Für Elise || 32

20 14 36
                                    

Aku mulai berjalan sayu saat melewati lorong terang ini menuju apartemen Rigel, pikiranku benar-benar kosong, ahkan air mataku rasanya telah mengering dan tak bisa kukeluarkan lagi. Tubuhku bahkan masih bergetar hebat mengingat kejadian itu. Tanganku yang kini mesih menggenggam buku catatan Rolland seolah keluh dan tak bisa kugerakkan. Semua terjadi begitu cepat dan sangat sulit kupercaya kenyataannya.

"Serra!!" teriak seseorang memanggilku dari depan pintu apartemen Rigel.

"Athena?" gumamku yang langsung berlari mendekatinya dan memeluknya erat.

"aku tau apa yang kamu rasakan," gumam Athena.

"aku tak tau lagi harus apa Athena?" isakku lirih dalam pelukan Athena.

"aku akan berusaha membantumu Ra, sesuai janjiku bahwa kamu tak akan kembali ke tempat ini sendirian. Aku akan berusaha menyelamatkan Rigel dan membawanya kembali padamu," jelas Athena yang sudah terisak dengan kacaunya.

"Tidak Athena," cegahku melepaskan pelukannya.

Aku tersenyum mengamati wajah cantiknya yang benar-benar kacau saat ini.

"Rigel memang mencintaiku, tapi ada hati yang harus aku jaga. Kamu tak perlu membawa Rigel padaku, karena kamu yang harusnya lebih menderita dengan semua ini. Kamu telah mencintai Rigel dan melupan Rolland sepenuhnya Athena. Terima kasih karena telah banyak membantuku. Jika memang kamu akan membantu Rigel, bantulah dia untuk dirimu," jelasku lembut.

"lalu bagaimana dengan janjiku? Aku hanya merasa bahagia jika Rigel juga bahagia"

"itulah cinta sejati, sebagaimana kamu mencitai Rolland, seperti itulah kamu mencintai Rigel. Untuk janjimu, kamu tetap bisa membantuku"

"caranya?"

"aku telah membaca chord ini," aku tunjukkan buku catatan Rolland pada Athena.

"aku telah menjaganya selama ini, sekarang giliranmu. Jagalah chord ini sekaligus Beethovenku," tambahku.

"ini...."

"buku catatan Rolland yang menjadi chord asli yang menjelaskan besarnya cintanya padamu, dia adalah Ludwig Van Beethovenmu yang sebenarnya. Dan dia ingin kamu menemukan kebahagiaanmu yang sebnarnya"

Athena semakin terisak saat menerima buku itu. Apalagi saat dia menemukan fotonya dan Rolland disana. Aku teu betapa hancurnya hatinya saat ini. Aku tau dia harus mengalah atas segala yang terjadi. Dia kembali memelukku erat dan terisak disana. Aku mampu merasakan betapa rapuhnya dia jauh dalam relung harinya. Tapi dia adalah orang yang paling kuat selama ini, orang yang merelakan kebahagiaannya demi orang lain. Seorang gadis yang sangat luar biasa yang pernah kutemui.

"thanks Ra," gumamnya terisak.

"Athena, kamu bilang akan memenuhi janjimu kan?"

gadis itu melepaskan pelukannya dan kembali menatapku dengan tatapan mata yang berbinar.

"apa yang harus aku bantu?" tanyanya.

"kamu bisa mengirimku ke Amsterdam?"

"Raymond?"

Aku tersenyum mendengar pernyataan itu.

"aku sendiri yang akan mengantarmu," ucapnya.

"terima kasih"

Athena tersenyum ramah menatapku, begitupun diriku.

*****

Tawa menggema diantara aku dan Athena saat mobil kami telah melaju dijalanan kota Amsterdam. Athena bilang dia mengetahui dimana Raymond berada, jadi dia memutuskan untuk mengambil alih kemudinya saat ini. Belanda tampak begitu indah dengan musim gugur ini, bahkan ini jauh menarik daripada musim gugur yang kurasakan di England ataupun di Italia.

Für EliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang