"Siapa yang sakit sayang? Jangan bikin dede panik? Ara mana sayang?". Lesti pun semakin tak karuan.
"Ara sayang". Jawab Billar gugup.
"Ara kenapa?". Raut wajah Lesti pun mulai berubah tak dapat lagi diartikan.
~•~
"Maafin kakak sayang kakak gak becus jaga Ara. Maafin kakak belum bisa jadi ayah yang bertanggung jawab buat Ara. Kamu boleh hukum kakak semau kamu,kakak siap". Lirih Billar dan kini air mata itu sudah turun dengan sendirinya.
"Kakak maksud kakak apa? Ara kenapa? Kakak jangan bikin dede khawatir. Ara kenapa kakak jawab Dede!". Lesti yang kini sudah panik pun sudah tak bisa lagi membendung air mata.
Ikatan batin seorang ibu dan anak tidak dapat di bohongin. Sesuatu yang menimpa Ara bisa Lesti rasakan. Apakakl Y7h tadi itu pertanda bahwa Ara kenapa-kenapa?.
"Kakak gak bisa jelasin sekarang sayang,nanti kakak share lokasi kamu kesini ya sama Eno". Billar pun mematikan telepon nya sepihak.
Dan tak lama kemudian Billar mengirim alamat rumah sakit dimana Ara di rawat kepada sang istri.
Air mata Lesti tidak dapat dibendung lagi. Wajah Lesti sudah penuh dengan air mata. Billar yang tidak mau menjelaskan pada Lesti semakin membuat Lesti gelisah.
Tak lama kemudian satu notifikasi dari sang suami masuk di layar berandanya. Lesti pun langsung membuka WhatsApp dari sang suami dan mendapati lokasi rumah sakit Fatmawati.
Lesti pun segera mengambil tas dan lari turun tangga mencari keberadaan Moreno.
"A'Eno A' A' Eno anterin Dede cepet!". Tangis Lesti semakin pecah Didi depan Eno.
"Lho de kenapa? Kok nangis?". Panik Eno.
"A' ayo cepet anterin Dede ke rumah sakit Fatmawati". Mohon Lesti pada Eno.
"Iya de tapi kenapa?". Tanya Eno masih blenk....
"Dede gak bisa jelasin A' ayo cepet anterin Dede!".
Eno pun dengan cepat mengantarkan Lesti ke RS Fatmawati. Eno sendiri bingung apa yang sebenarnya terjadi dengan majikannya ini.
"De sebelumnya Eno minta maaf ya, sebenarnya bos kenapa? Siapa yang sakit bos?". Tanya Eno beruntun.
"Dede juga gak tau A' siapa yang sakit tadi kakak telpon dia bilang katanya dia gak becus jaga Ara". Tangis Lesti pun semakin pecah.
"Dede takut Ara kenapa-kenapa A'".
Sesampainya di rumah sakit Lesti pun langsung mencari keberadaan sang suami lewat resepsionis.
Seketika badan Lesti pun lemas tak berdaya ketika mengetahui bahwa yang di opname di rumah sakit itu adalah Mikaela Reinara Billar. Lesti pun cepat-cepat mencari ruangan Ara dirawat.
Tangan mungil berprasangka selang infus! Itulah hal yang pertama kali Lesti lihat ketika memasuki ruang rawat VVIP khusus anak itu.
Air matanya pun kini telah membanjiri pipinya. Hatinya terasa bagai di sayat-sayat. Tak tega rasanya melihat anak balitanya itu terbaring lemah di ranjang rumah sakit apalagi dengan selang oksigen yang menempel di hidungnya.
"Sayang kamu kenapa nak? Kenapa bisa kayak gini?". Tangis Lesti pun semakin pecah kala memeluk tubuh mungil putri kecilnya itu.
Billar yang berdiri disudut ruangan pun tak bisa berkata apa-apa. Fisik dan mental ia siapkan jika nanti istri nya itu marah dan akan menghukumnya.
Sedangkan Adlin dan Moreno mereka berdua memilih untuk keluar ruangan dan tak mau menyaksikan adegan beberapa waktu kedepan. Dan mereka memilih untuk stay di kantin.
"Kak ini Ara kenapa? Kenapa Ara bisa masuk kerumah sakit? Jangan bilang Ara alergi makan udang?". Tebak Lesti ngasal namun amarahnya sudah tak terkendalikan.
"Sayang maafin kakak! Kakak sama sekali gak tau kalau Ara itu ada alergi udang". Sesal Billar memeluk tubuh sang istri.
"Gak tau? Kakak bilang gak tau? Dede udah berapa kali ngomong kak? Ara alergi makan udang sejak dia bayi makannya Dede gak pernah izinin mbok Yuni belanja udang". Tangis Lesti pecah bersaut-sautan dengan intonasi suara Lesti yang kini mulai meninggi.
"Kamu gak ada bilang ke kakak de kalau Ara alergi udang. Baru kali ini kakak lihat Ara kesakitan gara-gara udang".
"Itulah kalau kakak sibuk kerja dan gak pernah mau tau soal anaknya. Dede takut Ara kenapa-kenapa kak. Dede gak mau Ara sakit kayak gini". Suara Lesti pun mulai melirik tak kuat menahan Air mata.
"Kamu bilang sibuk kerja? Kamu sendiri kemana de pada saat itu? Kamu juga kerja kakak dirumah jaga Ara. Kamu mau bilang kakak sibuk kerja iya? Kalau kakak gak kerja mau makan apa kamu sama Ara? Siapa yang bakal gaji karyawan de? Siapa?". Kini emosi Billar pun ikut meluap tak terkontrol.
Ara. Balita kecil itu pun hanya bisa melihat kedua orang tuanya beradu argumen. Entah siapa yang salah yang jelas Ara lah korbannya.
"Seenggaknya Kaka ngertiin kalau Ara alergi udang. Pasti Ara kesakitan. Apa tega kakak lihat tangan mungil Ara di tusuk pake jarum infus seperti ini? Enggak kan?". Lesti pun langsung memeluk sang anak yang kini tertidur lemas di ranjang. Walaupun tidak menangis tapi Lesti tau pasti Ara merasakan sakit.
"Orang tua mana yang tega lihat anaknya kayak gini? Ini ujian dari Allah de. Jangan mentang-mentang Ara sakit waktu sama kakak kamu jangan seenaknya nyalahin kakak. Salah ini diri kamu itu yang sibuk sama dunia perkejaan".
"Kakak bilang Dede sibuk dengan pekerjaan? Kakak sendiri yang nyuruh Dede buat launching produk baru. Kalau tau gini gak mungkin Dede tinggal sendirian Ara dirumah". Sesal Lesti dan kini tangisan makin menjadi-jadi.
"Dan jangan cuma nyalahin Dede salahkan diri kakak kenapa bisa sampai lupa kalau Ara ada alergi udang. Kakak mau bunuh Ara?".
"Plakkkk".
Apa yang akan terjadi?
~ SATU HATI SAMPAI MATI ~
GAK PANDAI BUAT KONFLIK ✨
VOTE✨
KOMENTAR BANYAK✨
SHARE✨
TEMBUS 75 VOTE?UP✨
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐇𝐚𝐭𝐢 𝐒𝐚𝐦𝐩𝐚𝐢 𝐌𝐚𝐭𝐢
Teen Fiction𝓢𝓪𝓽𝓾 𝓗𝓪𝓽𝓲 𝓢𝓪𝓶𝓹𝓪𝓲 𝓜𝓪𝓽𝓲 Support author dengan cara: ✅ Follow ✅ Vote ✅ Comment & Share