Pagi yang cerah dengan rutinitas yang mulai kembali seperti biasanya. Ini adalah awal baru di musim dingin, dan tentu saja aku harus membuat sebuah kesan baru dengan musim dingin ini.
"sudah siap?" tanya Freya padaku.
Aku membenarkan sedikit syal putih indah ini sebelum mengatakan, "ya"
Dengan riangnya Freya mulai mennggandeng tanganku keluar dari asrama ini. Aku bahkan sempat terkejut saat bertemu Stella di lorong dan dia mengajak kami untuk berangkat bersama.
"jadi, bagaimana?" tanya Freya saat kami mulai berjalan menyusuri lorong.
"iya Ra, kami benar-benar menunggu ceritamu," timpal Stella.
"cerita apa?" tanyaku heran.
"ga usah pura-pura bego deh. Lo kemarin tidur seharian setelah dari Belanda. Lo berhutang banyak cerita pada kami," gerutu Freya yang dibalas anggukan setuju Stella.
"okay, jadi kalian mau tau tentang apa?"
"siapa yang lo pilih dari kedua pria tampan itu?" sahut Freya bersemangat.
"Raymond"
"WHAT?! Pria gila itu??" teriak Freya tak tanggung-tanggung.
"Frey, bisa ga sih lo ga usah teriak kek gitu?"
"ga bisa Ra, gue shock setengah mati ama pernyataan lo. Kenapa lo milih dia? Apa kurangnya Rigel di mata lo?" keluh Freya.
"ini masalah hati Frey"
"okay lo benar," sahut Freya.
"siapapun yang nantinya bersama kamu. Yang penting bisa bikin kamu bahagia, kami akan selalu mendukungmu Ra," ujar Stella yang membuatku tersenyum mendengarnya.
"thanks Stell"
Stella mengangguk dan tersenyum menanggapinya.
"tapi tetap saja Ra, lo belum tau Raymond sepenuhnya. Gue kasih tau ya, dia itu cowok paling sialan dan gila yang pernah gue tamui," ungkap Freya yang membuatku terkekeh.
"benci banget lo ama dia," ucapku.
"ya lo liat aja realitanya kek gimana Serra, dia tuh punya mental out of the box kegilaannya. Cewek centil yang godain dia di kampus aja dia tanggepin. Lo harus bisa tegas sama dia, hatinya mudah dia bagi. Apalagi sifatnya yang suka tebar pesona, astaga..... pokoknya awasi dia 24 jam kalo bisa"
"provokasi apa lagi lo sama Serra," sebuah suara mengejutkan kami saat kami mulai keluar dari asrama ini.
"Ray," panggilku menatap pria yang kini telah berdiri di luar sana.
"ya gue cuma mau Serra hati-hati, lo kan gitu orangnya, kepedean," gerutuh Freya pada Raymond.
"gue ga kepedean, emang dari lahir gue ganteng. Ya wajar kalau banyak orang yang suka sama gue"
"dih pede banget loh, jijik gue"
"gue mah ga dapet Serra dah banyak yang antri"
"Ekhem..." sahutku yang membuat keduanya langsung membeku ditempat.
"uhm, g-guys, sepertinya Evan sudah datang. Jadi aku pergi dulu ya?" pamit Stella yang langsung memasuki mobil Evan.
"oy Ray, sekali-kali lo sakiti adek gue, mampus lo ditangan gue!" ancam Evan sebelum melajukan mobilnya.
"ah... Serra, itu...." ujar Freya gugup.
"lo berhutang banyak cerita malam ini," ucapku.
"dengan senang hati sayang," balas Freya penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Für Elise
Roman d'amour[Tolong follow akunku dulu ya sebelum baca, terima kasih] ***** 3 tahun berlalu sejak kejadian luar biasa itu terjadi, aku bahkan masih mengingat betul saat pertama kali bertemu dengannya. Dia adalah sosok gagah yang dengan lembutnya memainkan lagu...