Hidup bukan hanya tentang harta dan kenikmatan dunia semata. Namun hidup juga harus saling mengerti dan menyayangi satu sama lain.
Hidup memanglah pilihan. Namun kita tidak bisa memilih harus hidup dengan siapa karena semua diatur oleh yang diatas. Apalagi seorang anak. Anak adalah titipan Tuhan yang harus dan wajib dijaga oleh seorang papa dan bunda.
Seperti Ara! Dia juga tidak bisa memilih akan menjadi anak siapa. Tapi ia begitu bersyukur memiliki papa seperti Billar dan bunda seperti Lesti. Kedua orang tua yang memiliki sifat berbeda dengan orang tua lainnya.
Lesti maupun Billar selalu mengajarkan arti kasih sayang kepada Ara sejak anak itu berusia dua tahun. Tak salah jika Billar memberikan nama Mikaela Reinara Billar kepada Ara. Karena Ara benar-benar menjadi anak sesuai harapan Lesti dan Billar.
Sifat penyayang itu benar-benar melekat di diri Ara. Walaupun masih belia tapi Ara begitu peduli dengan lingkungan sekitar. Tak jarang Ara membantu orang yang ia temui dijalan tanpa membedakan status sosial.
Sore ini Billar mengajak Lesti dan Ara untuk berjalan-jalan di taman kota Bintaro. Mereka sengaja hanya bertiga karena Billar tau bahwa asisten nya juga membutuhkan waktu istirahat atau hanya sekedar quality time bersama teman,sahabat,ataupun keluarganya.
"Seneng gak sayang jalan-jalan bareng papa sama bunda?". Tanya Billar kepada Ara yang nampak terlihat senang melihat kendaraan yang berlaku lalang di jalan raya kota ini.
"Seneng banget papa kan jarang papa ada waktu buat kita".
Jika berputar kebelakang memang itulah nyatanya. Billar memang jarang ada waktu untuk keluarganya bahkan terkadang selama seminggu full Billar tidak stay terus dirumah. Maksimal dua jam lah Billar berada dirumah dan setelah itu Billar akan kembali bekerja.
"Maaf ya sayang. Papa jarang ada waktu buat kalian". Sesal Billar.
"Enggak papa pa kan uang nya juga buat Ara,buat bunda,sama buat adik juga". Walaupun masih belia tapi pemikiran Ara sungguh sangat dewasa.
"Bijak banget sih kamu sayang? Siapa yang ngajarin ngomong gitu?". Tanya Billar kepo.
Ara pun melirik sang bunda sekejap. "Bunda lah pa yang ngajarin Ara. Terus kata bunda juga gini semoga lelahnya papa menjadi lilah". Jawab Ara menirukan sang bunda berbicara.
"Aamiin ya Allah! Ini semua juga berkat kalian yang ada dibalik semuanya. Karena kalian juga papa jadi giat bekerja biar papa bisa nyenengin kalian yang selalu nunggu papa pulang".
"Dibalik kerja keras papa selama ini ada bunda yang selalu dukung apapun pilihan papa. Terimakasih sayang selalu ada untuk kakak apapun keadaan kakak". Tak henti-hentinya Billar mengecup jari-jemari Lesti langsung dihadapan Ara.
"Papa sweet banget sih sama bunda kan Ara iri". Ucap Ara sok dramatis.
"Kamu masih kecil Ara gak boleh kenal cinta-cintaan dulu. Belajar dulu ya nak yang giat kejar cita-cita kamu nanti kalau Ara udah kerja baru deh Ara boleh kenal Cinta". Nasehat Lesti untuk Ara-nya itu.
"Emang cita-cita anak papa ini apa sih? Mau jadi apa kamu sayang nanti kalau besar?". Tanya Billar.
"Apa ya? Papa kan jadi aktor bunda penyanyi kalau Ara bagus jadi apa ya? Pemusik mungkin". Sepertinya Ara masih menimang-nimang profesi apa yang cocok dengan dirinya.
Karena sejauh ini dapat dilihat bahwa gadis empat tahun itu bisa segala hal mulai dari bernyanyi akting di depan layar kamera hingga bermain alat musik mulai dari piano,kentrung, siter hingga sexsofon.
"Apapun yang kamu mau bunda bakal terus ada di belakang kamu sayang. Boleh juga kalau kamu mau jadi pemusik nanti bunda yang nyanyi kamu yang ngiringi". Senang Lesti begitu mendukung cita-cita sang anak yang ingin menjadi pemusik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐇𝐚𝐭𝐢 𝐒𝐚𝐦𝐩𝐚𝐢 𝐌𝐚𝐭𝐢
Novela Juvenil𝓢𝓪𝓽𝓾 𝓗𝓪𝓽𝓲 𝓢𝓪𝓶𝓹𝓪𝓲 𝓜𝓪𝓽𝓲 Support author dengan cara: ✅ Follow ✅ Vote ✅ Comment & Share