"Aku mencintaimu tanpa henti, layaknya langit memeluk rembulan."
Jay
Gue masuk ke dalam rumah dengan tas tercangklong di satu bahu. Nggak pakai ucapan salam atau helaan napas lega karena bisa istirahat. Hidup gue nggak sesimpel itu. Biasanya gue harus pergi les sampai pukul delapan malam. Hal itu rutin gue lakukan sebelum Langga menemukan 'robot' baru untuk dimanfaatkan.
Pintu terbuka karena Langga lagi ada di dalam. Mobilnya yang mengkilap ada di depan soalnya. Gue nggak tau apa yang membuatnya cepat pulang karena biasanya dia bakal pulang sekitar jam sepuluh malam-bahkan sambil bawa cewek murahan ke kamarnya.
Kali ini udah jelas dia pulang bukan sama cewek murahan. Ada suara bariton lain samar-samar terdengar saat gue hendak naik ke lantai dua. Suara Surya ada di ruang kerja Langga. Mereka membicarakan sesuatu yang sangat serius. Ketika dia menyebut nama gue beberapa kali, gue sontak melangkah mendekati ruangan itu. Penasaran.
"Jay yang mulai duluan, Pa. Dia ngajak aku ribut tadi! Katanya aku udah ngerebut kasih sayang Papa!"
Gue tersenyum kecut. Selain dia udah panggil Langga dengan sebutan Papa, dia juga berhasil membalikkan situasi.
"Jangan pernah tanggapin apa maunya orang gila itu, Surya. Lihat, tubuh kamu luka-luka lagi. Apa kamu nggak capek selalu berantem sama dia? Lebih baik asah skill kamu, biar semester depan kamu terpilih buat ikut lomba olimpiade."
Sejenak hening. Namun, dada gue bergemuruh hebat. Mungkin di kehidupan sebelumnya yang anak Langga itu Surya kali, ya? Hahaha... terus gue anak siapa dong?
"Pokoknya Papa harus kasih hukuman buat dia! Dia udah bikin tanganku terkilir!" Sepatu Surya terdengar mendekat membuat gue menjauh dan kembali naik tangga. Baru aja gue mau melangkah ke satu anak tangga, kami kembali tatapan.
"Kenapa?" tanya gue sambil naikin satu alis. "Jangan tegang gitu dah mukanya, santai, gue nggak dengar apa-apa kok. Peace." Gue tersenyum lalu beranjak ke kamar.
Setiba di dalam kamar gue langsung nonjok kaca jendela. Panas. Pecahan kaca membuat tangan gue berdarah. Sakit kali ini lebih parah dari apa yang gue lakukan dengan Surya tadi. Tapi, rasanya lebih seru. Bahkan gue tertawa terpingkal-pingkal.
"Gue dikatain gila sama bokap gue sendiri. Emang bener gue harus mati secepatnya, biar nggak malu-maluin keluarga ini!" Lalu, air mata gue turun. "Ma... Mama di mana?"
***
Bening
Perutku mual sekali.
Sudah terbayang bagaimana yang akan terjadi setelah malam itu. Aku melakukannya dengan Jay tanpa pengaman dan tanpa sadar.
Aku pergi beranjak ke toilet, memuntahkan isi dalam perutku, menekan tombol flush sebelum aku melihat pantulan diriku sendiri di cermin kamar mandi. Rusak. Kotor. Dua kata itu yang pas untuk mendeskripsikan diriku saat ini.
Aku tidak butuh alat tes kehamilan karena aku yakin perutku mual seperti ini karena aku sudah hamil. Telah terjadi pembuahan di dalam ovariumku. Otomatis masa depanku telah runtuh. Aku telah gagal jadi seorang putri ayah. Aku benar-benar menjijikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/276637160-288-k118557.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Sebelum Pagi
Novela Juvenil🔞(YOUNGADULT - ROMANCE) Jatuh cinta padamu adalah harap yang selama ini kudamba; berada di dasar hati; diselimuti oleh imajinasi liar yang semakin membara. Kita tahu, seharusnya kita saling mencinta dalam diam saja, tapi ternyata kita tak semudah...