"senja itu indah ya gel?" tanyaku sembari menatap langit senja di balkon apartemen mewah Rigel.
"seharusnya lo dan semua orang benar Ra, sayangnya gue sangat membenci senja dan segala keindahannya," gumam pria ini dengan nada lirih.
Seolah bibir ini keluh, aku hanya bisa menatap sosok tegapnya yang kini duduk disampingku sembari menyandarkan kepalanya di bahuku. Bulu mata lentiknya bahkan kini terlihat berkilauan karena cahaya jingga matahari yang akan terbenam itu. Tunggu, apa barusan aku melihat ada kilauan? Apa pria ini baru saja menangis?
"Gel?" panggilku pelan.
Namun alih-alih menjawab panggilanku, pria ini justru beranjak dari sandarannya dan memelukku lembut dan erat.
"jangan pergi ya Ra," gumamnya terisak dalam pelukanku.
"memangnya gue akan pergi kemana?"
"ke pelukan Wilhelm Von Drossdik"
"apa maksud lo? Lo ingin gue jadi Therese Malfatti lo?Jangan harap gue bakal lakuin itu! Lagipula lo bukan Beethoven gue"
"lantas? Lo anggap gue apa?"
"yang pasti, lo juga bukan Mozart gue. Lo hanya Rigel, tapi bukan berarti lo juga milik gue nantinya"
Rigel terkekeh pelan mendengar pernyataanku, ada nada lirih yang sulit ditebak dalam kekehan itu, lantas ia berkata, "jadi apakah usaha gue selama ini sia-sia?"
"kita ga tau apa yang terjadi kedepannya Gel," jelasku pelan.
"tentu saja, dan yang terjadi kedepannya adalah apa yang telah lo rencanakan sekarang"
"gue merencanakan apa Gel? Kenapa ucapan lo hari ini benar-benar aneh sih?" geramku pada pria tampan ini.
Rigel menatapku dan tersenyum lirih.
"semua alur yang terjadi sejak kita bertemu. Bukankah lo sendiri terbelenggu dengan perasaan lo sendiri bahwa kita berbeda? Sekarang gue minta penjelasan lo Ra, dimana letak perbedaan diantara kita?"
Aku menatapnya tajam, manik mata pria itu menunjukkan kepiluhan yang teramat dalam. Apa aku harus menceritakan semuanya?
"VALENCIA SERRA RYU!! JELASKAN PADA GUE SEKARANG!" tegasnya penuh penekanan.
"ayah lo dan Athena"
"ada apa dengan mereka?"
"Gel, seorang pemburu berhak mendapatkan seorang yang lebih bijak untuk mengatur strategi perburuannya. Sejak pertama kali kita bertemu, jujur, gue mengagumi sosok lo yang sangat sempurna dimata gue. Tentang prestasi lo yang sering gue dengar dalam jurusan, siapa sosok lo, dan permaninan Für Elise yang selalu membuat jantung gue berdegup kencang. Tapi disaat itulah sesuatu yang besar mengatakan pada hati gue bahwa gue ga pantas buat lo, hanya Athena yang harusnya menjadi mahakarya dalam hati lo dan lukisan itu. Gue ga bisa mendapatkan posisi itu. Thanks Gel, lo udah mengajarkan gue arti tentang kehidupan ini, thanks lo udah bikin gue lebih bersyukur atas diri gue sendiri. Gue sama sekali ga berharap lebih atas diri lo, cukup partner yang baik yang bisa memajukan The OxStu, dan gue tau bahwa lo adalah orang yang cukup bertanggung jawab atas club itu. Mohon kerja samanya ya?" jelasku dengan hati yang benar-benar remuk.
"apa ayah dan Athena mengatakan sesuatu pada lo?"
Aku menggeleng pelan mendengar ucapan itu, aku tau apa yang harus kusembunyikan di saat-saat ini. Dan lebih baik, Rigel tak pernah mengetahui kenyataan pahit itu.
*****
1 bulan yang lalu
"Serra, hari ini band penghibur cafe ini tak datang, padahal Stella akan merayakan ulang tahunnya setengah jam lagi. Apa yang akan kita lakukan?" tanya Mr. James yang merupakan pemilik dari cafe cantik di daerah Oxford ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Für Elise
Romansa[Tolong follow akunku dulu ya sebelum baca, terima kasih] ***** 3 tahun berlalu sejak kejadian luar biasa itu terjadi, aku bahkan masih mengingat betul saat pertama kali bertemu dengannya. Dia adalah sosok gagah yang dengan lembutnya memainkan lagu...