Hai!
Apa kabar para pembaca sekalian?
Semoga senantiasa dalam lindungan Tuhan😇Karena ini adalah karya pertama kami, maka sekali lagi, kami sangat mengapresiasi siapapun yang bisa memberikan pendapat dan masukannya😊
kami sangat meminta maaf atas segala kekurangan dan salah yang telah kami perbuat, baik dalam alur cerita, salah kata, ataupun yang lainnya🙏
Jika ada bacaan yang masih belum bisa dipahami atau kurang jelas, silahkan tanyakan saja di kolom komentar😊
Terima kasih atas apresiasinya😄🙏
Jangan lupa vote dan comment nya yaa😆🙏
~Enjoy the story~
(⌒o⌒)
*****
Aku termenung menatap Rigel yang tengah terbaring lemah diatas tempat tidur. Wajah pria ini begitu pucat tak berdaya. Sementara Leo yang masih berusaha menenangkan diri di sofa, Raymond dengan sigapnya membuka gorden kamar yang membuat suasana kamar menjadi sangat terang. Bahkan pria tampan itu tetap membiarkan lampu kamar menyalah agar jika nanti adiknya bangun tak merasa cemas.
Tak berapa lama, seorang dokter tiba-tiba memasuki ruangan yang membuat Raymond segera mendekatinya.
"dokter Andrew, bagaimana perkembangannya?" tanya Raymond mendekati dokter paruh baya ini.
Tampak dokter Andrew menggeleng pelan menatap Raymond dengan tatapan sendu.
"pengobatan ini tak bisa kita lanjutkan, Rigel tak bisa terus-terusan bergantung pada obat. Dia harus berusaha melawan ketakutannya. Depresinya begitu berat dan saya sudah memberikan konsultasi psikologi berulang kali dengannya, tapi it's nothing. Tak ada perkembangan. Dia harus menemukan caranya sendiri untuk sembuh. Mungkin orang yang paling dia percaya bisa mambantuya perlahan, karena mereka memiliki keyakinan satu sama lain, mungkin kamu bisa mencobanya Raymond, bukankah Rigel mempercayaimu?" jelas dokter Andrew.
"saya akan melakukan semua itu dari awal jika memang benar. Tapi nyatanya, saya bukanlah orang yang ia percaya," sela Raymond.
"saya mohon dokter, apa tak ada jalan lain?"
Dokter Andrew menggeleng pelan, seraya mengatakan, "maaf."
Raymond mengacak rambutnya frustasi. Dia berjalan kesana kemari tak menentu sembari memikirkan hal yang dia sendiri tak tahu. Sementara itu, dokter Andrew hanya mengangguk hormat padaku dan Leo secara bergantian sebelum meninggalkan kamar ini.
Perlahan aku mulai melangkah mendekati Leo dan duduk disampingnya. Sesekali kumenoleh menatap pria asal Denmark ini, ia menyandarkan tubuhnya sembari memijat pelipisnya. Aku sangat yakin kalau pria ini masih menyimpan perasaan paniknya hingga sekarang.
"Leo!" bisikku memanggilnya.
Pria ini segera menoleh menatapku.
"are you okay? [apa kau baik-baik saja?]" tambahku berbisik.
"yes."
Aku mengangguk tenang menatap pria ini, hingga suara Raymond yang memanggil Rigel mengejutkan kami berdua dan membuat kami segera beranjak mendekat. Kami dapati wajah pucat nan tampan itu perlahan membuka matanya, menampakkan manik coklat lesu dan tak berdaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Für Elise
Romance[Tolong follow akunku dulu ya sebelum baca, terima kasih] ***** 3 tahun berlalu sejak kejadian luar biasa itu terjadi, aku bahkan masih mengingat betul saat pertama kali bertemu dengannya. Dia adalah sosok gagah yang dengan lembutnya memainkan lagu...