Für Elise || 8

87 17 14
                                    

Hai!

Apa kabar para pembaca sekalian?
Semoga senantiasa dalam lindungan Tuhan😇

Karena ini adalah karya pertama kami, maka sekali lagi, kami sangat mengapresiasi siapapun yang bisa memberikan pendapat dan masukannya😊

kami sangat meminta maaf atas segala kekurangan dan salah yang telah kami perbuat, baik dalam alur cerita, salah kata, ataupun yang lainnya🙏

Jika ada bacaan yang masih belum bisa dipahami atau kurang jelas, silahkan tanyakan saja di kolom komentar😊

Terima kasih atas apresiasinya😄🙏

Jangan lupa vote dan comment nya yaa😆🙏

~Enjoy the story~

(⌒o⌒)

*****

Perlahan kubuka mataku saat merasakan temaram cahaya matahari yang menembus kaca dan gorden tipis disana. Hampir saja kumelompat kaget ketika mendapati Rigel yang terbaring disebelahku sembari menatapku dengan tatapan yang sama sekali tak kumengerti.

Singkat cerita tatapan kami bertemu sebelum aku beranjak bangun dari bangsal ini dengan rasa gugup yang benar-benar tak bisa ku kontrol lagi, apalagi dengan degupan jantung yang sepertinya tak bisa diajak bekerja sama untuk kali ini.

"sorry Gel, lo pasti ga nyaman kan? Gue ga bermaksud seperti itu, gue hanya..."

"sarapan dulu," sahutnya datar.

Aku memincingkan mata menatap sosok itu, hingga tatapanku mengarah pada kemana tatapan pria itu tertuju. Sebuah meja yang penuh dengan menu sarapan pagi ini.

"kapan lo nyiapin semua ini?" tanyaku heran.

"lo tidur terlalu nyenyak hingga gue ga bisa melakukan apapun, bahkan bergerak sedikit aja. Jadi tadi gue minta seorang suster untuk nyiapin semuanya dan membersihkan bekas noda menjijikkan yang lo buat semalam."

Aku membelalak sempurna saat mendapati bubur sayur semalam yang sudah tak ada lagi diatas nakas. Sepertinya pria ini benar-benar telah meminta petugas kesehatan untuk membersihkan sekaligus mensterilkan tempat ini, terlihat jelas dari bersihnya tempat ini sekaligus bau disinfektan yang samar-samar memenuhi rongga hidungku.

Sebenarnya tempat ini selalu tampak bersih setiap hari, tapi sepertinya itu tidaklah berlaku pada sosok satu ini.

"excuse me," sebuah suara dari petugas kebersihan yang mengejutkan kami berdua.

"please change this sheet, [tolong ganti sprei ini]" balas datar Rigel.

"but yesterday... [tapi kemarin...]"

"I don't care about yesterday, change it here right now! [aku tidak peduli tentang kemarin, ganti disini sekarang juga!]"

Nampaknya ucapan Rigel mampu menampar petugas kebersihan ini, hingga dengan gugup ia mengatakan, "y-yes sir."

Petugas ini segera mengganti sprei dan segala macam yang ada di bangsal miliknya. Sementara oknum bersifat dingin ini hanya berjalan seolah tak memiliki masalah apapun menuju kamar mandi ruangannya.

Für EliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang