Für Elise || 21

31 15 35
                                    

"lo serius ga bakal balik kesini lagi Ra?" tanya Freya yang mengantarkanku ke bandara.

"maaf ya Frey," gumamku bersalah.

"lah gue disini sama siapa Ra?"

"tuh," aku menunjuk Leo yang kini berdiri tak jauh di belakang Freya dengan daguku.

"ih jangan bercanda Ra," rengek Freya yang membuatku terkekeh pelan.

"emang sejauh mana hubungan lo ama dia sekarang?"

"masih pdkt sih, mangkanya bantuin"

"iya, nanti gue bakal bilangin ke Leo biar dia lebih peka"

"nah gitu dong"

"kabarin gue kalau nanti dah jadian"

"siap komandan"

"thanks ya Ra," tambah Freya yang langsung memelukku.

"Ra," kini giliran Evan yang memanggil.

Freya segera melepas pelukannya dan membiarkanku berjalan mendekati Evan.

"maaf untuk yang kemarin kak, gue ga bermaksud.... "

"please jangan dibahas, gue sudah lupakan itu semua dan menganggap semua itu tak pernah terjadi. Lagipula, gue sudah memutuskan untuk stay with my beautiful baby," jelas Evan sembari merangkul Stella dengan riangnya.

"okay, jadi mulai sekarang lo harus jagain Stella, jangan sampek lo nyakitin hatinya atau gue akan sleding lo sampek nih tulang-tulang lo remuk semua"

"astaga, psikopat lo," bantah Evan.

"bodo amat"

"tenang saja Serra, aku akan pukul dia kalo dia macam-macam," sahut Stella yang membuatku terkejut setengah mati.

"hei Stel, bahasa indonesiamu bagus sekali," pujiku.

"terima kasih Serra, Evan yang mengajariku"

"wah, berguna juga lo akhirnya," kini sindiranku jatuh pada pria dihadapanku.

"jelas lah, setidaknya Stella bisa diajak ngobrol sama nyokap," jawab santai Evan.

"oh udah dapet lampu hijau ternyata. Jadi bakal ada traktiran dong habis ini"

"males banget"

"jahat lo kak"

"bodo amat"

"inget ya, gitu-gitu lo jadian karena gue"

"diungkit-ungkit mulu"

"ya iya lah, lo belum ngasih gue pajak jadian lo sampai sekarang"

"iya, nanti gue traktir kalo ada waktu," balas Evan sembari mencubit pipiku gemas.

"okay, eh btw, keknya gue harus pergi sekarang deh"

Evan sempat melihat jam tangannya sekilas sebelum membenarkan pernyataanku.

Pria ini lantas memelukku erat sembari mengelus rambutku gemas, sesekali ia mengecup puncak kepalaku seolah tak membiarkanku pergi.

"hati-hati ya Ra, kabarin gue kalo udah sampai disana," gumam Evan ditengah pelukannya.

"pasti"

Aku melepas perlahan pelukan Evan dan beralih memeluk Stella pelan.

"jaga Evan ya, kalo dia macem-macem atau lirik-lirik perempuan lain, pukul saja dia tanpa ampun," bisikku pada Stella ditengah pelukan kami.

"okay," balas riang Stella sembari melepas pelukan kami.

"bisik-bisik apa kalian barusan?" sahut Evan julit.

Für EliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang