Hai!
Apa kabar para pembaca sekalian?
Semoga senantiasa dalam lindungan Tuhan😇Karena ini adalah karya pertama kami, maka sekali lagi, kami sangat mengapresiasi siapapun yang bisa memberikan pendapat dan masukannya😊
kami sangat meminta maaf atas segala kekurangan dan salah yang telah kami perbuat, baik dalam alur cerita, salah kata, ataupun yang lainnya🙏
Jika ada bacaan yang masih belum bisa dipahami atau kurang jelas, silahkan tanyakan saja di kolom komentar😊
Terima kasih atas apresiasinya😄🙏
Jangan lupa vote dan comment nya yaa😆🙏
~Enjoy the story~
(⌒o⌒)
*****
"lo bisa jaga dia malam ini? Gue harus pulang untuk mengurus berkas perusahaan yang tak sempat di urus Rigel pekan ini," jelas Raymond saat mengantarku didepan pintu kamar Rigel.
Aku mengangguk pelan.
"sorry," gumamnya pelan.
Segera kumenggeleng cepat menanggapinya, "lo hanya berusaha nyelametin dia."
Raymond tersenyum hangat menatapku. Perlahan ia menggapai tanganku dan menggenggamnya lembut. Jujur, aku sedikit terkejut dengan tingkahnya saat ini. Pria ini cukup manis dan hangat, berbeda dengan adiknya yang selalu membuatku membeku ditempat.
"tangan lo masih merah karena genggaman Rigel."
Segera kulepas paksa tangan ini sebelum jantungku berdebar lebih cepat lagi.
"gue ga papa kok," ucapku gugup.
"maaf ya udah ngrepotin."
"gue ga ngerasa direpotin kok."
Pria ini tersenyum hangat menatapku, lantas ia bergumam, "thank you Ra."
Aku mengangguk pelan sembari membalas senyuman hangatnya. Namun tangan hangatnya mulai membelai rambutku pelan, dan itu membuat jantungku kembali berdebar.
"istirahatlah, gue akan kabarin Freya agar dia tak khawatir. Dan jangan lupa kompres tangan lo," gumamnya lirih.
"gue pergi dulu ya? Gue serahin Rigel pada lo," tambahnya sebelum berjalan meninggalkanku dan hilang ditengah keramaian.
Tanpa kusadari senyuman mulai terukir diantara bibirku. Pria itu cukup membuat jantungku seakan melopat keluar. Dia cukup lembut untuk ukuran pria tampan yang biasanya jutek.
"sudah puas kencan didepan kamar orang?"
Astaga, aku terkejut ditempat saat menyadari suara itu secara tiba-tiba menghancurkan imajinasiku.
"BISA GA SIH LO GA USAH MUNCUL TIBA-TIBA DISINI," omelku pada sang pemilik suara.
Rigel terdiam tak menjawab, wajahnya datar tanpa ekspresi seperti biasanya sembari bersandar diambang pintu. Tak berapa lama ia menatapku dengan tatapan dinginnya itu sebelum membawa cairannya memasuki kamar rawatnya. Astaga, ini akan menjadi hari yang panjang, isakku lirih dalam batinku.
"apa lo mau berdiri disana dan jadi penjaga kamar gue?" sahut pria itu tanpa menoleh kebelakang.
Astaga, pria ini benar-benar membuatku geram. Namun lagi-lagi, alih-alih aku meneriaki dan memakinya, hatiku justru menggerakkan mulutku untuk tetap bungkam dan melangkah mengikuti langkah lebarnya memasuki kamar terang nan menyilaukan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Für Elise
Romance[Tolong follow akunku dulu ya sebelum baca, terima kasih] ***** 3 tahun berlalu sejak kejadian luar biasa itu terjadi, aku bahkan masih mengingat betul saat pertama kali bertemu dengannya. Dia adalah sosok gagah yang dengan lembutnya memainkan lagu...