Hai!
Apa kabar para pembaca sekalian?
Semoga senantiasa dalam lindungan Tuhan😇Karena ini adalah karya pertama kami, maka sekali lagi, kami sangat mengapresiasi siapapun yang bisa memberikan pendapat dan masukannya😊
kami sangat meminta maaf atas segala kekurangan dan salah yang telah kami perbuat, baik dalam alur cerita, salah kata, ataupun yang lainnya🙏
Jika ada bacaan yang masih belum bisa dipahami atau kurang jelas, silahkan tanyakan saja di kolom komentar😊
Terima kasih atas apresiasinya😄🙏
Jangan lupa vote dan comment nya yaa😆🙏
~Enjoy the story~
(⌒o⌒)
*****
Kulahap makananku pelan. Kudapati pria dihadapanku ini hanya menatap makanannya tanpa menyentuhnya sekali pun. Tatapannya kosong, dan wajahnya tanpak pucat. Ia memesan sarapan ringan berupa croissant khas Pranciss dan teh papermint hangat yang mampu membantu pikirannya agar sedikit tenang.
"Raymond!" panggilku pelan.
Sang pemilik tatapan hangat itu mulai mengalihkan tatapannya padaku. Ia mencoba tersenyum walaupun aku tau itu sangat berat baginya.
"tentang apa yang terjadi hari ini, gue minta maaf Ra. Gue udah ngelibatin lo dalam masalah keluarga gue," gumamnya dengan suara sedikit bergetar.
Aku segera menggeleng menangkis ucapannya.
"lo ga salah. Lagipula gue juga butuh dia untuk mengembangkan tim media kami. Dan gue juga mau ga mau harus deket dengannya untuk membentuk kerja sama yang akan memuaskan tim kami."
Raymond tersenyum simpul menatapku, seraya berkata, "thanks Ra."
"btw, sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya," ucapku meneliti wajah Raymond.
Terdengar kekehan pelan nan renyah dari mulut Raymond, ia menatapku dengan tatapan hangatnya yang mampu memberi kenyamanan bagi siapapun yang melihatnya. Terutama aku.
"lo ingat event kampus 3 bulan lalu saat kita mengundang Jack Ma untuk menyampaikan inspiring speechnya?"
Aku berpikir sebentar sebelum mataku terbelalak sempurna menatap Raymond.
"ah gue inget, saat itu gue numpahin jus diatas berkas acara yang lo bawa kan?"
Raymond tersenyum simpul membalasnya. Aku bahkan mengingat gara-gara kejadian itu, para panitia senior langsung panik setengah mati untuk membuat salinannya.
Kugigit bibirku saat mengingat kejadian memalukan itu. Bagaimana bisa aku memberikan kesan pahit dihari pertama kita bertemu??
"gue minta maaf atas kejadian itu," ucapku gugup.
Alih-alih pria ini memarahi atau memakiku, ia justru tertawa lepas menatap wajah gugupku yang memohon ampunannya ini.
"kenapa ketawa?" tanyaku bingung.
"lo tau, itu adalah kejadian paling seru dalam hidup gue."
Mataku membelalak sempurna menatap sosok ini, bagaimana mungkin sebuah acara besar yang berantakan karena ulahku menumpahkan segelas jus dianggap sebuah kejadian paling seru olehnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Für Elise
Romance[Tolong follow akunku dulu ya sebelum baca, terima kasih] ***** 3 tahun berlalu sejak kejadian luar biasa itu terjadi, aku bahkan masih mengingat betul saat pertama kali bertemu dengannya. Dia adalah sosok gagah yang dengan lembutnya memainkan lagu...