Für Elise

Für Elise || 22

Aku segera menata segala hal yang kubawa. Ah iya, aku bahkan lupa mengabari banyak orang jika aku sudah sampai. Kukabari mereka satu per satu hingga ingatanku mulai terpaku pada seseorang yang ingin sekali kuketahui keberadaannya.

-----

Hai Ray, apa kabar? Gue harap lo baik-baik saja. Lo dimana Ray? Kenapa lo ga pernah ngabarin gue? Bahkan pesan yang kemarin gue kirim ke lo belum lo baca. Lo sibuk ya? Maaf deh kalo gue ganggu lo, gue cuman pengen tau kabar lo doang. Lo juga ga perlu balas pesan gue kalau sibuk, cukup tinggalkan tanda kalau pesan ini udah dibaca aja gue udah seneng banget. Ray, thanks ya atas apa yang lo lakuin selama ini sama gue. Thanks juga lo udah perjuangin Rigel sampai kek gini. Lo orang yang paling baik yang pernah gue kenal. Oh ya Ray, gue ga tau apa kita bisa bertemu lagi setelah ini. Tapi gue cuma mau bilang, gue sekarang ada di Indonesia dan sepertinya akan ambil kelas online aja hingga selesai. Ada sedikit masalah sih, tapi it's okay. Semua sudah kembali normal kok, jadi lo ga usah khawatir. Kemarin gue ketemu sama Athena, dia sedang jalan berdua dengan nyonya Catelyn. Kami sempat mengobrol bersama, mama lo cantik banget, ga heran sih kalian bisa dapet wajah itu hehe... gue suka sama mama lo, dia orang yang baik banget. Ray, kebanyakan obrolan kami waktu itu tak luput dari membahas masalah kalian, tapi gue sadar kalau dia banyak memuji lo sebagai anak yang paling bertanggung jawab. Dia memang sedikit kecewa, tapi dia sangat ingin melindungi lo dan tak ingin keilangan sosok putra lagi. Meninggalnya Rolland sudah cukup membuatnya kacau, dia tak ingin kehilangan lagi. Apalagi lo yang merupakan anak pertama sekaligus pelindung keluarga. Jadi gue mohon ya Ray, lo temuin mama lo. Gue ga maksa sih, tapi sebagai sesama perempuan, gue sangat memahami perasaan itu. Apalagi perasaan dia sebagai seorang ibu yang harus melindungi putranya. Jadi, please ya Ray, lo coba ngobrol pelan-pelan sama dia. Maaf ya, gue jadi ikut-ikutan masalah keluarga lo. Gue hanya mau membantu sedikit. Ya udah deh, kayaknya itu aja yang mau gue omongin hari ini. Baca pesan gue ya Ray. Please, gue kangen banget sama lo, gue kangen banget sama canda dan semua cerita tentang kejailan lo. Maaf ya kalau gue pernah ada salah sama lo. Dimanapun lo berada saat ini, gue harap Tuhan senantiasa melindungi lo. Thanks ya Ray. Ti amo come la mia migliore amica.

-----

Kutatap langit Bali malam ini, begitu menyejukkan. Sangat terasa bedanya dengan suasana perkotaan yang selama ini kutinggali. Ubud memang yang terbaik dalam hal ini. Hingga tanpa kusadari, sebuah dering di ponselku mulai terdengar.

"astaga," aku terkejut setengah mati menyadari jawaban atas pesan yang tadi kukirim.

-----

Hai Ra, gue baik-baik aja kok, jadi lo ga usah khawatir ya? Maaf gue sibuk banget akhir-akhir ini dan jarang buka ponsel. Tapi gue udah baca semua pesan lo kok. Thanks ya udah banyak cerita dan menyampaikan apa yang harus disampaikan. Untuk masalah mama gue, lo tenang aja, gue udah kabarin dia dan semua baik-baik saja. Oh ya? Btw, lo pulang? Sebenarnya gue juga ada hal yang harus diurus di Indonesia, jadi kalau ada waktu gue akan sempatkan diri untuk berkunjung. Gue pengen banget ketemu Ra, gue kangen banget sama lo. Ti amo più di un amico.

-----

Aku sempat tersenyum membaca pesan singkat itu. Memang pesan itu tak menjelaskan banyak hal padaku, tapi mengingat pria itu sudah mengirimkan pesan padaku dan mengatakan bahwa ia baik- baik saja, hatiku terasa begitu lega. Entah kenapa membaca pesan ini bahkan membuat nafsu makanku kembali. Sepertinya resort ini menyediakan restoran tradisional di lantai bawah.

Kusahut tasku dan mulai meninggalkan kamar ini.

Suasana restoran memang agak sepi mengingat sekarang sudah pukul 10 malam, tapi beberapa meja outdoor masih dipenuhi dengan banyak orang. Sepertinya memang ada sebuah perusahaan yang tengah merayakan sebuah pesta. Terlihat jelas bagaimana para tamu mengenakan pakaian formal dan mengobrol dengan begitu berwibawa disana.