Für Elise || 23

20 14 29
                                    

Aku mulai membuka perlahan mataku, bahkan tubuhku kini terasa begitu ringan hingga kakiku dengan senangnya melangkah menuju balkon dan menikmati pemandangan hijau yang begitu menyejukkan. Aku bahkan sempat memainkan kamera ponselku hanya untuk sekedar mengambil gambar pemandangan yang tak akan pernah kutemukan di perkotaan ini. Tapi ketenangan itu tak berlangsung lama saat kurasakan sebuah ketukan pintu penuh semangat yang sempat membuatku melompat ditempat saking kagetnya.

"siapa yang datang sepagi ini?" tanyaku menebak-nebak.

Kubuka pelan knop pintu ini hingga kutemukan sebuah sosok berantakan yang tengah membawa 2 kantong plastik besar dimasing-masing tangannya.

"surprise!!" ucapnya penuh semangat.

"Ray?" kejutku menatapnya.

"lo ngapain pagi-pagi kesini?" tambahku heran.

"gue habis belanja, mau mencoba masakanku?"

Aku terkekeh riang mendengar ucapan konyolnya ini.

"hey, gue tinggal resort bukan apartemen. Kita mau masak dimana?"

"mau berkunjung ke rumah paman gue?"

Aku memincingkan mataku menatap pria tampan yang sedikit berantakan ini. Tak biasanya Raymond seberantakan ini, faktanya dokter muda sekaligus psikolog ini selalu tampil rapi dan memukau dihadapanku. Dan kali ini? Ia bahkan mengenakan sebuah kaos putih tipis yang ia tutup dengan kemeja kotak-kotak berwarna biru langit tanpa mengancinkan semua kancing kemejanya. Bahkan aku berpikir bahwa rambut pria ini sedikit lebih panjang dari sebelumnya, bahkan kulitnya pun sedikit kusam sejak terakhir kali kami bertemu. Apa yang terjadi?

"Serra," panggilnya yang membuyarkan lamunanku.

"ya," kejutku yang dibalasnya dengan senyuman tipis yang hangat.

"gimana? Mau sarapan bareng?"

"t-tapi gue baru bangun tidur"

"lo bisa siap-siap, gue tunggu dibawah, oke?"

Aku mengangguk penuh semangat sebelum kembali menutup pintu ruangan ini dan lekas bersiap-siap.

*****

Dan disinilah aku berada, di mobil pria tampan ini sembari memangku kantong plastik yang dibawahnya. Benar saja, pria ini benar-benar dari pasar, ia bahkan membeli beberapa sayuran dan ikan juga bumbu-bumbu makanan. Sosok yang cukup teliti untuk ukuran seorang pria yang harusnya bergelut di dunia kesehatan.

"jadi, lo disini tinggal dirumah paman lo?" tanyaku memulai sebuah obrolan.

"yaps, sebenarnya gue harus pergi minggu depan, tugas gue sudah selesai begitu juga dengan penangkapan ayah. Semuanya sudah selesai"

What? Apa yang dia katakan benar? Oke, aku memang mulai terkejut dengan semua ini. Pikiranku mulai memikirkan banyak hal yang telah terjadi sebelum deringan nyaring yang berasal dari ponselku berhasil mengejutkan kami berdua.

"halo," ucapku.

"halo Serra, ini Athena. Maaf mengganggu waktumu," balas Athena diujung panggilan, entah hanya perasaanku atau memang nyatanya seperti itu, aku mendengar suara Athena yang mulai bergetar dan panik.

"Athena? Apa ada masalah?" tanyaku sedikit bingung.

"Rigel, dia mengetahui rencana kita dan kepulanganmu ke Indonesia. Dia sangat marah dan sekarang dia pergi ke Italia sendirian. Kami tau bahwa Mr. Gerald telah ditangkap beberapa saat lalu oleh Raymond, tapi tetap saja kaki tangannya masih mengincar Rigel untuk menjadi penerus sah nya, dan sekarang Rigel ingin menyerahkan dirinya untuk menandatangani kontrak pewaris. Kami benar-benar tak tau harus berbuat apa. Aku mohon tolong kami Ra, bujuk Rigel agar dia pulang"

Für EliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang