Penulis amatiran 🍁
Typo? Tandai!
Happy reading 🎈Sepulangnya Lesti dan Billar dari Maroko, Billar langsung disibukkan dengan berbagai pekerjaan yang sempat tertunda karena honymoon mereka.
Entah mengapa sejak kemarin malam Billar uring-uringan sendiri tanpa diketahui penyebabnya. Lesti yang melihat itupun menjadi pusing sendiri,karena percuma Lesti ikut campur kalau saja setiap perkataannya tidak pernah digubris oleh sang suami.
Baru masuk ke kamar Lesti langsung disuguhi oleh pemandangan menyebalkan, kamar yang baru saja ditinggalnya rapi,bersih,dan wangi kini menjadi berantakan tak karuan bentuknya,kalau orang bilang seperti kapal pecah:-
"Astaghfirullah kakak apa-apaan sih kok kamarnya di berantaki ?". Tanya Lesti sembari memunguti baju-baju yang berserakan di lantai.
"Emang kakak cari apa? Kan bisa nyuruh Dede gak harus di berantaki kayak gini". Ucap Lesti masih sabar,namun Billar sama sekali tak menggubris ucapan sang istri.
"Kak? Kakak denger gak sih Dede ngomong? Hah?". Karena sudah habis kesabaran Lesti pun menaikkan satu oktaf suaranya.
Melihat Billar berjalan menuju almari yang digunakan untuk tempat seserahan yang Billar berikan waktu nikah Lesti langsung menghalangi, takut hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Kakak jangan!". Belum sempat Lesti menutup pintunya Billar sudah mengeluarkan semua isinya dengan cara kasar.
Sekarang Lesti hanya bisa menangis berderai air mata melihat seserahan yang Billar kasih kini sudah berserakan dilantai,walau terlihat masih bagus dan tidak ada yang pecah maupun rusak.
"Kakak mau ke-mana?". Tanya Lesti terbata-bata ketika melihat Billar keluar kamar dengan membawa jaket dan tas selempang mahalnya.
"Gak usah nangis!". Tiga kata yang baru saja Lesti dengar dari Billar setelah sekian lama bungkam,namun seperti menyakitkan.
Setelah kepergian Billar Lesti hanya menangis sesenggukan tanpa suara. Namun ternyata Novi mengetahui akan hal itu. Tak sengaja ia lewat depan kamar Lesti yang kebetulan tidak ditutup membuat Novi mengetahui kejadian lima menit lalu itu.
"Assalamu'alaikum de, teteh boleh masuk?". Tanya Novi hati-hati setelah mengucapkan salam.
"Walai-kumsalam teh masuk aja teh!". Setelah dipersiapkan olèh Lesti, Novi pun langsung masuk dan duduk di samping Lesti.
"De kamu kenapa? Ya allah kok nangis?". Panik Novi melihat muka mata Lesti yang memerah dan pipi Lesti yang basah.
"Ini,ini kenapa kamar berantakan banget? Habis ada maling? Mana malingnya? Mana malingnya?". Panik Novi ketika baru sadar bahwa kamar Lesti kini berantakan seperti kapal pecah.
"Bang Adlin ada teh?". Tanya Lesti mengalihkan perhatian Novi,agar sejenak tidak mengungkit-ungkit kejadian lalu.
"Ada tadi di bawah, mau di panggil?".
Lesti menarik nafas pelan sesekali mengusap air matanya lalu Lesti menggeleng. "Nanti Dede turun aja teh sendiri".
"De? Kenapa? Teteh bantu beresin ini ya?". Tawar Novi lebih hati-hati karena ia tau betul bahwa kini mood Lesti lagi down.
"Enggak teh, enggak usah biar nanti Dede beresin sendiri teh, tinggalin Dede sendiri dulu ya teh!". Pinta Lesti pada Novi lembut. Setelah mendapat perintah dari tuanya Novi langsung keluar kamar.
Sepeninggalan Novi Lesti termenung sebentar merenungi setiap kelakuan sang suami sedari kemarin malam. Padahal sepulangnya dari Maroko tidak ada hal-hal apapun yang membuat Billar marah besar seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐇𝐚𝐭𝐢 𝐒𝐚𝐦𝐩𝐚𝐢 𝐌𝐚𝐭𝐢
Novela Juvenil𝓢𝓪𝓽𝓾 𝓗𝓪𝓽𝓲 𝓢𝓪𝓶𝓹𝓪𝓲 𝓜𝓪𝓽𝓲 Support author dengan cara: ✅ Follow ✅ Vote ✅ Comment & Share