Bab 3

4.4K 565 7
                                    

~Orion Pack,1970~

"Duakk... Dasar tidak becus, aku hanya menyuruh kalian luna saja kalian tidak bisa" Jaehyun terus memukul salah satu prajuritnya, terlihat kondisi yang cukup mengenaskan pada tubuhnya. Nafas pendeknya menjadi tanda kehidupan masih berada pada tubuh itu

Jaehyun berlari menuju hutan dan merubah wujudnya menjadi Jeffrey, dia terus berlari menembus hutan sampai mencapai ujung dari hutan tersebut. Ia berhenti didepan sebuah gerbang yang mulai ditumbuhi lebarnya tanaman rambat.

Jeffrey menutup matanya, dari bawah kakinya keluar sinar putih. Sinar itu mulai menjalar menuju kedua pilar pada gerbang yang diselimuti tanaman. Perlahan tanaman itu menghilang, terlihat gazebo putih di tepi danau. Jeffrey mendekat menuju gazebo, setiap langkahnya tanaman yang menutupi langkahnya mulai menghilang.

Sesampainya di gazebo, semua tampak seperti sedia kala. Jeffrey mulai membaringkan tubuhnya, angin seolah mengusap bulu - bulu di tubuhnya. Usapan itu seakan nyata, terasa seperti dulu dengan sang luna. Matanya seakan memberat, kemudian semua terasa menggelap.

"Hyung lihat angsanya cantik sekali, seandainya aku bukan werewolf seperti aku mau menjadi angsa. Kalau hyung mau jadi apa" Renjun mengalihkan tatapannya dari kolam, ia mulai tersenyum menghadap jaehyun.

"Apapun selama pasanganku dirimu, aku menerima menjadi apapun"

"Cihhhh dasar bermulut manis, aku sudah kebal dengan ucapanmu. Hyung cari jawaban yang kreatif coba" Renjun mempout bibirnya dan mengembungkan pipinya. Saking gemasnya Jaehyun menarik hidung Renjun, tidak ada yang bisa menandingi kegemasan seorang renjun bukan?

"Jangan terlalu manis dear, aku tidak sanggup jika menghadapi ini setiap hari"

"Nyatanya sampai sekarang kau masih hidup hyung. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika aku mati duluan" Renjun semakin kesal dengan apapun yang Jaehyun ucapkan.

"Tidak bolehh...... Kau selamanya milikku, kau tidak boleh mati, tidak boleh meninggalkanku" Jaehyun mulai meracau tidak jelas, tanpa sadar dia meremat bahu Renjun.

"Aaarrggghh..... Hyung sakit" Renjun meringis, mulai merasakan sakit dibahunya.

"Maafkan aku sayang, sungguh aku tidak sengaja. Maafkan aku sayang, aku menyayangimu" Jaehyun terus meminta maaf sambil mengelus dan mencium bahu Renjun

"Hyung sadarlah, aku sudah tidak apa - apa. Aku tau hyung mencintaiku, begitupun aku mencintaimu. Kita memang makhluk immortal, tapi bukan berarti kita tak bisa matikan. Suatu saat entah hyung atau aku akan mati duluan, tapi percayalah sekalipun kita mati jiwa kita tetap saling mencintai" Renjun menarik tangan Jaehyun dari bahunya, mengelus pelan tangan itu seperti memberi pengertiaan

"Apapun yang terjadi aku harap hyung tak akan menyalahkan siapapun, bukankah jika moon goodness telah berkehendak tidak ada yang bisa menyangkalnya"

Setetes air mata mengalir dari matanya, matanya mulai beradaptasi dengan sekitar. Ia tersadar telah bermimpi selama itu, langit mulai menggelap dan mentari mulai menghilang di peraduan.

"Mungkin aku akan sering kesini, untuk menghilangkan rasa rinduku, aku tidak menyangka tempat ini yang pada akhirnya menjadi hadiah terakhirmu kepadaku" Jaehyun berbicara dalam hati dengan matanya menatap rasi bintang di langit.

Ia mulai beranjak dari gazebo itu, kembali didepan gerbang ia merapalkan mantra untuk menjaga tempat ini. Ia bergegas kembali ke pack, tentu ia sadar beta kesayangan pasti menunggu dengan cemas disana.

Beautiful MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang