aku memakai payung, jadi switer di tubuhku tidak kebasahan. Aku menyelinap ke balik tiang lampu jalan, takut-takut ada orang lain yang mengetahui keberadaanku.
Di seberangku adalah sebuah kelab. Banyak pemuda ataupun pemudi yang bergegas masuk ke tempat itu, lampu disco-nya membias sampai ke jalan, dentuman musiknya masih terdengar jelas meskipun ditempa oleh air yang turun dari langit.
Sudah pukul 22.00. Dia pasti datang. Aku terus mengedarkan pandangan, mencari-cari seseorang yang pasti akan datang dan masuk ke kelab itu. Sekarang hari minggu, tidak mungkin laki-laki itu absen datang ke sini.
Benar saja, lima detik kemudian lampu mobil menyorot ke arah kelab. Kaca mobil terbuka, laki-laki itu berbicara sebentar dengan penjaga kelab sebelum memarkirkan mobilnya tepat di hadapanku yang menyembunyikan diri. Segera aku membalikan tubuh—takut sekali jika wajahku dikenali oleh laki-laki berwajah kokoh itu.
Kamu pasti akan berpikir aku gila karena malam ini aku meninggalkan semua pekerjaan di rumah hanya ingin melihatnya dari jarak jauh. Hatiku berdesir, darahku berdentum keras seperti api yang ingin disiram oleh air, yang hanya dimiliki oleh senyum manis yang dia miliki.
Masa bodoh, aku tidak peduli. Sekalipun aku membayangkan di setiap mimpiku kami selalu bersama, melakukan apa pun hanya berdua.
Lampu mobil telah mati, pertanda posisi mobil cowok itu telah aman.
![](https://img.wattpad.com/cover/276637160-288-k118557.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Sebelum Pagi
Teen Fiction🔞(YOUNGADULT - ROMANCE) Jatuh cinta padamu adalah harap yang selama ini kudamba; berada di dasar hati; diselimuti oleh imajinasi liar yang semakin membara. Kita tahu, seharusnya kita saling mencinta dalam diam saja, tapi ternyata kita tak semudah...