Für Elise || 24

25 15 26
                                    

Roma, yaps, salah satu kota tua yang begitu memukau di negri ini. Disinilah aku berdiri berdampingan dengan sosok tampan satu ini. Aku sempat terpukau dengan pemandangan asing yang cukup klasik di negri ini. Tentu saja karena ini adalah kali pertamaku menginjakkan kaki di negri mafia ini. Dan bersama Raymond adalah hal yang berbeda dalam hidupku.

"jadi, lo tau dimana Rigel?" tanyaku.

Raymond tak menjawab, wajahnya dipenuhi dengan keringat dingin hingga membuatnya terlihat sangat pucat. Tatapannya begitu menunjukkan kekhawatiran yang mendalam akan hal terburuk yang ia prediksi bakal terjadi kedepannya. Ia bahkan menggengam tanganku begitu erat sembari melihat sekitar dengan penuh kekhawatiran, ia seakan mencari seseorang yang belum juga muncul hingga saat ini.

"Ray, here!" teriak seseorang suaranya tampak tak asing ditelingaku.

"Owen?" ucapku sedikit terkejut.

"hi Serra, we meet again. How're you?" tanya Owen ramah.

"I'm good, thanks"

"c'mon bro, we have to go right now!" pintah Raymond dengan tegasnya hingga membuat Owen mengangguk dan lekas membimbing kami menuju sebuah mobil yang terparkir di bandara ini.

"so, where are you gonna go?" tanya Owen yang sudah mulai menyalakan mesin mobilnya.

"our house," jawab singkat Raymond.

"are you sure?"

"yes"

"okay, here we go!"

"thanks bro"

"calm down bro"

Suasana mulai sepi dan mencekam. Kini seolah aku berada disamping orang asing yang tak kukenal, Raymond benar-benar terdiam tanpa suara. Tak biasanya Raymond merasa sekhawatir ini. Bahkan genggaman tangannya tak juga ia lepas. Sesekali kutatap wajah tampannya, keringat dingir sudah mulai bercucuran membasahinya, tatapannya juga kosong dan seolah tak memiliki pandangan akan apa yang harus ia lakukan kedepannya.

"Ray," panggilku pelan hingga membuatnya menoleh dan menatapku, aku juga merasakan paksaan pada senyuman yang kini ia tunjukkan padaku.

"everything's gonna be okay," tambahku menguatkannya.

Ia hanya mengangguk pelan dengan senyuman itu. Apa ia harus merasa sekacau ini? Kugenggam kembali tangannya, bahkan kubiarkan kepalanya bersandar di bahuku.

"thanks for everything Ra, you're my best friend," gumamnya pada akhirnya.

"I will be with you anytime you need me"

"I love you Ra, I love you more than anything I have in this world"

Aku menunduk terdiam mendengar ucapannya. Namun tanpa sadar aku mulai meraih tubuh pria ini dan mendekapnya dalam pelukanku.

*****

"he's sleeping?" tanya Owen saat mobil kami berhenti didepan sebuah mansion megah dengan pilar-pilar yang menjulang tinggi.

"Yes. Uhm... Owen, is it Raymond house?" tanyaku ragu.

"so? What do you think sweetheart? Of course, it is mansion of Gerald family"

"oh my God!!" kejutku menatap bangunan ini.

"oh my God!!" kejutku menatap bangunan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Für EliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang