"Frey," aku berbisik pada gadis ini ketika ia membawaku berkeliling di taman rumah sakit.
Kali ini aku benar-benar terbebas dari sosok 2 bidadari nan cantik tadi. Raymond meminta mereka membeli beberapa obat dan beberapa peralatan untuk menginap. Faktanya, kebaikan keduanya membuatku tampak tak berdaya. Dan kini aku merasa tercabik-cabik walaupun tangan Raymond masih tetap menggenggamku erat diatas kursi roda ini. Sementara Freya, ia duduk di kursi taman yang berada disampingku.
"kenapa Ra? Ada yang lo butuhkan?" tanya Freya sedikit panik.
"jujur. Gue ngerasa ga nyaman dengan adanya Stella dan Athena"
"karena cowok yang selalu berada dibelakangnya?"
Aku mengangguk pelan. Sesekali kutatap Raymond yang berdiri disebelahku. Pria itu hanya menatapku dengan tatapan yang sulit kuprediksi.
"lebih baik lo ajak mereka berdua pergi Frey, membiarkan mereka tinggal lebih lama, bahkan menginap, bisa membuat kondisi Serra makin buruk. Biar gue yang nemenin dia," Raymond kali ini mulai angkat bicara.
Freya menatap Raymond singkat. Kali ini ia tak mengutarakan banyak komentar seperti biasanya, yang berarti masalah ini mulai menuju hal yang serius. Gadis itu hanya mengangguk pelan mendapati akan benarnya ucapan pria ini.
"lo benar, gue akan ajak mereka pulang," ucap Freya.
"bagaimana jika mengajak mereka menginap dihotel depan rumah sakit?" pendapatku.
"mengusir mereka tanpa adanya alasan yang jelas membuat mereka berpikir kalau gue ga suka sama mereka, " tambahku.
"Serra benar, " Raymond membenarkan.
Freya semat berpikir sejenak sebelum membenarkan ucapanku dan mengatakan, "lo benar, gue akan membawa mereka ke hotel. Dan lo Ray, gue titip Serra ya? Jaga dia"
Raymond segera mengangguk tanpa adanya perdebatan diantara keduanya. Setelah melewati hari-hari yang cukup membelengguku, akhirnya untuk saat ini aku mampu menghela napasku lega sembari menatap matahari yang akan terbenam diujung tombak sana.
*****
Kutatap Raymond yang dengan telatennya menyuapi makan malamku. Beberapa menit lalu, Freya telah membawa Stella dan Athena untuk menginap di hotel yang kutunjukkan. Setidaknya perasaannku sedikit lega kali ini. Hanya keheningan yang muncul diantara aku dan Raymond saat ini. Tapi entah mengapa aku memercayainya lebih dari diriku sendiri saat ini. Namun aku barusaja mengingat satu hal penting dan aku harus menanyakannya pada sosok tampan satu ini.
"Ray," panggilku pelan.
"kenapa Ra? Mau sesuatu? Atau mau minum?"
Aku menggeleng pelan menanggapi ucapannya yang penuh perhatian ini.
"Ray, gue boleh tanya sesuatu?"
"apa Ra?"
"maaf kalo gue mengungkit hal itu lagi. Dan maaf karena gue ikut campur atas masalah ini. Tapi gue merasa gue harus mengetahui titik dari permasalahan ini untuk menyelamatkan Rigel. Sebenarnya apa yang telah lo lakukan hingga ayah lo menyebut lo seorang penghianat?"
Raymond tersenyum tipis sembari meletakkan piring yang berisi makanan itu di atas nakas dan menggapai segelas air mineral disana. "minum dulu ya?"
Pria itu menuntunku untuk meminum air digelas itu sebelum kembali membenarkan posisinya.
"apa yang ayah lakukan adalah hal yang ilegal. Sebenarnya dari awal ayah ingin mewariskan bisnis gelapnya pada Rigel, tapi gue ga mau sampai hal itu terjadi. Gue hanya ingin nyelametin Rigel dari gelapnya bisnis itu. Berulang kali para badan intelligent ingin menangkap ayah, tapi sangat susah untuk melakukannya. Ayah terlalu cerdik untuk ditangkap. Karena itu gue bilang kalau gue menolak mendapatkan perusahaan IBM yang saat ini ibu kami jalankan dan memilih untuk mendapatkan proyek gelap itu. Tapi ayah telah menerapkan sifat mafianya pada Rigel. Ia telah menjadi Rigel yang asing yang tak ingin disaingi siapapun. Gue tau bahwa Rigel juga ga ingin menarikku dalam proyek gelapnya. Tapi ia tak memiliki akses itu. GUE YANG PUNYA SER. Gue berusaha sekuat tenaga meyakinkan ayah dan gue berhasil. Tapi gue tau kalau ayah tak akan melepaskan Rigel begitu saja, ia memprofokasi Rigel untuk kembali merebut proyek itu dari gue, itulah kenapa ayah membunuh Mr. Jack didepannya. Karena Mr. Jack adalah mata-mata yang gue gunakan untuk mendata proyek itu. Gue tau, lo pasti mengira gue adalah cowok yang brengsek. Tapi percayalah bahwa Mr. Jack adalah salah satu dari badan intelligent yang ibuku minta untuk menyusup dalam proyek ayah. Rigel tak mengetahui semua ini karena gue ga mau ia semakin tertarik masuk dalam masalah ini. Gue putuskan untuk menyusup perlahan kedalam proyek ayah dan menghancurkannya perlahan. Beberapa waktu lalu, gue kembali ke Italia untuk mengecek perkembangannya dan gue mulai mendata satu persatu hal yang harus gue laporkan ke badan intelligent. Tapi sepertinya gue sedang diawasi saat itu dan gue ga sadar, semua history data gue telah terekam baik dalam daftar hitam mereka. Dan sekarang gue lah yang mereka incar"
KAMU SEDANG MEMBACA
Für Elise
Romance[Tolong follow akunku dulu ya sebelum baca, terima kasih] ***** 3 tahun berlalu sejak kejadian luar biasa itu terjadi, aku bahkan masih mengingat betul saat pertama kali bertemu dengannya. Dia adalah sosok gagah yang dengan lembutnya memainkan lagu...