"Apa kamu lupa kalau kamu masih punya suami? Apakah anak-anak paling penting dari suami kamu? Kalau kamu masih inget surga istri udah gak di bawah telapak kaki ibu lagi tapi ada di suami de camkan itu!"."Emang enggak penting banget ya kakak di mata kamu sampai kamu lupa sama orang yang apa-apa harus dari tangan hebat kamu ini?". Seketika air mata Billar pun keluar dengan sendirinya.
Lesti yang awalnya biasa saja kini sedikit tersentak bingung dengan apa yang di katakan oleh sang suami. Apakah iya papa anak dua ini cemburu dengan anak-anak nya yang mendapatkan perhatian lebih dari Lesti?.
"Kak dengerin Dede! Apa pernah Dede bilang kalau kakak itu gak penting? Enggak kan? Terus kenapa kakak bilang kalau di mata Dede itu kakak gak penting? Kalian itu sama buat Dede anak-anak Dede dan suami Dede. Suami yang harus di hormati dan anak yang harus dirawat". Tegas Lesti menggelegar di setiap sudut ruangan.
"Kalau emang bener suami harus di hormati kenapa kamu gak nurut sama kakak! Kenapa seolah-olah kakak kamu nomor duakan dan anak-anak kamu utamakan? Apakah mereka berdua berhasil menempati posisi kakak dari sebelum-sebelumnya? Jawab de jangan diem aja!". Kini Emosi papa muda itu sudah tidak bisa di bendung lagi.
Seketika hati kecil Lesti Terenyuh. Ada benarnya juga yang di katakan sang suami. Apalagi setelah kelahiran putra keduanya kini Lesti menjadi sedikit waktu untuk Billar walaupun sebisa mungkin semua keperluan Billar ia yang handle.
Tapi sekarang ego! Ego mereka berdua sama-sama tinggi. Lesti yang gengsi untuk mengakui dan Billar gengsi untuk jujur bahwa sebenarnya ia kangen akan perhatian kecil sang istri.
"Kakak jangan pernah bawa anak-anak di masalah kita. Ini masalah kita bukan masalah mereka. Mereka masih kecil,mereka gak tau apa-apa dan wajar kalau Dede utamakan mereka karena secara fisik mereka masih kecil dan mereka belum tau apa-apa,untuk makan aja harus Dede sebagai bundanya yang nyiapin. Kenapa kakak gak bisa ngertiin Dede?". Seketika tubuh Lesti pun luruh ke lantai dan pipi nya pun kini telah basah oleh air mata yang sedari tadi mengalir deras.
Begitu pun dengan Billar. Suami Lesti Kejora ini juga merenung di pojok ranjang. Salahkan jika ia melakukan hal ini kepada sang istri.
"Jujur de! Kakak kangen akan perhatian kecil kamu. Kakak kangen itu de. Kakak kangen hebatnya kamu bisa handle kakak, handle rumah, handle pekerjaan, handle Ara,dan juga Gala de. Kakak rindu itu". Teriak Billar serak-serak basah membuat Lesti sedikit terkejut.
"Akhir-akhir ini kamu lebih sering ke anak-anak dengan dari pada kakak. Apakah kakak kurang sabar? Apakah kakak salah kalau minta kamu suapin? Enggak kan de? Tapi kenapa kamu susah banget kakak minta suapin?". Lirih Billar.
"Kak! Dede gak lupa sama semua itu. Dede inget semua tugas dede dirumah ini. Dede inget semua itu kak. Dede mengutamakan anak-anak dari pada kakak itu juga ada alasannya gak sembarang Dede ambil keputusan". Kini suara Lesti pun mulai menghilang dan matanya mulai sembab.
"Anak-anak butuh Dede kak sebagai ibunya. Mereka butuh Dede untuk menyiapkan kepentingan mereka. Mereka masih kecil gak seharusnya kakak cemburu sama mereka. Andaikan mereka sudah besar mungkin mereka bisa mandiri tapi sekarang apa? Mereka masih kecil dan untuk makan pun masih harus di ambilin". Isak tangis Lesti semakin kencang.
"Begitupun dengan kakak de. Kakak kangen tangan hebat kamu. Kakak gak minta lebih dari kamu kakak cuma mau kamu ambilin makan buat kakak! Udah itu aja de tapi kenapa kamu susah banget?".
"Bunda? Bunda kenapa? Papa bunda kenapa kok nangis matanya sembab?papa apain bunda? Bunda bunda kenapa?". Ceriwis Ara tiba-tiba masuk kamar dan melihat sang bunda sedang kacau di sudut tembok.
"Bunda gak papa sayang udah ya Ara ke kamar dulu nanti bunda nyusul". Tapi Ara etape kekeh dan tak mau pergi dari kamar itu sebelum mendengar detail masalahnya.
"Enggak bunda! Pasti kalian bohong Ara tau kalian habis berantem. Papa sama bunda kenapa berantem? Pat6i ini karena Ara ya". Ucap Ara langsung menangis.
"Enggak sayang ini salah bunda yang gak bisa samain antara anak sama suami. Bunda yang lebih ngertiin anak dari suami dan bunda yang gagal jadi istri yang berbakti pada suami". Jawab Lesti dengan iringan tawa kecut.
"Papa kenapa? Kenapa papa ikut nangis?". Tanya Ara mengusap sisa-sisa air mata Billar.
"Papa? Kamu tanya papa kenapa? Papa rindu akan tangan hebat bunda sayang. Rindu tangan hebat bunda yang serba bisa. Rindu tangan bunda yang bisa urus papa sama GaRa nya papa bunda". Jawab Billar hambar.
"Mungkin papa yang terlalu egois buat dapat semua itu". Ucap Billar.
"Papa bunda Ara tau tangan hebat bunda bisa ngelakuin apa aja. Ara pun rindu akan hal itu tapi see adik Gala udah lahir papa. Bunda akan tetap urusin kita di waktu yang tepat. Kalau pagi bunda mandiin aku sama adik nanti kalau adik udah tidur pasti bunda urusin papa. Bunda itu bunda hebatnya kita dan istri hebatnya papa". Jawab Ara yang sukses membuat Billar dan Lesti terharu.
"Pasti papa juga sama seperti Ara apa-apa harus dari bunda? Tapi kita harus lihat situasi nya dulu! Ketika waktu nya tepat pasti bunda bakal urusin kita". Lanjut Ara diakhir dengan senyuman hangat.
Lesti dan Billar pun awalnya saling menatap kemudian mereka pun berfikir sejenak. Bagaimana bisa Ara mengatakan hal tersebut. Hal yang justru jarang terpikirkan oleh orang dewasa.
Benar bahwasanya Ara itu kaum pemersatu bangsa. Ketika papa dan bundanya mengalami problem pasti ia akan menjadi pihak yang memediasi mereka.
Dan berkat Ara juga Lesti dan Billar sudah baikan. Perut Billar yang tadinya kapang kini full terisi oleh nasi yang langsung disuapi oleh tanahnya hebat sang istri.
"Bersyukur Ra papa punya anak pemersatu bangsa kayak kamu gini". Ceplos Billar ngasal.
"Hah anak pemersatu bangsa naon papa?".jawab Ara ikut bingung.
"Berkat kamu kan bunda sama papa jadi baikan lagi. Intinya terimakasih udah melengkapi hidup apapun bunda ya Sayang. Terimakasih GaRa nya papa bunda udah menambah kebahagiaan kita". Ucap Billar tersenyum bahagia.
"Makasih untuk tangan hebat mu sayang yang sudah rela merawat suami dan anak-anakmu ini. Walau terkadang Suka bikin masalah bahkan cuma masalah sepele pun menjadi besar". Sesal Billar memeluk hangat tubuh sang istri.
"Surgaku ada padamu suamiku,pemimpinmu,imamku,papanya GaRa kita dan bucinnya Dede. Terimakasih juga udah mengerti akan keadaan istrimu ini yang mungkin masih banyak kekurangan. Intinya jangan bosen buat didik Dede agar menjadi istri yang lebih berbakti pada suami".
~SATUNHATI SAMPAI MATI~

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐇𝐚𝐭𝐢 𝐒𝐚𝐦𝐩𝐚𝐢 𝐌𝐚𝐭𝐢
Tienerfictie𝓢𝓪𝓽𝓾 𝓗𝓪𝓽𝓲 𝓢𝓪𝓶𝓹𝓪𝓲 𝓜𝓪𝓽𝓲 Support author dengan cara: ✅ Follow ✅ Vote ✅ Comment & Share